33. Bagaimana cara menyakinkan diri bahwa Allah memang ada meskipundalam keadaan gaib?

Ada dua macam cara untuk meyakini adanya Allah dalam gaib; bahwa DIA selalu ada di segala zaman, di semua tempat. DIA yang awal dan yang akhir, pencipta dan pengatur segalanya

1. Wujuda benda konkrit.

  • Bahwa alam semesta ini tak mungkin ada kalau tidak ada yung menciptakan dan yang mengaturnya. Tetapi alasan ini dapat dibantah fihak atheis bahwa semuanya telah berlaku menurut hukum alam yAng terkandung dalam setiap materi. Semuanya berlangsung secara evolusi. Setiap benda harus patuh dan memang telah patuh pada hukum alam dalam evolusinya, di mana tidak ada yang dikatakan gaib, dan tidak ada Tuhan yang gaib.
  • Bahwa setiap benda dalam alam semesta ini mengalami sifat dan hukum tersendiri, ada yang pahit dan yang manis, ada yang kecil dan ada yang besar, ada yang melayang di udara dan ada yang menyelam dalam air, pada mana hukum evolusi tak mungkin dipakaikan, walaupun semua benda itu berasal dari Hydrogen yang sama.
Dalarn hal ini fihak atheis tak berdaya karenanya mereka sering merasa takut pada sesuatu yang tidak mereka ketahui. Pada banyak hal, mereka tak sanggup menentukan sesuatu atas hukum evolusi, lalu mereka namakan dengan missing link sebagai dead lock atau benturan yang tak pernah ditembusi. Mereka meraba-raba dalam ilmu seperti dikatakan Allah pada ayat 2/20.

Dalan hal ini benarlah ketentuan Allah pada ayat 53/30, 39/62, dan 15/21 bahwa demikian baru capaian ilmu pengetahuan manusia-manusia kafir, pada hal semua benda dalam alam semesta ini diciptakan Allah yang Esa Kuasa. Setiapnya menjalani ketentuan yang lebih dulu ditetapkan-Nya.

2. Bahwa Allah yang gaib itu ada dimana-mana di semesta raya. 

DIA Satu, di segala zaman. Bahwa keadaannya sama dengan ruh yang ada dalam tubuh manusia bahwa ruh itu berkuasa pada diri seseorang berada di seluruh tubuhnya, tetapi tak mengetahui diketahui betapa rupa bentuknya. 
Namun permisalan ini, sebagaimana pernah dinyatakan oleh sementara pemuka Islam, adalah bertentangan dengan kententuan Allah dalam ayat 16/74, bahwa DIA tidak boleh dan tak mungkin dicontohkan dengan apa saja.

Perbedaan keduanya ialah bahwa ruh tidak mengetahui yang gaib lainnya, tidak mengetahui apa yang akan terjadi padanya, tidak rnengetahui semua yang ada dan yang berproses dalam diri dimana dia berada. Berbeda dengan Allah yang menciptakan mengetahui bahwa mengatur tiap sesuatu di sernesta raya ini.
Dari semua alasan diatas ini hanyalah cara no.1 sub b saja yang dapat dipakai, karena semua memang benar dan tak mungkin dibantah tentang adanya Allah dalam gaib.

3. Cara yang lebih sempurna untuk meyakini bahwa Allah senantiasa ada dalam gaib ialah dengan menganalisakan Firman-firmanNya menurut ayat 29/51:

  • Allah menurunkan tiga Kitab Suci sesudah topan di zaman Nuh yaitu Tawrat Injil dan Alquran. Ketiganya diturunkan kepada Musa, Isa Almasih, dan Muhammad yang hidup pada zaman yang berbeda ribuan tahun. Namun ketiga Nabi itu begitupun ketentuan-katentuan dalam ketiga Kitab Suci itu mengandung ajaran yang sama walaupun antara sesamanya tak pernah berhubungan dan tak pernah bertemu muka. Hal ini memberikan bukti bahwa Allah itu ada dalam gaib di semua masa dan tempat. DIA-lah yang menurunkan ketiga Kitab Suci itu dan menentukan tugas ketiga Nabi tersebut.
  • Alquran yang disampaikan Muhammad telah menggariskan riwayat hidup manusia dari sernenjak pertamanya sampai pada akhir dunia ini. Sebagian besar dari apa yang dinyatakan Allah dalam Alquran itu telah diakui manusia berilmu, dan kini manusia sedang menjalani ketentuan itu. Untuk hal tersebut, pcrhatikanlah maksud ayat l5/14 dan 15/15, begitupun ayat 43/12 s/d 43/14, dan seterusnya perhatikanlah pula maksud ayat 18/83 s/d 18/99. Semua itu adalah bukti bahwa Allah memang ada dalam gaib, bukanlah Alquran itu ditulis oleh Muhammad atas kehendak dan ilmunya sendiri.
  • Foto-foto satelite memperlihatkan pada th 1972 bahwa dulunya daratan belahan utara yang ditutupi salju dan es adalah seluas kira-kira 4 juta kilometer persegi. Tetapi kemudian situasi tampaknya telah berobah, hingga pada th. 1972 itu tutupan sulju dan es tersebut telah meluas sampai 37 juta kilometer.
Perluasan daerah kutub demikian juga berlaku di belahan selatan Bumi. Hal ini tercantum dalam tajuk rencana Business Times tgl. 30 January 1979 dangan judul "The World is Getting Colder".
Perluasan daerah dingin di kutub kutub Bumi begitu memang telah lebih dahulu dinyatakan Allah dalarn Alquran pada ayat 13/41 dan 21/44, ditimbulkan oleh semakin berkurangnya lenggang Bumi ke utara dan ke selatan dalam menjalani orbitnya keliling Surya Keadaan itu juga menimbulkan jumlah waktu dalam tahun pergantian musim ikut berkurang. Inipun terbukti benar dengan diperbaikinya kalender Julius aesar oleh Paus Georgerious pada th. 1582 dengan menetapkan tgl. 4 Oktober menjadi 15 Oktober sementara itu menjadikan bulan February, terdiri dari 28 hari dan 29 hari sekali 4 tahun.
Orbit Bumi yang zigzag keliling Surya demikian disinyalir dalam Allah pada ayat 21/31 dan 36/38 s/d 36/40. Hal ini juga ternyata benar pada goro-goro dari  daratan Bumi yang diambil sewaktu berlakunya gerhana Surya. Dalam foto-foto itu kelihatan garis-garis umbra (daerah yang dilalui gerhana penuh) melengkung ke utara ketika berlaku pada bulan Februari dan Maret, sebliknya melengkung ke selatan ketika berlaku pada bulan Juni, Juli, danOktober. Lihatlah Book of Popular Science buku 3 halaman 134 dan 137, berjudul "Shadow in the Heavens.”

Dengan melengkungnya garis umbra gerhana Surya demikian, yang mencengaangkan para sarjana Barat, maka benarlah ketentuan Allah yang menyatakan Bumi bergerak zigzag dalam orbitnya, dan kelirulah anggapan orang selama ini bahwa musim berlaku disebabkan karena Bumi berstatus miring terhadap Surya.

Anggapan demikian sesungguhnya tak beralasan sama sekali apalagi kalau diteliti secara i1miah, tetapi mereka tidak mempunyai pilihan lain, dan terpaksa masih membenarkan teori Isaac Newton. Namun akan  cemerlang jika mereka mendasarkan gerak penelitiannya pada ayat-ayat suci Alquran.

Ayat 13/41 dan 21/44 menamakan  keadaan tadi dengan "mengurangi ujung-ujung Bumi" sebagai yang harus berlaku menurut ketentuan Allah. Dan hal itu telah kita muatkan dalam brosur diterbitkan oleh Pustaka “Bumi Dilanda Es" Saadiyah Sumatera pada bulan April 1969 sebagai satu serie dari deretan buku-buku Tewhid dan Logika.

Maka inipun adalah bukti kebenaran sinyalemen Alquran, juga langsung menjadi bukti adanya Allah yang menurunkan Kitab Suci tersebut. Memang Allah Esa Kuasa dan selalu dalam gaib.

Pada th. 1969 itu juga kita telah menerbitkan pula brosur Bulan Tanpa Kehidupan mendahului missi Apollo 11. Menurut ketentuan Allah yang terkandung  dalam Alquran, Bulan tersebut tidak mengandung makhluk hidup, tidak berudara, tidak ada air dan disana tidak ada yang bertumbuh. Tetapi awak Apollo itu sekembalinya dari Bulan masih dikarantina beberapa hari, dalam usaha mencegah menularnya hama dari Bulan ke permukaan Bumi. Begitupun yang berlaku pada awak Apollo 12. Kemudian ternyata awak-awak tcrsebut tak pernah ketularan hama apa-apa dari benda angkasa itu. Dengan demikian benarlah brosur kita berdasarkan ayat-ayat Suci yang diturunkan Allah. Dan inipun satu bukti untuk meyakinkan bahwa Allah yang gaib itu memang selalu ada.

Berdasarkan ayat-ayat Alquran juga banyak sinyalemen baru yang kita kemukakan dalam deretan buku Tawhid dan Logika, misalnya mengenai Piring Terbang yang oleh orang-orang Barat dinamakan UFO (Unidentified Flying Objects) dinyatakan khayal tak teranalisakan. Tetapi berdasarkan ayat 15/14, 43/13 dan 65/12 dan beberapa ayat suci lainnya, kita menyatakan UFO itu memang ada dan konkrit, dikendalikan oleh manusia yang telah lebih dulu cerdas datang dari planet Venus.

