Tampilkan postingan dengan label HADITS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HADITS. Tampilkan semua postingan

Hermeneutika Hadist

Memahami Hadist dengan Pendekatan : 

Historis, Sosiologis, dan Antropologis

A.  Pendahuluan
                   Kajian hadist menarik perhatian para peminat studi hadist, baik dari kalangan islam, maupun non Islam. Bahkan hingga sekarang, kajian terhadap hadist, mulai dari kritik otensitias hadist, sampai pemaknaannya yang sampai sekarang masih terus berkembang.
                 Pemahaman hadist relatif berkembang dari zaman ke zaman, mulai dari tekstualis, konservatif, sampai kontekstualis. Seiring dengan perkembangan zaman, hadist dimaknai dengan sesuai kebutuhan pada zaman tersebut, dikarenakan teks hadist itu sangat terbatas adanya, sedangkan realitas perkembangan zaman selalu dinamis.
                   Oleh karena itu, pemaknaan hadist dengan metode baru yang lebih menekankan pada aspek historis, sosiologis, dan antropologis sangatlah penting untuk dikaji, demi perkembangan interpretasi hadist untuk menjawab realitas sosial masyarakat yang masih perlu untuk dinilai dengan kaca mata agama.
                   Makalah ini akan sedikit mengeksplorasi permasalahan tersebut dengan menggunakan metode historis, sosiologis, dan antropologis.
 
B.     Tinjauan Hermeneutika Hadist.
Sebagian hadist Nabi, ada yang didahului sebab-sebab turunnya hadist, ada pula yang tidak didahului dengan sebab-sebab tertentu. Bentuk sebab tertentu yang menjadi latar belakang datangnya hadist, dapat berupa peristiwa secara khusus ataupun umum, sehingga pemaknaannya harus dipahami secara tekstual ataupun kontekstual. Oleh karenanya menjadi jelas, bahwa dalam Islam ada ajaran yang bersifat universal, temporal, dan lokal.[1]
Demikian maksud dari hadist menjadi jelas dan menghindari berbagai pemikiran yang menyimpang, jadi dapat diketahui mana hadist yang bersifat temporal, kekal, universal, dan lokal, mana hadist yang mempunyai sebab khusus ataupun umum[2]. Dengan cara seperti itu, dapat diketahui bagaimana pemahaman hadist Nabi dengan mempertimbangkan asbabul wurud.
Secara garis besar, hermeneutika hadist lebih memfokuskan terhadap matan hadist, dan merupakan usaha interpertasi dalam memaknai teks yang klasik agar sesuai dengan zaman ini. Dengan demikian proses dalam interpretasi hadist dapat dilakukan dengan pendekatan historis, sosiologis, dan antropologis. Para ulama kontemporer menggunakan pendekatan tersebut, seperti Muhammad Shahrur, M. Syuhudi Ismail (Lahir 1943)[3], Fazlur Rahman (Lahir 1919)[4], Yusuf Qardawi (Lahir 1926)[5], bahkan seorang orientalis yaitu pendeta Daniel W. Brown[6], dll.
C.    Memahami Hadist dengan Pendekatan Historis, Sosiologis, dan Antropologis.
1.      Pendekatan Historis.
Pendekatan ini dilakukan sebagai suatu usaha dalam mempertimbangkan kondisi historis pada saat suatu hadist dimunculkan. Pendekatan semacam ini telah diperkenalkan oleh ulama hadist sejak dahulu dengan satu disiplin ilmu asbabul wurud, yaitu suatu ilmu yang berbicara mengenai peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan yang terjadi pada saat hadist tersebut disampaikan oleh Nabi.[7]
Pentingnya mengetahui hal kejadian-kejadian yang melingkupi dalam pendekatan kondisi historis akan mempertanyakan mengenai mengapa Nabi bersabda serta bagaimana kondisi sosio kultural masyarakat pada saat itu, termasuk di dalamnya persoalan politik yang saat itu dimungkinkan mengemuka dan mengintervensi munculnya hadist. Jadi, pendekatan historis yang dilakukan terhadap objek material hadist, secara teknis dilakukan dengan meneliti proses yang mengikuti suatu hadist. Tidak lain untuk menemukan penjelasan tentang faktor yang menyebabkan suatu hadist itu muncul. Dengan kata lain, tujuan pendekatan ini adalah menemukan genaralisasi yang berguna dalam upaya memahami gejala problem masa kini. Misalnya:
Hadist Nabi menyatakan:
لاًن يمتلئ جوف احدكم قيحا خير له من أن يمتلئ شعرا (رواه البخاري)
 “Lebih baik perutmu diisi nanah dari pada diisi syair. (Puisi).”[8]
Apabila hadist di atas dipahami secara tekstual, maka hasilnya bahwa bersyair itu tidak boleh (haram). Dalam hadist tersebut Nabi mengungkapkan ketidaksenangannya terhadapa syair.
Hadist di atas mempunyai asbabul wurud. Pada suatu saat, Rasulullah mengadakan perjalanan dan berada di kota al ‘Arj, terletak sekitar 78 mil dari Madinah. Kota itu merupakan tempat pertemuan berbagai jurusan. Karenanya wajar bila budaya, antara lain yang berupa syair, bertemu di kota itu. