Ciptaan

Kedua ayat suci ini menjelaskan bahwa Bumi ini telah diciptakan pertama kali waktu mana kutub utara Bumi berada di Makkah kini dan selatannya di Kepulauan Berbahaya Pasifik. Pengulangan ciptaan itu dilaksanakan sewaktu topan di zaman Nabi Nuah dengan merobah peta permukaan Bumi jadi berpulau-pulau dan perpindahan kutub utara ke Arktik dan selatan Antartik kini. Perwujudan terakhir tanpa robah akan dilakukan Allah pada Hari Kiamat nanti sebagai ciptaan terakhir.

أَوَلَمۡ يَرَوۡاْ ڪَيۡفَ يُبۡدِئُ ٱللَّهُ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ ۥۤ‌ۚ إِنَّ ذَٲلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ۬
29/19. Tidakkah mereka perhatikan betapa Allah memulai ciptaan itu, kemudian mengulanginya ? Bahwa yang demikian mudah saja bagi Allah.

قُلۡ سِيرُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ ڪَيۡفَ
بَدَأَ ٱلۡخَلۡقَ‌ۚ ثُمَّ ٱللَّهُ يُنشِئُ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأَخِرَةَ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬
29/20. Katakanlah, "berjalanlah di Bumi ini lalu perhatikanlah betapa Allah telah memulai ciptaan itu, kemudian Allah akan mewujudkan perwujudan terakhir bahwa Allah menentukan tiap sesuatu (di Akhirat).


a. Istilah "bada-a" ada yang mengartikannya "menjadikan" padahal mestinya "memulai". Untuk ini perhatikanlah istilah yang sama pada ayat 7/29, 9/13, 10/34, 12/76, 21/104, 27/64, 30/11, dan 32/7.

b. Istilah "qadiir" berarti "yang menentukan" ada yang memberi makna "berkuasa", padahal istilah itu berasal dari “qadara" tercantum dalam ayat 5/34, 6/91, 13/26, 14/18, 22/74, 29/62, 42,12, 57/29, 65/7, 89/16 dan 90/5. Di samping itu istilah "qadaru" harus berarti "ketentuan" seperti tercantum pada ayat 2/236, 13/17, 15/21, 20/40, 23/18, 33/38, 42/27, 43/11, 54/49 dan 77/22. Karenanya istilah "qadiir" haruslah berarti "yang menentukan" seperti yang tercantum pada ayat 6/37, 6/65, 10/24, 17/99, 23/18, 23/95, 36/81, 46/33, 70/40 dan lain-lainnya.

Adakah perbedaan arti "berkuasa" dari "yang menentukan" ? Jawabnya: Ada. Berkuasa berarti memiliki sesuatu dan dapat berbuat atas sesuatu itu, sedangkan "yang menentukan" berarti mewujudkan dari tiada kepada ada, menguasai yang diwujudkan itu, merencanakan sebab akibat yang berlaku pada wujud itu, dan tiada seorang lainpun dapat memiliki wujud itu apalagi untuk merobah dan mengendalikannya.

c. Istilah "nasy-atu" berarti "perwujudan" berasal dari "ansya-a" sebagai termaktub dalam ayat 6/6, 6/98, 6/133, 6/141, 11/61, 13/12, 21/12, 23/14, 23/19, 23/42, 28/45, 36/79, 53/32, 56/35, 56/61, 56/72 dan 67/23. Maka yang terkandung pada ayat 29/20 di atas tadi ialah "Kemudian Allah akan mewujudkan perwujudan "terakhir" tetapi ada yang menuliskan "Kemudian Allah mengadakan ciptaan kedua" yang sangat berbeda dari kandungan ayat suci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Over View

PERTUMBUHAN ILMU-ILMU ISLAM DI MADRASAH

(Nana Masrur) Kompetensi Dasar : Mampu Menguraikan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah Indikator : Madrasah dan Perkemb...