Barulah pada akhir th. 1977 para sarjana Barat mengakui UFO tersebut memang ada, berawak manusia dari luar Bumi. Hal ini mercka akui setelah melihat dan membuktikan sendiri beribu kali kejadian yang tak dapat dipungkiri, dicapai oleh pancaindera, radar, fotography, dan alat-alat lainnya..

Hal inipun membuktikan bahwa Alquran ini diturunkan oleh Allah yang senantiasa dalam gaib. Ayat 3/96 menyatakan bahwa rumah pertama di Bumi ada di Makkah yang kini diketahui berada di daerah panas dan berpadang pasir. Ayat suci ini selama 14 abad belum dapat difahami oleh para sarjana Barat, tetapi kini mereka bagaikan terpaksa mengakui bahwa Makkah itu dulunya kutub utara Bumi selaku daerah paling subur waktu itu, terbukti dengan banyaknya bahan mineral yang tersimpan dalam tanah daerah tersebut.
Namun mereka belum dapat memahami bagaimana proses perpindahan kutub-kutub pada zaman dahulunya. Tentang ini Alquran menjelaskan bahwa pada masa Nabi Nuh telah berlaku topan bcsar disebabkan oleh mendekatnya sebuah Comet yang menyebabkan Surya tergeser dari posisinya lalu diikuti oleh Bumi dan planet-planet lain. Katika itu melambunglah air laut memenuhi semua daratan dan berpindahlah kutub-kutub Bumi karena perobahan arah rotasinya.

Hal ini dinyatakan Allah pada ayat 11/41 dan 42/5 sehubungan dengan ayat 53/16 dan 53/54 jo.71/14. Keluarnya Surya dari posisinya waktu itu, wajarlah terjadinya topan besar di zaman Nabi Nuh, dan wajarlah pula berlakunya perpindahan kutub-kutub Bumi serta berlakunya pergantian musim yang semakin pendek waktunya hingga mengakibatkan daerah kutub-kutub semakin meluas. Inipun menjadi bukti bahwa Alquran diturunkan oleh Allah yang senantiasa dalam gaib.

Ayat 25/62 menyatakan Bumi ini bulat, ayat 13/3 menerangkan Bumi diperganda jadi beberapa planet, ayat 12/4 menyatakan bahwa planet dalam daerah Tatasurya kita ada sebelas, ayat 33/72 menyebutkan bahwa satu dari planet itu terpecah hancur dan beberapa lainnya menjadi kecil ditimbulkan oleh pembesaran radiasi Surya dulunya, ayat 20/103 menyatakan bahwa planet-planet itu tinggal sepuluh, ayat 20/6 menerangkan ada planet dibawah orbit Bumi, tentunya dua, karena ayat 65/12 meayatakan diatas Bumi ada tujuh, dan ayat 42/29 menjelaskan bahwa di setiap planet itu hidup makhluk hidup berjiwa sebagai di Bumi ini.
Semua sinyalemen Alquran demikian barulah disadari sepenuhnya pada abad 14 Hijriah secara bertahap sesuai dengan keizinan yang dibukakan Allah 2/106. Karenanya, bukanlah Alquran itu disusun oleh manusia, tetapi diturunkan Allah yang senantiasa dalam gaib. DIAlah yang Maha Tahu dan Maha Pengatur.
...

TAKDIR

QADARA قَدَرَ

            Menentukan, 5:34, 6:91, 13:26, dan lain-lain maka QADARA berarti "memberikan ketentuan" 25:2, 34:11, 36:39, dan lain-lain dan QADARU berarti "ketentuan" 15:21, 43:11, 54:49, 77:22, dan lain-lain dan QADARU berarti hal “tertentu” 6:91, 22:74, 65:3, 97:1, MIQDAAR berarti “ketentuan”  13:8, 32:5, 70:4, MAQDUUR  berarti “yang telah ditentukan” 33:38; MUQTADIRU berarti “yang menentukan” 18:45, 43:42, 54:42, 54:55, dan TAQDIIR berarti “ketentuan” 6:96, 25:2, 36:38, 76:16.

