HARTA KEKAYAAN

`als salaamu 'alay–kum, wa rahmatu–`allaahi, wa barakaatu–huu. 
`als salaamu 'alay–kum, wa rahmatu–`allaahi, wa barakaatu–huu.

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة و السلام على رسول الله و على آله و صحبه أجمعين, أما بعد:


Saudara dan Saudariku yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla. 
Orang-orang Islam mengetahui dan meyakini bahwa hartabenda adalah kelengkapan sementara di mana berlaku ujian dalam berbagai bentuk. Mereka harus saling berwasiat tentang hal-hal logis dan ketabahan, malah selalu mengingat bahwa kehidupan kini hanyalah sementara, beberapa tahun. Karena itu mereka tidak mau memiliki hartabenda secara melawan hukum apalagi untuk diwariskan kepada keluarga untuk pemakaian selanjutnya hingga risiko yang harus diterima nanti jadi semakin berat dan lebih celaka.
••• 
Begitu logis dan praktis tata hidup yang diajarkan ALLAH, begitu mudah mencapai kebahagiaan abadi asal saja orang sudi mematuhi hukum-NYA dengan janjian pasti tanpa rubah bagi keuntungan manusia ramai. Tetapi kebanyakan orang masih mengelakkan diri dan menganggap dirinya sanggup menentukan masa depannya melawan kehendak ALLAH. Mereka masih berencana untuk hidup lama dan berusaha untuk itu, padahal kematian diri pasti berlaku sebagai nikmat terakhir dari ALLAH, dan itupun didahului dengan pingsan tak sadar diri. Maka alangkah celakanya manusia sekiranya dapat hidup 2000 tahun di dunia kini, berfisik lemah bungkuk tidak tahu apa-apa. Alangkah pedihnya penyakit tanpa maut, dan alangkah sengsaranya hidup tanpa pedoman dan tanpa TUHAN yang menentukan.
••• 
وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَىٰ حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا ۚ يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَن يُعَمَّرَ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ ﴿٩٦﴾
2/96. Akan engkau dapati mereka manusia yang lebih harap tentang kehidupan, juga dari orang-orang musyrik. Setiapnya mengharapkan kalau dapat berumur seribu tahun. Dan tidaklah DIA menjauhkannya dari siksaan jika berumur begitu, dan ALLAH melihat apa yang mereka kerjakan.
••• 
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ ﴿١٦﴾
57/16. Bukankah kini bagi orong-orong beriman agar hati mereka tenang untuk memikirkan ALLAH dan hal logis yang DIA turunkan, dan tidak seperti orang-orang diberi Kitab dulunya? Telah panjang jangka waktu atas mereka, maka hati mereka jadi keras, dan banyak dari mereka adalah fasik.
••• 
Suatu hal yang biasanya memperdaya manusia pada kehidupan kini ialah kemewahan yang ditimbulkan oleh kelebihan daripada yang dibutuhkan. Karena kelebihan hartabenda demikian dapat menimbulkan kemewahan lalu orang berusaha segiat mungkin meningkatkan hasil dalam bidang pertanian, peternakan, perdagangan atau sebagainya. Lalu mereka lupa memikirkan ALLAH dan hukum hidup yang DIA turunkan, bahkan seringkali tersesat karena mengikuti kegiatan yang berlaku dalam masyarakat. Ketika itu banyak orang yang menyatakan penganut Islam tidak lagi menghukum menurut ketentuan ALLAH, mereka menghukum dengan tradisi yang setengahnya sangat bertantangan dengan hukum ALLAH. Terhadap orang-orang inilah Ayat 57/16 diserukan agar kembali kepada hukum agama yang mereka anut agar tidak termasuk orang-orang kafir yang sudah jelas masa depannya.
••• 
Islam bukan melarang orang berlomba mencari kekayaan dunia, malah memerintahkan dan mendidik orang untuk itu, serta menunjukkan cara dan sikap yang harus dilaksanakan, tetapi semua itu hendaklah menurut hukum ALLAH, baik sewaktu mendapatnya begitupun sewaktu menafkahkannya. Tetapi karena manusia itu bersyahwat, kebanyakan mereka bertindak menurut maunya secara opportunis yang mereka sangka menguntungkan padahal membahayakan. Bahkan dalam hal ini termasuk orang-orang yang menyatakan diri pemimpin dan guru-guru agama sebagai maksud Ayat 9/34. Untuk selanjutnya perhatikanlah pula arti Ayat:
••• 
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا ﴿٦٠﴾
4/60. Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang mengajarkan bahwa mereka beriman pada yang diturunkan kepadamu dan yang diturunkan sebelum engkau? Mereka ingin mencari hukum kepada thaghut dan sungguh mereka diperintah kafir padanya. Setan ingin menyesatkan mereka pada kesesatan yang jauh.
••• 
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَىٰ مَا أَنزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنكَ صُدُودًا ﴿٦١﴾
4/61. Ketika dikatakan kepada mereka: "Marilah kepada apa yang ALLAH turunkan dan kepada Rasul", engkau lihat orang-orang munafik itu mengelak dari engkau dengan pengelakan.
••• 
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ أَنَّ لَهُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لِيَفْتَدُوا بِهِ مِنْ عَذَابِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٣٦﴾
5/36. Bahwa orang-orang kafir, kalau adalah bagi mereka yang di Bumi ini semuanya yang bersamaan dengan itu padanya untuk penebus diri dari siksaan Hari kiamat, tidaklah akan diterima dari mereka, dan untuk mereka siksaan pedih.
••• 
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ ﴿٥٥﴾
9/55. Janganlah mengherankan engkau harta mereka, jangan pula anak-anak mereka, bahwa ALLAH ingin menyiksa mereka dengannya pada kehidupan dunia. Diri mereka akan lenyap, dan mereka orang-orang kafir.
••• 
Cara mendapatkan kekayaan dan mempergunakannya harus menjadi perhatian orang-orang Islam apalagi sehubungan dengan kematian yang wajib dirasai waktu mana harta yang dimiliki berpindah tanpa kecuali. Dia wajib berpisah dan dipisahkan dari keluarganya tanpa kesadaran dan tidak memerlukan alat apa-apa. Kain kafan dan batu nisan yang diadakan bagi pemakamannya bukan untuk dirinya, bukan atas kehendaknya, tetapi menurut kemauan orang-orang yang ditinggalkan. Karena itu orang-orang Islam benar-benar memperhitungkan hartabenda yang dimilikinya secara teliti bagi kepentingan duniawi dan Akhirat di mana berlaku kehidupan sebenarnya tanpa kematian.
••• 
Orang-orang Islam tidak mau memiliki harta asal dapat saja, tetapi menilainya menurut hukum Alquran, dan mereka tidak mempergunakan harta itu kecuali menurut keredhaan ALLAH sepraktis dan seefektif mungkin. Mereka dilarang bersikap kikir begitupun bertindak boros, namun dalam harta mereka ada bahagian-bahagian tertentu bagi yang membutuhkan dan untuk hal-hal yang dimuliakan secara logis. Mereka pun diberi ingat agar tidak terlalai memikirkan dan memuliakan ALLAH karena kesibukan pada harta benda.
______ 

Over View

PERTUMBUHAN ILMU-ILMU ISLAM DI MADRASAH

(Nana Masrur) Kompetensi Dasar : Mampu Menguraikan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah Indikator : Madrasah dan Perkemb...