Yang Tak Disebutkan Dalam Quran


'auwdzu bi Ilaahi mina 'alsy syaythaani 'alr rajiymi. Aku-berlindung kepada Allah dari sang setan yang dirajam. 


bi smi Ilaahi 'alr rahmani 'alr rahiymi. Dengan nama Allah Maha Pengasih Maha Penyayang.

Tentang topik atau hal ini mungkin telah banyak atau sering diulas dan dijelaskan oleh banyak ustadz (guru) dan dapat ditemui dalam banyak kitab (buku), namun untuk kali ini kami mencoba memberikan suatu uraian, penjelasan dan pencerahan dalam suatu cara yang disusun secara ilmiah dan sistematik, ringkas dan jelas, singkat tapi padat, dari atas ke bawah (top-down), dengan harapan mungkin lebih bisa dicerna, dimengerti dan dipahami oleh para orang yang mereka tak memiliki dasar pengetahuan bahasa Arabiyah (Arabic), dan pendidikan agama atau pernah belajar di sekolah agama atau setidaknya di pesantren (pesantrian), dengan sasaran terutama untuk para ilmuwan dan teknikan (scientist and engineer) dengan latarpendidikan umum atau khusus bukan di bidang Islam, dan tentu juga para orang awam atau orang kebanyakan (Iayman, common people).

Penulis harap tulisan ini bobotnya tak terlalu berat dan tak terlalu rumit untuk dibaca oleh kebanyakan orang awam dan dapat menjembatani pemahaman untuk mereka yang samasekali tak mempunyai pengetahuan bahasa Arab.

Tulisan ini kami buat bukan karena kami menganggap bahwa ulasan yang telah ada selama ini tak lengkap atau tak sempurna, tapi sebagai variasi dalam nuansa lain, dan justru untuk memperkaya khazanah atau perbendaharaan ilmu di bidang pengetahuan keislaman. 

Untuk para ustadz atau guru agama yang telah pernah menguraikan hal ini berulang-kali, tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih atas tulisan dan karya beliau, kami mohon maaf bilamana dianggap lancang, dan mohon adisi atau koreksi bilamana ada kekurangan atau kekeliruan.

LOGIKA TERBALIK DAN ANALOGI 

Pada kesempatan ini kami ingin memberikan pengetahuan kepada siapa saja yang belum mengetahuinya, bahwa banyak kebenaran yang tak secara jelas, lugas, tegas, Allah nyatakan secara tersurat dalam Al Qur'an. Apakah yang sedemikian adalah benar? Ya, niscaya benar! Karena Allah tak hanya menggunakan mantiq atau logika positiv dalam kalimat Al Qur'an, tapi juga mantiq terbalik atau logika negativ.

Sebelum melangkah lebih jauh, kami ingin mengemukakan satu analogi sederhana:

Apakah yang ada didalam benak kebanyakan orang ketika melihat gambar simbolik dan atau membaca tulisan "Dilarang Merokok"?. Jelas bahwa pernyataan tersebut adalah "larangan" tegas bahwa tak diperkenankan untuk merokok di area dimana ia dipasang. Tapi sebenarnya kebanyakan orang pasti punya interpretasi lain, yang terbalik, bahwa, orang non-merokok dan perokok yang tak merokok diperbolehan atau bebas berada disana, alias ada "perkenan" dibalik larangan.

Begitu juga dalam Al-Quran, dalam empat ayat yang menyatakan larangan bahwa, Allah mengharamkan kepada seluruh manusia, bahwa bangkai, dan daging babi, dan darah cair dan hewan yang mati karena tak disembelih mencakup mati dicekik atau dipukul atau jatuh atau ditanduk atau diterkam binantang buas, dan apa saja selain semua tersebut yang dihalalkan untuk selain Allah, kecuali mengkonsumsinya karena terpaksa dan tanpa menginginkannya dan tanpa berlebihan alias sebatas diperlukan untuk meneruskan kehidupan, maka diperbolehkan [Q 2:173, 5:3, 6:145, 16:125]

Ayat diatas mengadung arti terbalik, bahwa, selain apa yang diharamkan atau dilarang dalam empat ayat diatas untuk dikonsumsi dengan pengecualiannya, adalah dihalalkan atau diperkenankan. Dan arti terbalik ini dipertegas oleh empat ayat lain yang menyatakan bahwa Allah memerintahkan kepada seluruh manusia, untuk memakan yang halal dan thayib atau baik dari yang Allah rizqikan dan agar mensyukurinya sebagai abdi-Nya [Q 2:168, 55:88, 8:69. 16:114]. 

Ayat diatas mengadung arti terbalik, bahwa, selain apa yang diharamkan atau dilarang dalam empat ayat diatas untuk dikonsumsi dengan pengecualiannya, adalah dihalalkan atau diperkenankan. Dan arti terbalik ini dipertegas oleh empat ayat lain yang menyatakan bahwa Allah memerintahkan kepada seluruh manusia, untuk memakan yang halal dan thayib atau baik dari yang Allah rizqikan dan agar mensyukurinya sebagai abdi-Nya [Q 2:168, 55:88, 8:69. 16:114]. 

Jadi ada "larangan", dan ada "perintah , anjuran", atau "perkenan". Disini berlaku hukum logika terbalik, bahwa: 
  • jika diyatakan secara tersurat atau eksplisit dan tercakup atau inklusiv dalam larangan, maka berarti segala hal yang tak dilarang dinyatakan secara tersirat atau implisit dan terkecuali atau ekslusiv sebagai perintah, anjuran, atau perkenan. 
  • jika diyatakan secara tersurat atau eksplisit dan tercakup atau inklusiv dalam perintah, maka berarti segala hal yang tak diperintah dinyatakan secara tersirat atau implisit dan terkecuali atau ekslusiv sebagai larangan. 
Dengan mengatalog seluruh perintah dan larangan, kita dapat mengetahui apa saja yang diperintahkan, dianjurkan, atau diperkenankan, dan apa saja yang dilarang. Dan apa saja yang tak dinyatakan secara tersurat dan tercakup, berarti dinyatakan secara tersirat dan terkecuali. 
KALIMAT LOGIK 

Allah menyatakan tiap kalimat-Nya dalam Al-Quran sebagai kalimat manthiq atau sentensi logik. Sehingga untuk mengerti dan memahami kaimat Allah, mutlak dibutuhkan ilmu mantiq atau logik, mencakup logika semantik lingustik, logika simbolik matematik, dan logika digital elektronik. Jadi untuk mengerti dan memahami kalimat Allah tak cukup hanya dengan ilmu bahasa arabiyan Al Qur'an saja. Dan bahkan dibutuhkan disiplin ilmu lain seperti informatika, fisika, kimia, genetika, medika, fisiologi, neurologi, farmakologi, biologi, geologi, astronomi, kosmologi, dan lain sebagainya, berikut seluruh cabangnya, bergantung kandungan dan konteks kalimat. 

Hal ini tak dapat dilihat, dicerna, dan dimengerti oleh kebanyakan orang awam tanpa ilmu memadai. Bahkan tak oleh semua ulama atau para ilmuwan. Logika Al-Qur'an hanya bisa dilihat, dicerna, diketahui, dimengerti, dan dipahami oleh para orang yang memahami sekaligus gramatika bahasa Arabik Al-Quran [mencakup nahwu, sharaf, balaghah, ma'ani, dlsb] dan logika. Logika disini mengandung arti ilmu logika (logics).
Saran bagi pembaca yang budiman bahwa untuk mengerti dan memahami Al-Qur'an, tak bisa secara sebagian, melainkan harus secara lengkap atau menyeluruh, karena tiap ayat mengait atau merujuk kepada ayat lain. Kalimat Allah dalam Al-Quran disusun seperti suatu program komputer kecerdasan buatan, mengadung pegandar manthiq atau operator logik, sehingga membentuk satu kesatuan utuh dan terpadu. Lebih jauh lagi dibutuhkan dokumen pendukung, mencakup sunnah rasulullah yang termasuk didalamnya hadit_s, lalu asbabun nuzul atau sebab turun ayat, plus catatan sejarah dan riwayat dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta bukti pendukung lainnya.


👉👉 Baca juga : Al-Qur'an Bukan Dogma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Over View

PERTUMBUHAN ILMU-ILMU ISLAM DI MADRASAH

(Nana Masrur) Kompetensi Dasar : Mampu Menguraikan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah Indikator : Madrasah dan Perkemb...