AIR, HYDROGEN, MAA-U

MAA-U    مَاءُ

13:4, 15:22, 23:18, 25:48, 50:9, 43:11 dan lain-lain. Namun istilah MAA-U yang tercantum pada ayat 11:7, 14:16, 21:30, 24:45, 25:54, dan 56:31 berarti "hidrogen" yaitu atom asal berisikan Rawasia yang berputar di sumbunya dilingkupi oleh Mar'a. Dalam hal ini juga penulis Bible salah jiplak untuk Genesis dimana dinyatakan Tuhan lebih dulu menciptakan air sebelum sinar,  lihat Genesis I:2 dan I:3. Padahal Alquran ayat 11:7 menyatakan Semesta ini adalah di atas Hydrogen, karena yang ada ini semuanya adalah benda-benda yang berasal dari Hydrogen. Di atas Hydrogen juga berarti, bahwa ciptaan pertama ialah RAWASIA (batang magnet) yang berputar, daripadanya timbul MAR'A yang melingkupi RAWASIA disebut orang dengan Proton yang tak kelihatan, begitu pun MAR'A dengan nama Elektron dan Positron. Di atas Hydrogen yang terdiri dari Proton dan Elektron itulah adanya Semesta raya dengan istilah ARSY pada 11:7.

Ayat 14:16 menyatakan penduduk neraka diberi minum dengan Hydrogen yang memperdayakan, bukan air karena di dalam neraka tidak ada air.

Ayat 21:30 menyatakan bahwa ALLAH menjadikan semua yang hidup dari Hydrogen, bukan dari air, karena dalam tubuh manusia adalah 60 persen saka. Begitu juga pada ayat 24:45, dan 25:54.

MAA-UN MASKUUB pada 56:31 berarti "Hyd.rogen permanen" yaitu yang berlaku. di Akhirat dalam surga, berbeda dengan Hydrogen di dunia kini di mana Neutrino atau MAR’A banyak mengapung ke angkasa hingga benda yang di tinggalkan berubah bersifat fana.

SEMESTA RAYA, JAGAT RAYA

'ARSY   عَرْشُ

Semesta raya, 7:54, 9:129, 10:3 dan lain-lain. Yaitu semua benda angkasa. tersusun rapi sebagai susunan yang diciptakan ALLAH. Hal ini sehubungan dengan istilah 'ARASYA berarti "membangun" pada ayat 7:137, 16:68. Namun 'ARSY yang tersebut pada 12:100, 27:23, 27:38, 27:42, dan jamaknya 'URUUSY tercantum pada ayat 2:259, 18:42,  22:42,  adalah "bangunan" yang disusun manusia. Maka 'ARSY yang diciptakan ALLAH tak mungkin diartikan dengan "bangunan" kecuali "semesta” karena semuanva terdiri dari bintang-bintang. Komet-komet, planet-planet dan Bulan-bulan.

GHAIB, GAIB

GHAIB   غَيْبُ

Gaib, juga diartikan karena tiada istilah lain yang cocok untuk maknanya, Ada dua macam yang dikatakan dengan Gaib yaitu wujud ALLAH dan Ruh: juga keadaan seperti yang berlaku di zaman purbakala, di Akhirat nanti, atau yang kejadian di planet yang mengitari bintang lain. Gaib tercantum pada 2:3, 19:61, 27:65, dan lain-lain, jamaknya ialah GHUYUUB pada 5:109, 5:1`16, 9:78, dan 34:48. Ghaib ialah ghaib dan tidaklah  tepat jika diartikan dengan."tak kelihatan" karena banyak wujud yang tidak kelihatan tetapi bukanlah dia ghaib. Namun istilah GHAYAABAH berarti ''kegelapan” pada ayat 12:10.

