HAJI

IBADAH HAJJI

a. Orang-orang yang datang dari berbagai peiosok Bumi, bukanlah berjalan kaki naik hajji ke Makkah tetapi dengan memakai kendaraan atau alat penghubung terutama pada masa mendatang waktu mana ketentuan hukum mengenai hajji tetap berlaku. Istilah "rijaalan" bukanlah berarti "berjalan kaki" tetapi "berlaki-laki" berasal dari kata "rijaal" yang tertulis pada 2/239, 2/228, 4/1, 4/32,4/98, 7/46, 7/48, 7/81, 12/109, 24/37, 27/55, 29/29, dan 72/6.
Karena itulah perempuan-perempuan yang bermaksud naik Hajji diharuskan pergi dengan laki-laki sebagai pelindungnya.

Istilah "dhamir" bukanlah berarti "onta yang kurus" tetapi "kendaraan" atau alat penghubung. Bagaimana pula orang dapat mengarungi daerah padang pasir ataupun pergi naik Hajji ke Makkah dengan mengendarai onta yang kurus ? Kalau orang hendak memakai onta juga tentu dia memilih onta kuat sehat, bukan onta kurus yang mungkin mati dalam perjalanan. Tetapi mungkinkah pemakaian onta kurus dalam terjemahan Jassin tersebut sebagai hinaan terhadap ibadah Hajji ?


b. Istilah "sya'a-irillaah" bukanlah berarti "korban yang dipersembahkan pada Allah" tetapi "syi'ar" atau susunan tanda kebesaran Allah. Hal ini dapat dibuktikan dengan apa terkandung dalam ayat 2/145, 5/2 dan 22/36 yang oleh Jassin sendiri dituliskan "syiar Allah".


وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلۡحَجِّ
يَأۡتُوكَ رِجَالاً۬ وَعَلَىٰ ڪُلِّ ضَامِرٍ۬ يَأۡتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ۬
22/27. Dan maklumkanlah pada manusia itu dengan Hajji, tentu mereka akan datang padamu berlaki-laki dan atas kendaraan (penghubung, yang datang dari setiap pelosok tempat yang jauh.

ذَٲلِكَ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَـٰٓٮِٕرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ
22/32. Demikianlah, dan siapa-siapa yang membesarkan si'ar (susunan) Allah, maka hal itu termasuk keinsyafan hati.

Lihat :
RITUAL HAJI

Akhirat

Keadaan manusia di Akhirat nanti

Ayat suci ini menyatakan bahwa kesadaran setiap manusia, termasuk orang-orang kafir, akan terkumpul sepenuhnya di Akhirat nanti, di mana mereka dapat mengetahui betapa kesalahan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia, tetapi kini mereka masih meragukan adanya Akhirat itu bahkan buta ilmu tentang hari berbangkit nanti.

بَلِ ٱدَّٲرَكَ عِلۡمُهُمۡ فِى
ٱلۡأَخِرَةِ‌ۚ بَلۡ هُمۡ فِى شَكٍّ۬ مِّنۡہَا‌ۖ بَلۡ هُم مِّنۡهَا عَمُونَ
27/66. Akan tetapi akan terkumpul ilmu mereka di Akhirat nanti malah mereka dalam keraguan tentangnya (Akhirat itu), bahkan mereka buta tentangnya.
**
Lihat:
ISTILAH

Ciptaan

Kedua ayat suci ini menjelaskan bahwa Bumi ini telah diciptakan pertama kali waktu mana kutub utara Bumi berada di Makkah kini dan selatannya di Kepulauan Berbahaya Pasifik. Pengulangan ciptaan itu dilaksanakan sewaktu topan di zaman Nabi Nuah dengan merobah peta permukaan Bumi jadi berpulau-pulau dan perpindahan kutub utara ke Arktik dan selatan Antartik kini. Perwujudan terakhir tanpa robah akan dilakukan Allah pada Hari Kiamat nanti sebagai ciptaan terakhir.

أَوَلَمۡ يَرَوۡاْ ڪَيۡفَ يُبۡدِئُ ٱللَّهُ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ذَٲلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ۬
29/19. Tidakkah mereka perhatikan betapa Allah memulai ciptaan itu, kemudian mengulanginya ? Bahwa yang demikian mudah saja bagi Allah.

قُلۡ سِيرُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ ڪَيۡفَ
بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَ‌ۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأَخِرَةَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬
29/20. Katakanlah, "berjalanlah di Bumi ini lalu perhatikanlah betapa Allah telah memulai ciptaan itu, kemudian Allah akan mewujudkan perwujudan terakhir bahwa Allah menentukan tiap sesuatu (di Akhirat).


a. Istilah "bada-a" ada yang mengartikannya "menjadikan" padahal mestinya "memulai". Untuk ini perhatikanlah istilah yang sama pada ayat 7/29, 9/13, 10/34, 12/76, 21/104, 27/64, 30/11, dan 32/7.

b. Istilah "qadiir" berarti "yang menentukan" ada yang memberi makna "berkuasa", padahal istilah itu berasal dari “qadara" tercantum dalam ayat 5/34, 6/91, 13/26, 14/18, 22/74, 29/62, 42,12, 57/29, 65/7, 89/16 dan 90/5. Di samping itu istilah "qadaru" harus berarti "ketentuan" seperti tercantum pada ayat 2/236, 13/17, 15/21, 20/40, 23/18, 33/38, 42/27, 43/11, 54/49 dan 77/22. Karenanya istilah "qadiir" haruslah berarti "yang menentukan" seperti yang tercantum pada ayat 6/37, 6/65, 10/24, 17/99, 23/18, 23/95, 36/81, 46/33, 70/40 dan lain-lainnya.

Adakah perbedaan arti "berkuasa" dari "yang menentukan" ? Jawabnya: Ada. Berkuasa berarti memiliki sesuatu dan dapat berbuat atas sesuatu itu, sedangkan "yang menentukan" berarti mewujudkan dari tiada kepada ada, menguasai yang diwujudkan itu, merencanakan sebab akibat yang berlaku pada wujud itu, dan tiada seorang lainpun dapat memiliki wujud itu apalagi untuk merobah dan mengendalikannya.

c. Istilah "nasy-atu" berarti "perwujudan" berasal dari "ansya-a" sebagai termaktub dalam ayat 6/6, 6/98, 6/133, 6/141, 11/61, 13/12, 21/12, 23/14, 23/19, 23/42, 28/45, 36/79, 53/32, 56/35, 56/61, 56/72 dan 67/23. Maka yang terkandung pada ayat 29/20 di atas tadi ialah "Kemudian Allah akan mewujudkan perwujudan "terakhir" tetapi ada yang menuliskan "Kemudian Allah mengadakan ciptaan kedua" yang sangat berbeda dari kandungan ayat suci.

Over View

PERTUMBUHAN ILMU-ILMU ISLAM DI MADRASAH

(Nana Masrur) Kompetensi Dasar : Mampu Menguraikan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah Indikator : Madrasah dan Perkemb...