33. Bagaimana cara menyakinkan diri bahwa Allah memang ada memang ada dalam gaib?

Ada dua macam cara untuk meyakini adanyaAllah dalam gaib; bahwa DIA selalu ada di segala zaman, di semua tempat. DIA yang awal dan yang akhir, pencipta dan pengatur segalanya

1. 

a. Bahwa alam semesta ini tak mungkin ada kalau tidak ada yung menciptakan dan yang mengaturnya. Tetapi alasan ini dapat dibantah fihak atheis bahwa semuanya telah berlaku menurut hukum alam yng terkandung dalam setiap materi. Semuanya berlangsung secara evolusi. Setiap benda harus patuh dan memang telah patuh pada hukum alam dalam evolusinya, di mana tidak ada yang dikatakan gaib, dan tidak ada Tuhan yang gaib.

b. Bahwa setiap benda dalam alam semesta ini mengalami sifat dan hukum tersendiri, ada yang pahit dan yang manis, ada yang kecil dan ada yang besar, ada yang melayang di udara dan ada yang menyelam dalam air, pad,a mana hukum evolusi tak mungkin dipakaikan, walaupun semua benda itu berasal dari Hydrogen yang sama. Dalarn hal ini fihak atheis tak berdaya karenanya mereka sering merasa takut pada sesuatu yang tidak mereka ketahui. Pada banyak hal, mereka tak sanggup menentukan sesuatu atas hukum evolusi, lalu mereka namakan dengan missing link sebagai dead lock atau benturan yang tak pernah ditembusi. Mereka meraba-raba dalam ilmu seperti dikatakan Allah pada ayat 2/20. Dalan hal ini benarlah ketentuan Allah pada ayat 53/30, 39/62, dan 15/21 bahwa demikian baru capaian ilmu pengetahuan manusia-manusia kafir, pada hal semua benda dalam alam semestaini diciptakan Allah yang Esa Kuasa. Setiapnya menjalani ketentuan yang lebih dulu ditetapkan-Nya.

2. 

Bahwa Allah yang gaib itu ada dimana-mana di semesta raya. DIA Satu, di segala zaman. Bahwa keadaannya sama dengan ruh yang ada dalam tubuh manusia bahwa ruh itu berkuasa pada diri seseorang berada di seluruh tubuhnya, tetapi tak mengetahui diketahui betapa rupa bentuknya.

Namun permisalan ini, sebagaimana pernah dinyatakan oleh sementara pemuka Islam, adalah bertentangan dengan kententuan Allah dalam ayat 16/74, bahwa DIA tidak boleh dan tak mungkin dicontohkan dengan apa saja. Perbedaan keduanya ialah bahwa ruh tidak mengetahui yang gaib lainnya, tidak mengetahui apa yang akan terjadi padanya, tidak rnengetahui semua yang ada dan yang berproses dalam diri dimana dia berada. Berbeda dengan Allah yang menciptakan mengetahui bahwa mengatur tiap sesuatu di sernesta raya ini. Dari semua alasan diatas ini hanyalah cara no.1 sub b saja yang dapat dipakai, karena semua memang benar dan tak mungkin dibantah tentang adanya Allah dalam gaib.

3. 

Cara yang lebih sempurna untuk meyakini bahwa Allah senantiasa ada dalam gaib ialah dengan menganalisakan Firman-firmanNya menurut ayat 29/51: 

a. Allah menurunkan tiga Kitab Suci sesudah topan di zaman Nuh yaitu Tawrat Injil dan Alquran. Ketiganya diturunkan kepada Musa, Isa Almasih, dan Muhammad yang hidup pada zaman yang berbeda ribuan tahun. Namun ketiga Nabi itu begitupun ketentuan-katentuan dalam ketiga Kitab Suci itu mengandung ajaran yang sama walaupun antara sesamanya tak pernah berhubungan dan tak pernah bertemu muka. Hal ini memberikan bukti bahwa Allah itu ada dalam gaib di semua masa dan tempat. DIA-lah yang menurunkan ketiga Kitab Suci itu dan menentukan tugas ketiga Nabi tersebut. 

b. Alquran yang disampaikan Muhammad telah menggariskan riwayat hidup manusia dari sernenjak pertamanya sampai pada akhir dunia ini. Sebagian besar dari apa yang dinyatakan Allah dalam Alquran itu telah diakui manusia berilmu, dan kini manusia sedang menjalani ketentuan itu. Untuk hal tersebut, pcrhatikanlah maksud ayat l5/14 dan 15/15, begitupun ayat 43/12 s/d 43/14, dan seterusnya perhatikanlah pula maksud ayat 18/83 s/d 18/99. Semua itu adalah bukti bahwa Allah memang ada dalam gaib, bukanlah Alquran itu ditulis oleh Muhammad atas kehendak dan ilmunya sendiri. 

c. Foto-foto satelite memperlihatkan pada th 1972 bahwa dulunya daratan belahan utara yang ditutupi salju dan es adalah seluas kira-kira 4 juta kilometer persegi. Tetapi kemudian situasi tampaknya telah berobah, hingga pada th. 1972 itu tutupan sulju dan es tersebut telah meluas sampai 37 juta kilometer. Perluasan daerah kutub demikian juga berlaku di belahan selatan Bumi. Hal ini tercantum dalam tajuk rencana Business Times tgl. 30 January 1979 dangan judul "The World is Getting Colder". Perluasan daerah dingin di kutub kutub Bumi begitu memang telah lebih dahulu dinyatakan Allah dalarn Alquran pada ayat 13/41 dan 21/44, ditimbulkan oleh semakin berkurangnya lenggang Bumi ke utara dan ke selatan dalam menjalani orbitnya keliling Surya Keadaan itu juga menimbulkan jumlah waktu dalam tahun pergantian musim ikut berkurang. Inipun terbukti benar dengan diperbaikinya kalender Julius aesar oleh Paus Georgerious pada th. 1582 dengan menetapkan tgl. 4 Oktober menjadi 15 Oktober sementara itu menjadikan bulan February, terdiri dari 28 hari dan 29 hari sekali 4 tahun. Orbit Bumi yang zigzag keliling Surya demikian disinyalir dalam Allah pada ayat 21/31 dan 36/38 s/d 36/40. Hal ini juga ternyata benar pada goro-goro dari daratan Bumi yang diambil sewaktu berlakunya gerhana Surya. Dalam foto-foto itu kelihatan garis-garis umbra (daerah yang dilalui gerhana penuh) melengkung ke utara ketika berlaku pada bulan Februari dan Maret, sebliknya melengkung ke selatan ketika berlaku pada bulan Juni, Juli, danOktober. Lihatlah Book of Popular Science buku 3 halaman 134 dan 137, berjudul "Shadow in the Heavens.” Dengan melengkungnya garis umbra gerhana Surya demikian, yang mencengaangkan para sarjana Barat, maka benarlah ketentuan Allah yang menyatakan Bumi bergerak zigzag dalam orbitnya, dan kelirulah anggapan orang selama ini bahwa musim berlaku disebabkan karena Bumi berstatus miring terhadap Surya. Anggapan demikian sesungguhnya tak beralasan sama sekali apalagi kalau diteliti secara i1miah, tetapi mereka tidak mempunyai pilihan lain, dan terpaksa masih membenarkan teori Isaac Newton. Namun akan cemerlang jika mereka mendasarkan gerak penelitiannya pada ayat-ayat suci Alquran. Ayat 13/41 dan 21/44 menamakan keadaan tadi dengan "mengurangi ujung-ujung Bumi" sebagai yang harus berlaku menurut ketentuan Allah. Dan hal itu telah kita muatkan dalam brosur diterbitkan oleh Pustaka “Bumi Dilanda Es" Saadiyah Sumatera pada bulan April 1969 sebagai satu serie dari deretan buku-buku Tewhid dan Logika. Maka inipun adalah bukti kebenaran sinyalemen Alquran, juga langsung menjadi bukti adanya Allah yang menurunkan Kitab Suci tersebut. Memang Allah Esa Kuasa dan selalu dalam gaib.

Pada th. 1969 itu juga kita telah menerbitkan pula brosur Bulan Tanpa Kehidupan mendahului missi Apollo 11. Menurut ketentuan Allah yang terkandung dalam Alquran, Bulan tersebut tidak mengandung makhluk hidup, tidak berudara, tidak ada air dan disana tidak ada yang bertumbuh. Tetapi awak Apollo itu sekembalinya dari Bulan masih dikarantina beberapa hari, dalam usaha mencegah menularnya hama dari Bulan ke permukaan Bumi. Begitupun yang berlaku pada awak Apollo 12. Kemudian ternyata awak-awak tcrsebut tak pernah ketularan hama apa-apa dari benda angkasa itu. Dengan demikian benarlah brosur kita berdasarkan ayat-ayat Suci yang diturunkan Allah. Dan inipun satu bukti untuk meyakinkan bahwa Allah yang gaib itu memang selalu ada. 

Berdasarkan ayat-ayat Alquran juga banyak sinyalemen baru yang kita kemukakan dalam deretan buku Tawhid dan Logika, misalnya mengenai Piring Terbang yang oleh orang-orang Barat dinamakan UFO (Unidentified Flying Objects) dinyatakan khayal tak teranalisakan. Tetapi berdasarkan ayat 15/14, 43/13 dan 65/12 dan beberapa ayat suci lainnya, kita menyatakan UFO itu memang ada dan konkrit, dikendalikan oleh manusia yang telah lebih dulu cerdas datang dari planet Venus. Barulah pada akhir th. 1977 para sarjana Barat mengakui UFO tersebut memang ada, berawak manusia dari luar Bumi. Hal ini mercka akui setelah melihat dan membuktikan sendiri beribu kali kejadian yang tak dapat dipungkiri, dicapai oleh pancaindera, radar, fotography, dan alat-alat lainnya.. 

Hal inipun membuktikan bahwa Alquran ini diturunkan oleh Allah yang senantiasa dalam gaib. Ayat 3/96 menyatakan bahwa rumah pertama di Bumi ada di Makkah yang kini diketahui berada di daerah panas dan berpadang pasir. Ayat suci ini selama 14 abad belum dapat difahami oleh para sarjana Barat, tetapi kini mereka bagaikan terpaksa mengakui bahwa Makkah itu dulunya kutub utara Bumi selaku daerah paling subur waktu itu, terbukti dengan banyaknya bahan mineral yang tersimpan dalam tanah daerah tersebut. Namun mereka belum dapat memahami bagaimana proses perpindahan kutub-kutub pada zaman dahulunya. 

Tentang ini Alquran menjelaskan bahwa pada masa Nabi Nuh telah berlaku topan bcsar disebabkan oleh mendekatnya sebuah Comet yang menyebabkan Surya tergeser dari posisinya lalu diikuti oleh Bumi dan planet-planet lain. Katika itu melambunglah air laut memenuhi semua daratan dan berpindahlah kutub-kutub Bumi karena perobahan arah rotasinya. Hal ini dinyatakan Allah pada ayat 11/41 dan 42/5 sehubungan dengan ayat 53/16 dan 53/54 jo.71/14. Keluarnya Surya dari posisinya waktu itu, wajarlah terjadinya topan besar di zaman Nabi Nuh, dan wajarlah pula berlakunya perpindahan kutub-kutub Bumi serta berlakunya pergantian musim yang semakin pendek waktunya hingga mengakibatkan daerah kutub-kutub semakin meluas. Inipun menjadi bukti bahwa Alquran diturunkan oleh Allah yang senantiasa dalam gaib. 

Ayat 25/62 menyatakan Bumi ini bulat, ayat 13/3 menerangkan Bumi diperganda jadi beberapa planet, ayat 12/4 menyatakan bahwa planet dalam daerah Tatasurya kita ada sebelas, ayat 33/72 menyebutkan bahwa satu dari planet itu terpecah hancur dan beberapa lainnya menjadi kecil ditimbulkan oleh pembesaran radiasi Surya dulunya, ayat 20/103 menyatakan bahwa planet-planet itu tinggal sepuluh, ayat 20/6 menerangkan ada planet dibawah orbit Bumi, tentunya dua, karena ayat 65/12 meayatakan diatas Bumi ada tujuh, dan ayat 42/29 menjelaskan bahwa di setiap planet itu hidup makhluk hidup berjiwa sebagai di Bumi ini. Semua sinyalemen Alquran demikian barulah disadari sepenuhnya pada abad 14 Hijriah secara bertahap sesuai dengan keizinan yang dibukakan Allah 2/106. Karenanya, bukanlah Alquran itu disusun oleh manusia, tetapi diturunkan Allah yang senantiasa dalam gaib. DIAlah yang Maha Tahu dan Maha Pengatur.

Over View

PERTUMBUHAN ILMU-ILMU ISLAM DI MADRASAH

(Nana Masrur) Kompetensi Dasar : Mampu Menguraikan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah Indikator : Madrasah dan Perkemb...