How Total Quality Management Can Support Stem Education
(The Online Journal of Quality in Higher Educatio, Volume 1, Issue 2. Hal. 29 – 35)
1. Ketertarikan Pada Jurnal
(The Online Journal of Quality in Higher Educatio, Volume 1, Issue 2. Hal. 29 – 35)
1. Ketertarikan Pada Jurnal
Setelah melakukan review pada jurnal dengan judul “Bagaimana Total Quality Management Dapat Dukungan Stem Pendidikan” banyak faedah yang didapat dalam kajian tersebut. Menurut latar belakah sejarahnya sendiri bahwa Pendidikan STEM adalah dorongan baru yang berkembang di masyarkat barat. Begitupun tentang Implementasi sukses dari STEM akan untung dengan menggunakan prinsip-prinsip TQM, dengan ini menjadikan keduanya relasi yang sangat signifikan dan saling memberikan keuntungan.
Uraian dalam jurnal menyebutkan bahwa; sebagian, ada sebuah kebutuhan administrasi universitas unggul yang dijalankan untuk pendidikan STEM dan diambil langkah-langkah penting untuk menegakkan budaya institusi yang mana STEM digunakan untuk kesuksesan. Ini harus dipahami bahwa sebuah perubahan membutuhkan komitmen panjang dari keadministrasian dan staf.
Sebuhungan dengan kontek pendidikan, pendidikan STEM akan untung dari anggota fakultas yang kompeten yang memiliki pengalaman lapangan di bidang mengajar dan penelitian. Pengalaman dibutuhkan oleh pendidik untuk lebih berperan efektif sebagai mentor, yang dapat menceritakan pengalaman di bidangnya daripada seorang mentor yang familiar dengan topik tertentu, tetapi tidak dapat menyediakan wawasan kedepannya. Seperti yang TQM promosikan sebagai kerja keras yang kompeten yang sepenuhnya terlibat pada upaya perubahan yang terus menerus, fakultas dengan pengalaman-pengalaman yang luas adalah yang paling di idam-idamkan.
Hal-hal seperti yang telah diungkapkan diatas itulah yang membuat penulis tergerak untuk mereview jurnal yang amat urgen dalam penerapannya di lembaga pendidikan, halmana perlu adanya penerapan TQM dan STEM yang berdayaguna meningkatkan fungsi-fungsi administrasi dan operasi, atau secara luas untuk mengelola proses pendidikan secara keseluruhan dan membangun sebuah kerangka mental yang disediakan sebagai sebuah pondasi pembelajaran masa depan berfokus pada aspek kolaborasi, komunikasi, riset, mencari solusi, berpikir kritis dan kreatif..
2. Penerapan
2.a. Pribadi
Perlu perjuangan yang berat untuk meraih keunggulan di bidang STEM, melalui penguatan proses pendidikan. Teramat disayangkan, pola pengajaran di Indonesia belum sepenuhnya mendukung proses pendidikan berbasis STEM. Tidak ada negara maju tanpa ditunjang industrialisasi dalam memberikan nilai tambah di bidang apa pun, baik otomotif, kesehatan, luar angkasa, diperlukan pendekatan science dan engineering. Karena terbukti, sejumlah negara yang memiliki perekonomian yang maju seperti Jepang dan Singapura, justru minim sumber daya alam. Meski minim sumber daya alam, negara-negara tersebut justru memiliki kekuatan dan daya saing unggulan, yakni keunggulan sumber daya manusianya. Mereka unggul dalam bidang STEM.
Pendekatan STEM pun menjadi penting karena akan mendisplinkan pola berpikir menjadi logis, terstruktur, dan terencana. Budaya berpikir seperti ini saja sudah mampu menciptakan generasi yang berbeda. Mereka akan menghargai proses, tidak mudah mengambil jalan pintas, dan mau bekerja keras.
Pola pengajaran sekolah dasar sampai atas kita masih mengedepankan text book dan proses pembelajaran di kelas. Padahal, hal itu cuma bagian dari proses pembelajaran. Sedangkan science membutukan banyak percobaan di luar kelas, lalu mengaitkannya dengan solusi yang aplikatif. Kalau kita lihat di negara maju, metode classroom hanya sebagian waktu saja, sisanya murid diajak untuk terlibat di luar kelas, mengenal dunia luar. Metode pembelajaran pun sangat aplikatif.
Pada intinya bahwa pendidikan berbasis STEM berfokus pada aspek kolaborasi, komunikasi, riset, mencari solusi, berpikir kritis dan kreatif. Jadi, walaupun diterapkan pada ilmu eksakta, unsur sosialnya tetap ada terutama bila anak belajar dalam kelompok. Ia akan belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik dan bekerja sama dalam tim.
Kiranya itulah yang menjadi inspirasi untuk menerapkan pendidikan STEM dalam lingkungan pendidikan disekolah.
2.b. Sekolah
Untuk difahami terlebih dahulu bahwa Implemantasi TQM pada dunia pendidikan dan dunia bisnis memiliki perbedaan yang esensial. Hal itu bisa dilihat dari produk dan tujuannya. Produk pada sekolah adalah lulusan yang siap dengan ilmu pengetahuan plus prakteknya dan adanya sikap atau attitude yang baik pada lulusannya. Indikator keberhasilannya adalah lulusan dapat diterima di perguruan tinggi yang berkualitas, dapat diterima di dunia kerja dan bisa menjalani segala peran hidupnya dengan sikap/karakter/akhlaq yang baik dimana pun dia berada. Sedangkan, jika perusahaan bisnis adalah ada pada produk barang atau jasa yang berkualitas dan indikatornya adalah adanya keuntungan yang sebesar-besarnya pada perusahaan. Akan tetapi, dalam langkah implementasinya, keduanya memilki tahapan yang sama, tentunya dengan analogi-analogi yang tepat.
Total Quality Management (TQM) atau yang biasa di sebut di Indonesia sebagai Manajemen Mutu Total (MMT) ini sangat perlu diadopsi, diterapkan dan dikembangkan di dunia pendidikan, lembaga pendidikan, khususnya lagi sekolah. Hal itu adalah sebuah keniscayaan, karena seiring kemajuan IPTEK dan Sumber Daya Manusia (SDM), maka karyawan akan semakin siap untuk diterapkannya konsep manajemen ini. Akan tetapi, TQM ini bisa maksimal pada sekolah-sekolah yang memang sudah besar, dengan fasilitas yang lengkap dan memadai begitupun atas dukungan STEM. TQM bisa dilakukan juga di sekolah yang masih berkembang di daerah-daerah pedesaan, dengan catatan perlu adanya usaha ekstra keras dari kepala sekolah yang bersangkutan untuk menyatukan visi, mengadakan pemahaman tantang konsep mutu dan memaksimalkan pendanaan untuk menggaji para karyawannya dengan cukup. Karena di daerah-daerah pedesaan, orientasi masyarakatnya kebanyakan adalah memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing. Jika ini terkendala, maka proses TQM akan terkendala.
Konsep TQM ini tidak akan mencapai tujuannya apabila prinsip-prinsip dalam TQM sendiri tidak dipegang dengan teguh. Karena TQM ini sangat berhubungan dengan integritas dan loyalitas karyawan, maka dalam jiwa pemimpinnya sampai karyawan tingkat paling bawah, haruslah tertanam akan pentingnya “mutu” dalam kualitas tugas mereka masing-masing. Jika ini sampai melenceng atau goyah, maka proses TQM akan berjalan terseok dan tujuan TQM tidak akan pernah tercapai.
Pilar-pilar TQM yang antara lain adanya produk yang dihasilkan, proses yang dilakukan dalam menghasilkan produk dan organisasi yang digerakkan oleh seorang pemimpin, serta adanya komitmen di antara para pemimpin di dalam suatu organisasi. Nah, semua komponen ini membentuk satu sistem TQM yang saling mempengaruhi dan digerakkan oleh salah satu pilarnya, yaitu pemimpin. Artinya, pemimpin disini harus benar-benar piawai memainkan peranannya dalam menjalankan sistem ini untuk mencapai tujuan program TQM yang telah dicanangkan.
Diakhir tulisan ini perlu kiranya memperhatikan bahwa; tidak semua teknik dalam TQM cocok di berbagai lembaga. Hal ini perlu penyesuaian, bila tidak, hanyalah kegagalan yang diperoleh. Pimpinan sekolah perlu secara luwes dalam menerapkan sistem TQM, lalu mereka mempunyai kemauan untuk menelusuri kembali berbagai kekurangan secara tepat. Sehingga, dapat menentukan apakah sesuatu yang telah diadopsi itu cocok atau perlu penyesuaian dengan kondisi serta situasi sekolah atau perusahaan mereka, begitupun dengan STEM sehingga TQM mendapat dukungan dari STEM.
_________________________oOo_______________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar