Istilah Shalat (4)

asshalat
      Selaku makhluk ciptaan, manusia hendaklah memuliakan ALLAH ALKHALIQ yaitu dengan mematuhi hukum yang diturunkan-NYA serta menyembah-NYA dalam kehidupan sehari-hari. Memuliakan ALLAH dengan menyembah-NYA itu disebut dengan melakukan Shalat atau mendirikan Shalat pada waktu-waktu yang telah ditentukan-NYA setiap hari. Shalat tersebut harus dilakukan menurut cara tertentu dalam Islam yaitu dalam keadaan suci, atau sehat, berdiri, ruku’ sujud dan duduk dengan bacaan tertentu sebagai yang dulunya dicontohkan Nabi. Memang untuk Shalat itulah ALLAH menciptakan jin dan manusia:
وَمَا هَـٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ﴿٦٤
29:64. Tidaklah kehidupan dunia ini kecuali olok-olok dan main-main, bahwa kampung Akhirat adalah kehidupan sebenarnya kalau mereka mengetahui.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٥
51:55. Dan peringatkanlah, bahwa pemikiran berguna pada orang-orang beriman.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦
51:56. Tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah AKU.
       Memang pemikiran jadi kebutuhan pokok bagi manusia dalam kehidupan. Tanpa pemikiran manusia akan kecewa dalam hidupnya, dan tanpa pemikiran logis dia akan sesat dan bertualang tanpa tujuan, pemikiran logis itu hanyalah ada dalam Alquran, satu-satunya Kitab Suci yang semua Ayatnya terdiri dari Firman ALLAH.
       Hidup di dunia kini ternyata olok-olok dan main-main penuh ujian kepalsuan sesuai dengan kehendak ALLAH Pencipta, dengan mana manusia diuji tentang kesadaran dan pemikiran untuk jadi penduduk Surga di Akhirat. nanti bahagia abadi, atau untuk jadi penduduk Neraka berwujud besi atau batu dengan kesengsaraan tak pernah berujung. Kalau ALLAH mau tentulah DIA jadikan, hidup di dunia kini kekal tanpa maut, tetapi DIA telah menetapkan bahwa hidup sebenarnya ialah di Akhirat nanti di mana pribadi yang lulus ujian akan terus dengan pengabdian langsung kepada ALLAH, berwujud sempurna tanpa keluh-kesah, konkurensi dan tanpa rasa dengki.
       Ayat 51:56 berfungsi sepenuhnya di Akhirat nanti, karenanya, janganlah terpedaya oleh sanggahan masyarakat kafir yung menyatakan ALLAH tidak sanggup menjadikan semua manusia menyembah kepada-NYA. Memang banyak sekali yang harus dipelajari mengenai ketetapan ALLAH yang tercantum dalam Alquran, tetapi ingatlah bahwa Kitab Suci itu berfungsi lama sampai ke akhir zaman bahkan sampai ke Akhirat nanti tentang mana pengetahuan manusia kini sangat minim dan belum berarti apa-apa.
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ ﴿٩٩
15:99. Sembahlah Tuhanmu hingga kepastian (yakin) datang padamu.
وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ ﴿٨٨
38:88. Dan akan kamu ketahui perkabarannya sesudah waktunya.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ ﴿١٣٢
20:132. Dan perintahlah kaummu dengan Shalat, dan tabahlah atasnya. KAMI tidak meminta rizki padamu, KAMI-lah yang memberimu, dan akibat ialah untuk keinsafan.
       Mungkin orang agak tertegun untuk memahami maksud Ayat 15:99 yang seolah-olah membolehkan orang berhenti menyembah ALLAH sesudah mendapat kepastian, padahal yang diamaksudkan adalah sebaliknya. Orang diperintah menyembah ALLAH serta mendidik, mengajak, dan menyuruh keluarganya melakukan Shalaat, dan dia sendiri hendaklah lebih tekun dan disiplin melakukan itu sepanjang hidupnya, bukan menghentikan Shalat sesudah mendapat kepastian.
       Yakin atau kepastian adalah pengetahuan dengan bukti, demikian Nabi Ibrahim dulunya dimi’rajkan agar diperlihatkan kerajaan planet-planet dan bumi supaya dia termasuk orang-orang yang mendapat kepastian, tercantum pada Ayat 6:75. Maka yakin lebih tinggi nilainya daripada iman yang berarti kepercayaan. Dalam iman orang tidak perlu memberikan bukti tentang sesuatu yang diimaninya dia cukup memperlakukan sesuatu itu menurut ketentuan yang dia percayai.
       Dalam Islam, berdasarkan Ayat 4:65, dan 33:36, orang.dituntut untuk mematuhi hukum yang diturunkan ALLAH tanpa bantahan. Hal ini dapat dipahami bahwa di antara manusia itu banyak sekali yang kurang ilmu dan pengertian tentang sesuatu. Jika dia dibolehkan berbuat sesuatu atas kekurangan ilmu dan pengertian demikian, tentulah akan timbul kesesatan, kontradiksi dan kekalutan, karenanya ALLAH memerintahkan agar orang mematuhi hukum-NYA untuk kebenaran, keselamatan, dan kemakmuran hidup, didasarkan atas ketepatan hukum itu sendiri di sepanjang zaman.
       Tetapi kepatuhan demikian tidak dipunyai setengah orang, dan sesuatu itu diperlakukan atas kekurangan ilmu yang dimilikinya, maka berlakulah kemurtadan dalam imannya, dia mulai meninggalkan hukum agamanya, malah ada yang secara terang menukar agamanya atau agama yang dipusakainya dari orang tua. Berbeda dari keadaan orang yang telah mendapat kepastian atau yakin, bukannya dia terpesona oleh alam sekitarnya, bukan berubah pendirian tersebab ajakan dan bujukan yang merayu. Dia akan brpendirian teguh atas keyakinannya walau bedil dan meriam dihadapkan kepadanya. Demkian Ibrahim tidak pernah mengubah pendirian karena dia telah mendapat kepastian, yaitu tentang agama Islam yang dianutnya.
       Shalat mencegah orang dari kekejian dan kemungkaran tercantum pada Ayat 29:45. Shalat mengandung faedah yang sangat banyak bagi manusia, bahkan menjadi syarat mutlak untuk menjadi penduduk Surga, karenanya Shalat itu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan selama umur, dan kewajiban ini ternyata benar dan logis. Akibatnya, orang yang telah mendapat yakin atau kepastian tentang Shalat tentu tidak akan menghentikan ibadah itu selama hidupnya. Dia tidak akan membenarkan orang yang mengatakan Bumi ini hamparan datar karena dia telah mendapat kepastian tentang planet ini. Dia akan menolak ajaran tentang Tiga dalam Satu dan Satu dalam Tiga karena ajaran begini tanpa kepastian bahkan jauh dari logika dan kebenaran.
       Jadi Ayat 15:99 memperlihatkan keilmuan ALLAH tentang logika manusia dan hukum hidup, bahwa Shalat yang diperintahkan-NYA kepada manusia ramai pasti mengandung kebaikan dan menjurus kepada kebenaran pasti. Bilamana orang telah menemui kepastian ini, dia mengetahui bahwa Shalat jadi syarat mutlak dalam kehidupan dengan pemikiran logis, dia tidak akan menghentikan Shalat dari dirinya dan keluarganya bahkan akan tetap melakukannya lima kali sehari pada waktu-waktu tertentu, baik dalam keadaan perang atau damai, maupun dalam keadaan senang atau kerja berat dan sakit keras, kecuali mereka yang dalam haid, melahirkan, dan sebagainya tercantum pada Ayat 2:222, 4:43, dan 5:6.
       Dalam hal ini ada Firman ALLAH yang tegas mengenai tugas terpenting bagi Muhammad selaku Rasul dan kewajiban bagi seluruh manusia yaitu Ayat Suci yang terjemahannya sebagai berikut ini:
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُم بِوَاحِدَةٍ ۖ أَن تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَادَىٰ ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا ۚ مَا بِصَاحِبِكُم مِّن جِنَّةٍ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَّكُم بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ ﴿٤٦﴾
34:46. Katakanlah: “bahwa aku mengajarmu dengan yang satu, agar kamu berdiri untuk ALLAH, berdua-dua dan sendirian kemudian kamu memikirkan, tiada pada temanmu (Muhammad itu) sebangsa jin, bahwa dia hanya pemberi peringatan bagimu sebelum siksaan yang sangat.”
       Dari maksud Ayat-ayat Suci tadi jelaslah bahwa Shalat wajib dilakukan selagi masa hidup, dilaksanakan secara berjema’ah, berdua-dua ataupun sendirian. Dengan melakukan Shalat demikian, orang memahami ketentuan dan kehendak ALLAH pada Ayat 51:56 dengan mana dia memenuhi syarat untuk jadi manusia sempurna di Akhirat nanti dalam keadaan abadi tanpa ujian. Terhadapnya berlaku panggilan ALLAH yang artinya sebagai berikut:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧
89:27. Wahai diri yang tentram.
ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨
89:28. Kembalilah kepada Tuhanmu selaku orang redha yang diredhai.
فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩
89:29. Masuklah pada hamba-hamba-KU.
وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠
89:30. Dan masukilah Surga-KU.

Lihat artikel sebelumnya : DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Over View

PERTUMBUHAN ILMU-ILMU ISLAM DI MADRASAH

(Nana Masrur) Kompetensi Dasar : Mampu Menguraikan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah Indikator : Madrasah dan Perkemb...