IONOSFIR, COMET, SA'AH, SHUWARU

SHUWARU      صُوَرَ

Ionosfir, 40:64,  64:3, terbentuk dari Mar'a yang mengapung dari permukaan Bumi (lihat MAR'A). Maka istilah SHAWWARA berarti "memberi ionosfir" setiap planet tercantum pada 3:6, 7:11, 40:64 dan 64:3.  Mar'a atau Neutrino yang melingkupi Proton pada setiap atom. Setiap benda terdiri dari atom bersusun jadi molekul, maka yang kelihatan adalah Mar'a yang melingkupi atom tadi. Karena Mar'a itu ada yang mengapung ke angkasa menjadi lapisan Ionosfir tentulah rupa dan warna benda yang dilihat tidak ada yang permanen, semuanya berubah. Sementara itu lapisan Ionosfir planet menjadi semakin tebal dan semakin sempurna. Hal itulah yang dimaksud ALLAH dengan "membaguskan Ionosfirmu" pada ayat suci tadi. Sebaliknya hal demikian menimbulkan iklim permukaan planet semakin sejuk. terbukti dengan semakin melebarnya daerah dingin pada kedua bahagian kutub Bumi. Dalam pada itu Mar'a yang mengapung dari bintang-bintang tersebab berlakunya Carbon Cycle atau Proton-Proton Cycle, pada mulanyan berwujud Nebula yang kelihatan berupa awan berada di antara bintang-bintang. Kemudian Nebula tersebut saling bergabung menjadi Komet yang oleh Alquran disebut SHUUR pada ayal 6:73, 18:99, 20:l02, 23,101,  27:87, 36:51, 39:68, 50:20. 69:13 dan 78:18.  Mar'a yang sifatnya anti partikel tetapi saling bergabung antara sesamanya, maka Komet tersebut senantiasa lari dari bintang-bintang yang beredar, dan semakin cepat melebihi kecepatan sinar, maka daram kecepatan demikian dia terbentur pada Tatasurya yang kebetulan menghalangi. Tatasurya itu langsung rerseret karena Neutrino yang ada panya bergabung pada Komet, lalu tampaklah Komet itu bagaikan berekor panjang. Benturan Komet demikian disebut SA’AH atau waktu kehancuran total di permukaan planer-planet. (lihat SA'AH).  Menurut sinyalemen ayat 69:17, jumlah Komet di semesta raya hanyalah delapan, bukan jutaan milyar sebagai pernah diduga orang. Semuanya bergerak tanpa orbit tertentu. Namun pada suatu kali nanti delapan Komet itu akan bersatu dan berlakulah peristiwa dahsyat sekali, kemudiannya ALLAH mewujudkan kehidupan kedua di Akhirat" karena pada waktu itu setiap bintang mengambii posisi tertentu di semesta raya dengan sifatnya yang repelen. Itulah benturan pertama dan benturan kedua yang disebutkan pada ayat 39:68.

MENJAGA, YANG TERJAGA, MUHSHANAAT

MUHSHANAAT    مُحْصَنَاتُ
Yang terjaga, yaitu perempuan-perempuan yang terjaga atau terpingit dalam rumah tangga Islam  4:24, 4:25, 5:5, 24:4, 24:23, sehubungan dengan MUHSHINIIN berarti “yang menjaga” atau lelaki yang menjaga, dengan AHSHANA besar berarti “menjaga” pada 4:25, 12:48, 21:80, 21:91, 66:12, dan dengan HASHUNA berarti “terjaga” 24:33, serta istilah HUSHUUN berarti"penjagaan" pada ayat 59:2.
Jadi  semua orang beriman boleh menikahi MUHSHANAAT kecuali yang bersuami sebagai dinyatakan pada ILLAA MA MALAKAT AIMAANUKUM pada ayat 4:24.

GANDA, MIDAADAA

MIDAADAA   مِدَادًا

Berganda, 18:109, sehubungan dengan MADDA berarti "pergandaan” 19:75, 19:79, MUDDAT berarti “diperganda” 9:4, 84:3, dan dengan  istilah MADADA berarti “perganda” pada ayat 2:15, 3:124, 7:202, 8:9, 13:3, 15:19, 15:88, 17:6, 17:20, 20:131, 22:15, 23:55, 25:45, 26:132, 27:36, 31:27, 50:7, 52:22, 104:9. Istilah itu sehubungan juga dengan MUMIDDU berarti “yang memperganda” pada 8:9, MUMADDADAH berarti "yang berlapis-lapis” 104:9, dan dengan MAMDUUD berarti "yang diperganda”  pada ayat 56:30, 74:2.

BERIRINGAN, MIDRAARAA

MIDRAARAA     مِدْرَارًا

Yang Beriringan, 6:6, 11:52, 71:11, yaitu benda-benda angkasa yang datangnya beriringan. Istilah itu sehubungan dengan DURRIYYU berarti "yang diperiringkan" 24:35, yaitu planet-planet yang mengorbit keliling surga.

YANG BERHUBUNGAN, MARIIJ

MARIIJ  مَرِيْجُ

Yang Berhubungan, 50:5, sehubungan dengan istilah MAARIJ berarti "yang menghubungkan" pada ayat 55:15, dan dengan MARAJA berarti “menghubungkan” pada ayat 25:53, 55:19. Jadi menurut ayat 55:15, jin diciptakan ALLAH dari yang menghubungkan adanya api. Hal ini menjadi tugas para ilmuwan untuk menentukan apakah dari wujud yang semacam gas atau sebagainya.

INGIN, MENGINGINKAN, MARIID

MARIID   مَرِدُ

Yang Mengingini, 4:117,  22:3, sehubungan dengan MAARID berarti "yang berkeinginan" 37:7, dan sehubungan dengan ARAADA berarti "ingin" pada ayat 2:228, 3:145, 21:17,  dan lain-lain.

PUSAT, TEMPAT DIPUSATKAN, MURSAA

MURSAA   مُرْسَا

Tempat Dipusatkan, 7:187, 11:4l, 79:42, sehubungan dengan ARSAA berarti "pusatkan" 79:32, bahwa ALLAH memusatkan gunung-gunung pada tempat-tempat tertentu dengan puncak-puncak tinggi. Demikian pula Komet dipusatkan dengan kepalanya dan berekor panjang yang akan membentur Tatasurya kita untuk memusnahkan kehidupan konkrit dengan istilah SA'AH pada ayat 79:42 dan 7:187. Begitu pula magnet Bumi. dipusatkan di Arktik dan di Antarktik sesudah berpindahnya dari Makkah dan Tuamoto pada waktu berlakunya topan besar di zaman Nuh. Lihat juga RAWAASIA dan MAJRII.

NEUTRINO, MAR'A

MAR'A مَرْعَ

Neutrino, atau elektron bebas, 79:31, 87:4 sehubungan dengan RAA'U berarti "yang memelihara" 23:8, 70:32: juga dengan RA'AA berarti "memelihara" pada ayat 20:54. 57:27. Elektron dan positron adalah wujud yang melingkupi Proton (lihar MAA-U) karenanya dia dinamakan dengan MAR'A. Ketika atom melakukan fissi dan atau fusi keluarlah sebahagian Elekrron dan Positron itu lalu bergabung menjadi Neutrino dengan sifat netral. Maka yang keluar dari planet-planet MAR’A atau Neutrino itu membentuk lapisan Ionosfir yang semakin tebal. Sedangkan yang keluar dari bintang-bintang mengapung ke angkasa bebas menjadi Nebula dan kemudiannya bergabung jadi Komet, lihat SHUUR.

Pada ayat 21:32, Ionosfir yang melingkupi Bumi ini disebut dengan SAQFAN MAHFUUZHA atau lapisan terjaga, dan memanglah Mar'a yang mengapung dari permukaan Bumi dikatakan pada ayat 79:31, bersifat menjaga dan terjaga.

Diri manusia juga mengapungkan Mar’a dan inilah yang disebut dengan KITAABUN MARQUUM yaitu ketetapan yang dicatat pada ayat 83:9, 83:20 sebagai keterapan yang nanti akan dihadapkan padanya di Akhirat selaku persaksian.

MARWAH

MARWAH  مَرْوَةُ

Marwah, 2:158, bersamaan dengan SHAFA  yaitu dua bukit yang berjarak sekira 400 meter, di antaranya orang melakukan SYA’I dalam ibadah hajji. Hal ini melambangkan post kutub magnet Bumi selalu berpindah tempat maksimal 10 derajat dari kutub putaran Bumi' berlaku pada bulan Juni dan Desember, sedangkan pada bulan Maret dan September berada tepat di kutub putaran Bumi. Kejadian tersebut berlaku sesudah topan di zaman Nuh waktu mana kutub-kutub Bumi berpindah tempat. Itulah sebabnya SYA’I harus dilakukan sesudah ibadah Tawaf keliling Ka’bah. Lihatlah MASJIDUL  HARAAM dan KA’BAH.

KA’BAH

KA’BAH   كَعْبَةُ

Ka'bah, 5:95, 5:97. Di tempat itulah rumah pertama yang didirikan untuk manusia Bumi, 3:96. Ka'bah juga dinamakan "rumah  tertua” 22:29, 22:32. Didirikan oleh Ibrahim bersama anaknya lsmall 22:26. Menjadi Sumber ilmu tentang Histori, Geologi, dan sebagainya 2:125. Rumah Mulia dan siapa yang memasuki daerahnya jadi aman 3:97, 5:97, dan 14:37. Rumah yang diberkati atau yang dijaga keselamatannya oleh ALLAH 3:97. Dikatakan juga sebagai Rumah ALLAH dengan kiasan Kemulian-NYA 2:125. Tempat kebesaran Nabi Ibrahim 3:97. Supaya manusia menziarahinya atau menunaikan Hajji kepadanya bagi yang sanggup 3:97. Itulah satu-satunya Rumah yang selalu diramaikan di sepanjang zaman secara aman 3:97 dan 53:4. Dijadikan petunjuk bagi seluruh manusia 3:96. Supaya orang melakukan tawaf keliling Ka'bah itu 2:125, 22:26, 22:29, dengan menempatkan Rumah itu di sebelah kiri melambangkan putaran Bumi dari barat ke timur sembari mengorbit keliling Surya. Ka'bah itu dulunya yang jadi kutub utara Bumi sebelum topan di zaman Nuh 3:96, 18:86, jo. 71:14 berlaku 71:14 dan berpindah pada tempatnya kini disebutkan pada ayat 11:41 hingga kutub utara kini ialah Arktik. Ke arah Ka'bah itulah setiap orang harus menujukan Kiblat Shalat 2:149 dan 2:150. Dan menghadap ke Ka'bah bukanlah menyembah Rumah itu tetapi menyembah Tuhan yang memiliki-Nya 106:3. ALLah selalu dalam gaib maka menyembah-Nya haruslah ditujukan kepada satu tempat dan tempat itu ialah di Ka'bah kini di mana dulunya terdapat kekuatan yang diciptakan ALLAH, yaitu kekuatan terbesar di Bumi ini hingga memutar planet yang beratnya diperkirakan 200 trilliun ton berputar sekira 1.665 km perjam. Jamak dari Ka'bah ialah KAWAA’IB tercantum pada ayat 78:33 yaitu Ka'bah di planet-planet lain sebagai realisasi dari ayat 2:148, 42:29, dan 65:12. Demikianlah para Muttaqin di Akhirat nanti di kutub utara Planet sebagai dinyatakan pada 71:14, 3:96, jo. 29:20, 21:104, dan 78:23. Sejalan dengan itu istilah KA'BAINI pada ayat 5:6, berarti “dua mata kaki” yaitu tempat kaki berputar untuk tempat melangkah. Demikian pula istilah Ka’bah berarti “tempat Bumi berputar” dulunya.

TANYA, YANG DITANYAI, MAS-UUL

MAS-UUL  مَسْئُوْلُ

Yang Ditanyai, atau yang dipertanggung jawabkan 17:34, 17:36, 25:16, 33:15, 37:24, sehubungan dengan istilah SU-ILA berarti “ditanyai” atau dipertanggung jawabkan, 2:119, 2:134, 16:56, 21:23, 28:78, 29:13, 34:25, 43:44, 55:39, 8l:8, dan 102:8.

Sering penterjemah salah pasang pada ayat 28:78 dan 55:39. Mereka memahami bahwa jin dan orang-orang berdosa tidak ditanyai atau tidak dipertanggung jawabkan tentang dosanya, padahal semuanya akan ditanyai. Kekeliruan terletak pada susunan istilah LAA YUS-AL ‘AN ZUNUUBIHIMUL MUJRIMUUN. Mereka menyangka Na-ibul Faa’il dalam ayat suci itu adalah MUJRIMUUN, padahal sebenarnya DIA yaitu ALLAH. Begitu pula pula pada ayat 55:39. Sedangkan ayat-ayat suci di atas tadi menyatakan semua orang dipertanggung jawabkan tentang amal dan dosanya, dan lihat arti ayat 21:23. Tidaklah DIA (ALLAH) ditanyai tentang yang yang DIA perbuat, dan merekalah yang ditanyai (dipertanggungjawabkan).

Sekiranya istilah-istilah dalam ayat 28:78 diubah susunannya menjadi LAA YUS-ALUL MUJRIMUUNA ‘AN ZUNUUBIHIM barulah MUJRIMUUN itu berfungsi Na-ibul Faa'il.

MENETUKAN, DITENTUKAN, PERWUJUDAN, TEMPAT TINGGAL

MUSTAQAR  مُسْتَقَرُّ

Yang Ditentukan, 2:36. 6:67, 6:98, 7:24, 11:6, 25:24, 25:76, 36:38, 75:12, maka istilah MUSTAQIR berarti "yang menentukan" tercantum pada ayat 27:40, dan 54:3.

Istilah ini sehubungan dengan QARAAR berarti "perwujudan" pada 14:26, 14:29, 23:13, 23:50, 27:61, 38:60, 40:39, 40:64, 77:21; dengan AQRARA berarti "menyetujui" atau "mewujudkan", tercantum pada 2:84, 18:81, dan dengan ISTAQAR berarti "terwujud" atau berada pada tempatnya, tercanturn pada ayat 7:143.

Maka bukanlah MUSTAQAR berarti "tempat tinggal", "tempat istirahat" atau "kediaman", tetapi benarlah "yang ditentukan" sebagai tercantum pada ayat 6:67 dan 36:38.

UTAMA, KEUTAMAAN

MANNU مَنُّ

            Keutamaan, 2:57, 2:262, 2:264, 7:160, 20:80, 47:4, sehubungan dengan MANNA berarti "utamakan" tercantum pada ayat 3:143, 3:164,  4:94, 4:119, 6:53, 12:90, 14:11, 20:37, 26:22, 28:5, 28:82, 37:114, 38:39, 49:17, 52:27, 74:6 juga sehubungun dengan istilah TAMANNA pada ayat 2:94, 2:95, 3:143, 4:32, 28:28, 62:6, 62:7. Maka Mannu yang diberikan kepada Bani Israil tercantum pada ayat 7:160 bukanlah “makanan manis” tetapi "keutamaan" dalam keilmuan sebagai dimaksudkan pada ayat 44:32 dan 45:16.  Lihat SALWAA.

SALAH DIDIK ANAK, Apakah kenakalan remaja disebabkan oleh salah didik dari ibu bapak?

Pada hakekatnya memang kenakalan remaja yang terdapat dalam masyarakat ditimbulkan oleh didikan yang diberikan oleh fihak ibu - bapak, karena setiap anak terpengaruh oleh alam lingkungan, seperti oleh darah turunan, makanan, perbuatan, dan mental ibu - bapaknya. 

Sebagai contoh dari keadaan yang berlaku ialah:
1. Diantara yang termasuk golongan kenakalan remaja yaitu free sex,cross boy,  cross girl, pencandu narkotik dan sebagainya.
2. Banyak orang menyalahkan timbulnya kenakalan remaja tersebut pada siaran radio, TV, tontonan film, majalah, bukur-buku yang menyiarkan kejahatan, kepornoan, keduniaan dan sebagainya, padahal semua itu tergantung pada peraturan yang berlaku dalam masyarakat dan pada pemerintah yang menyusun, menetapkan serta mengawasi pelaksanaan peraturan hukum itu sendiri. Tetapi ingatlah bahwa pemerintah tersebut terdiri dari ibu bapak yang melahirkan anak-anak yang terlibat pada kenakalan remaja tadi.

3. Banyak pula orang yang menyalahkan guru-guru di sekolah. Guru-guru itulah katanya yang bertanggung jawab terhadap anak didiknya. Tetapi kalau orang sudi memperhatikan, akan nyatatah tuduhan itu salah alamat:
a. Guru-guru bukanlah pendidik tetapi pengajar. Mereka mengajarkan pelajaran yang tercantum dalam kurikulum. Jadi para murid di sekolah bukanlah anak didik, sebaliknya lebih pantas menamakan “anak ajar”.
b. Guru-guru itu bergaul dengan anak ajarnya hanya beberapa jam pada hari-hari tertentu. Waktu-waktu itu dipergunakannya untuk memberikan pelajaran. Mereka hanya dapat memberikan nasehat kepada murid yang kurang sopan atau yang terlibat pada kenakalan remaja. Paling akhir mereka hanyalah berlepas diri dengan mengusir murid tersebut dari lingkungan sekolah.
c. Yang bertugas dalam pendidikan adalah ibu bapak. Mereka harus menjadikan anak-anaknya selaku anak didik. Pertumbuhan akhlak dari anak-anak tersebut harus dipertanggung jawabkan para ibu bapak sendiri, bukan kepada orang-orang lain.

4.  Banyak ibu bapak yang sibuk dengan unusan sendiri, baik di bidang jabatan,  masyarakat, maupun di bidang keduniaan :
a. Bayi yang ditinggalkan di rumah diberi makan dengan susu sapi hingga bayi itu kemudiannya dipengaruhi oleh sifat dan sikap sapi.
b. Bayi itu sampai pada umur bilangan tahun ditinggalkan di rumah, dirawat dan diasuh oleh pembantu bayaran. Umumnya pembantu itu adalah orang lain, bukan keluarga juga kurang tanggung jawab dan kurang pengetahuan. Maka praktis saja anak yang dirawatnya bertumbuh tak rnenentu, liar, dengan sifat dan sikap yang tak diharapkan.

c. Ibu bapak mewah itu meninggalkan anak-anaknya dengan peralatan dan bahan keperluan cukup, tetapi mereka lupa bahwa samua itu tidak cukup dijadikan bahan didikan anak-anak. Apalagi kalau semua peralatan itu didapatkan dulunya dengan cara tidak baik dan tidak halal, begitupun penggunaannya tidak pula menurut amar makruf nahi mungkar. Padahal anak-anak mereka membutuhkan kasih sayang ibu, air susu ibu, makanan halal yang baik, begitu pula peralatan yang berfungsi pendidikan bukan duniawi.
d. Sewaktu ibu bapak telah berada di rumah bersama anak-anak, keduanya memperlihatkan sikap mewah, kedudukan tinggi dan segala bisa. Semua itu diterima si anak dengan pertumbuhan buruk dalam jiwanya. Akibatnya dia terbiasa bersikap anghuh, tak sopan, dan suka mendaulat milik teman-temannya. Kemudian sekali, masa depannya sangat suram, dan wajar sekali termasuk remaja nakal.

Maka sebagai jawaban ini, rasanya cukup sebagai apa yang dikemukakan tadi, bahwa kenakalan remaja memang disebabkan SALAH DIDIK dari IBU BAPAK. Semuanya berdasarkan hukum yang telah ditentukan dalam Alquran. 

(Sang Generasi Muda)



Over View

PERTUMBUHAN ILMU-ILMU ISLAM DI MADRASAH

(Nana Masrur) Kompetensi Dasar : Mampu Menguraikan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah Indikator : Madrasah dan Perkemb...