asshalat |
وَمَا
هَـٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ
الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ﴿٦٤
29:64. Tidaklah kehidupan dunia ini kecuali olok-olok dan main-main, bahwa kampung Akhirat adalah kehidupan sebenarnya kalau mereka mengetahui.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٥
51:55. Dan peringatkanlah, bahwa pemikiran berguna pada orang-orang beriman.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦
51:56. Tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah AKU.
Memang
pemikiran jadi kebutuhan pokok bagi manusia dalam kehidupan. Tanpa
pemikiran manusia akan kecewa dalam hidupnya, dan tanpa pemikiran logis
dia akan sesat dan bertualang tanpa tujuan, pemikiran logis itu hanyalah
ada dalam Alquran, satu-satunya Kitab Suci yang semua Ayatnya terdiri
dari Firman ALLAH.
Hidup di dunia kini ternyata
olok-olok dan main-main penuh ujian kepalsuan sesuai dengan kehendak
ALLAH Pencipta, dengan mana manusia diuji tentang kesadaran dan
pemikiran untuk jadi penduduk Surga di Akhirat. nanti bahagia abadi,
atau untuk jadi penduduk Neraka berwujud besi atau batu dengan
kesengsaraan tak pernah berujung. Kalau ALLAH mau tentulah DIA jadikan,
hidup di dunia kini kekal tanpa maut, tetapi DIA telah menetapkan bahwa
hidup sebenarnya ialah di Akhirat nanti di mana pribadi yang lulus ujian
akan terus dengan pengabdian langsung kepada ALLAH, berwujud sempurna
tanpa keluh-kesah, konkurensi dan tanpa rasa dengki.
Ayat
51:56 berfungsi sepenuhnya di Akhirat nanti, karenanya, janganlah
terpedaya oleh sanggahan masyarakat kafir yung menyatakan ALLAH tidak
sanggup menjadikan semua manusia menyembah kepada-NYA. Memang banyak
sekali yang harus dipelajari mengenai ketetapan ALLAH yang tercantum
dalam Alquran, tetapi ingatlah bahwa Kitab Suci itu berfungsi lama
sampai ke akhir zaman bahkan sampai ke Akhirat nanti tentang mana
pengetahuan manusia kini sangat minim dan belum berarti apa-apa.
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ ﴿٩٩
15:99. Sembahlah Tuhanmu hingga kepastian (yakin) datang padamu.
وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ ﴿٨٨
38:88. Dan akan kamu ketahui perkabarannya sesudah waktunya.
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ
نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ ﴿١٣٢
20:132. Dan perintahlah kaummu dengan Shalat, dan tabahlah atasnya. KAMI tidak meminta rizki padamu, KAMI-lah yang memberimu, dan akibat ialah untuk keinsafan.
Mungkin orang agak tertegun
untuk memahami maksud Ayat 15:99 yang seolah-olah membolehkan orang
berhenti menyembah ALLAH sesudah mendapat kepastian, padahal yang
diamaksudkan adalah sebaliknya. Orang diperintah menyembah ALLAH serta
mendidik, mengajak, dan menyuruh keluarganya melakukan Shalaat, dan dia
sendiri hendaklah lebih tekun dan disiplin melakukan itu sepanjang
hidupnya, bukan menghentikan Shalat sesudah mendapat kepastian.
Yakin
atau kepastian adalah pengetahuan dengan bukti, demikian Nabi Ibrahim
dulunya dimi’rajkan agar diperlihatkan kerajaan planet-planet dan bumi
supaya dia termasuk orang-orang yang mendapat kepastian, tercantum pada
Ayat 6:75. Maka yakin lebih tinggi nilainya daripada iman yang berarti
kepercayaan. Dalam iman orang tidak perlu memberikan bukti tentang
sesuatu yang diimaninya dia cukup memperlakukan sesuatu itu menurut
ketentuan yang dia percayai.
Dalam Islam, berdasarkan Ayat 4:65, dan 33:36, orang.dituntut untuk mematuhi hukum yang diturunkan ALLAH tanpa bantahan. Hal ini dapat dipahami bahwa di antara manusia itu banyak sekali yang kurang ilmu dan pengertian tentang sesuatu. Jika dia dibolehkan berbuat sesuatu atas kekurangan ilmu dan pengertian demikian, tentulah akan timbul kesesatan, kontradiksi dan kekalutan, karenanya ALLAH memerintahkan agar orang mematuhi hukum-NYA untuk kebenaran, keselamatan, dan kemakmuran hidup, didasarkan atas ketepatan hukum itu sendiri di sepanjang zaman.
Dalam Islam, berdasarkan Ayat 4:65, dan 33:36, orang.dituntut untuk mematuhi hukum yang diturunkan ALLAH tanpa bantahan. Hal ini dapat dipahami bahwa di antara manusia itu banyak sekali yang kurang ilmu dan pengertian tentang sesuatu. Jika dia dibolehkan berbuat sesuatu atas kekurangan ilmu dan pengertian demikian, tentulah akan timbul kesesatan, kontradiksi dan kekalutan, karenanya ALLAH memerintahkan agar orang mematuhi hukum-NYA untuk kebenaran, keselamatan, dan kemakmuran hidup, didasarkan atas ketepatan hukum itu sendiri di sepanjang zaman.
Tetapi kepatuhan demikian
tidak dipunyai setengah orang, dan sesuatu itu diperlakukan atas
kekurangan ilmu yang dimilikinya, maka berlakulah kemurtadan dalam
imannya, dia mulai meninggalkan hukum agamanya, malah ada yang secara
terang menukar agamanya atau agama yang dipusakainya dari orang tua.
Berbeda dari keadaan orang yang telah mendapat kepastian atau yakin,
bukannya dia terpesona oleh alam sekitarnya, bukan berubah pendirian
tersebab ajakan dan bujukan yang merayu. Dia akan brpendirian teguh atas
keyakinannya walau bedil dan meriam dihadapkan kepadanya. Demkian
Ibrahim tidak pernah mengubah pendirian karena dia telah mendapat
kepastian, yaitu tentang agama Islam yang dianutnya.
Shalat
mencegah orang dari kekejian dan kemungkaran tercantum pada Ayat 29:45.
Shalat mengandung faedah yang sangat banyak bagi manusia, bahkan
menjadi syarat mutlak untuk menjadi penduduk Surga, karenanya Shalat itu
adalah kewajiban yang harus dilaksanakan selama umur, dan kewajiban ini
ternyata benar dan logis. Akibatnya, orang yang telah mendapat yakin
atau kepastian tentang Shalat tentu tidak akan menghentikan ibadah itu
selama hidupnya. Dia tidak akan membenarkan orang yang mengatakan Bumi
ini hamparan datar karena dia telah mendapat kepastian tentang planet
ini. Dia akan menolak ajaran tentang Tiga dalam Satu dan Satu dalam Tiga
karena ajaran begini tanpa kepastian bahkan jauh dari logika dan
kebenaran.
Jadi Ayat 15:99 memperlihatkan keilmuan
ALLAH tentang logika manusia dan hukum hidup, bahwa Shalat yang
diperintahkan-NYA kepada manusia ramai pasti mengandung kebaikan dan
menjurus kepada kebenaran pasti. Bilamana orang telah menemui kepastian
ini, dia mengetahui bahwa Shalat jadi syarat mutlak dalam kehidupan
dengan pemikiran logis, dia tidak akan menghentikan Shalat dari dirinya
dan keluarganya bahkan akan tetap melakukannya lima kali sehari pada
waktu-waktu tertentu, baik dalam keadaan perang atau damai, maupun dalam
keadaan senang atau kerja berat dan sakit keras, kecuali mereka yang
dalam haid, melahirkan, dan sebagainya tercantum pada Ayat 2:222, 4:43,
dan 5:6.
Dalam hal ini ada Firman ALLAH yang tegas
mengenai tugas terpenting bagi Muhammad selaku Rasul dan kewajiban bagi
seluruh manusia yaitu Ayat Suci yang terjemahannya sebagai berikut ini:
قُلْ
إِنَّمَا أَعِظُكُم بِوَاحِدَةٍ ۖ أَن تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَىٰ
وَفُرَادَىٰ ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا ۚ مَا بِصَاحِبِكُم مِّن جِنَّةٍ ۚ إِنْ
هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَّكُم بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ ﴿٤٦﴾
34:46. Katakanlah: “bahwa aku mengajarmu dengan yang satu, agar kamu berdiri untuk ALLAH, berdua-dua dan sendirian kemudian kamu memikirkan, tiada pada temanmu (Muhammad itu) sebangsa jin, bahwa dia hanya pemberi peringatan bagimu sebelum siksaan yang sangat.”
Dari
maksud Ayat-ayat Suci tadi jelaslah bahwa Shalat wajib dilakukan selagi
masa hidup, dilaksanakan secara berjema’ah, berdua-dua ataupun
sendirian. Dengan melakukan Shalat demikian, orang memahami ketentuan
dan kehendak ALLAH pada Ayat 51:56 dengan mana dia memenuhi syarat untuk
jadi manusia sempurna di Akhirat nanti dalam keadaan abadi tanpa ujian.
Terhadapnya berlaku panggilan ALLAH yang artinya sebagai berikut:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧
89:27. Wahai diri yang tentram.
ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨
89:28. Kembalilah kepada Tuhanmu selaku orang redha yang diredhai.
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩
89:29. Masuklah pada hamba-hamba-KU.
وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠
Tidak ada komentar:
Posting Komentar