MODEL KEPEMIMPINAN SEMUSTINYA

Apa yang dilakukan Joko Widodo sebagai gubernur dan sebelumnya walikota, tidaklah terlalu luarbiasa atau istimewa, bila kita mengetahui, mengerti, dan memahami apa yang memang semustinya atau wajib dilakukan oleh seorang pelaksana puncak pengelolaan (management top executive). Jika dlm perusahaan, seperti presiden atau direktur utama, wakil presiden atau direktur (vice president, director), dan manajer umum (general manager, GM), atau opsir pelaksana kepala (chief executive officer, CEO). Yang dalam pemerintahan mencakup raja, presiden, wakil presiden, perdana menteri, menteri, wakil menteri, direktur jenderal, direktur, inspektur jenderal, kepala dinas, kepala kantor wilayah, gubernur, walikota, camat, lurah, dan semacamnya.

Masalahnya adalah bahwa, kebanyakan para pemimpin, terutama pemimpin puncak (top leader) di Indonesia, terutama pemimpin karbitan, tak mengetahui, tak mengerti, dan tak memahami, atau andai tahu, tapi tak melaksanakan. Hal inilah yang kemudian membuat Joko Widodo menjadi sorotan dan tampak "istmewa".

...

Berdasarkan pada berbagai penelitian sejak puluhan tahun lalu, dilakukan terhadap puluhan pemimpin sukses di perusahaan yang kemudian sukses dibawah kepemimpinannya, ternyata para presiden dan general manager cemerlang memang hanya menghabiskan sekitar 10 s/d 30 persen waktunya di meja kantornya atau di ruang kerjanya, sementara 70 s/d 90 persen dihabiskan untuk berkeliling untuk melihat dan mendengar dan memotivasi seluruh bawahannya.


Ketika saya mulai berkiprah sebagai GM, dan kemudian CEO, saya menemukan kesimpulan ini dari satu penelitian yang dirangkum kemudian dalam satu buku model kepemimpinan: Kottler, P. John. The General Manager. MacMillan Publishing Company Inc., 1982. [Terjemahan dalam bahasa Indonesia: Budiman, Rosiana. General Manager. Penerbit Erlangga.] Dan saya menerapkan cara kepemimpinan ini dalam berbagai organisasi yang saya pimpin.

...

Jadi cara dilakukan Joko Widodo, bukanlah hal istimewa atau baru dalam manajemen, karena dilakukan oleh banyak orang sukses lama sebelum dia. Pada zaman kekhaliyfan Muhammad rasulullah s.a.w (571-632 M), tak dapat dipungkiri bahwa beliau adalah tokoh dan contoh pemimpin paling merakyat. Sampai Napoleon Bonaparte [Napoleon I], kaisar Perancis (1769-1821), ksatria revolusi Perancis dan komandan militer Perancis legendaris sepanjang zaman yang menundukan Eropa pada abad pertengahan, berkenan angkat topi memuji beliau. Demikian juga pujian dan kekaguman disampaikan oleh George Bernhard Shaw (1856–1959), dramawan termasyhur Irlandia di zamannya. Selanjutnya, dalam kekhaliyfahan umayah, tokoh paling "blusukan" atau "turba" adalah khaliyfah Umaar bin Khattab r.a (634-641 M). Setelahnya adalah khaliyfah Haruwn `alr Rasyid (785-750 M).

Semoga para pemimpin di negara ini menyadari bagaimana semustinya menjadi pemimpin yang benar dan baik terhadap apa yang dibawah kepemimpinannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Over View

PERTUMBUHAN ILMU-ILMU ISLAM DI MADRASAH

(Nana Masrur) Kompetensi Dasar : Mampu Menguraikan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah Indikator : Madrasah dan Perkemb...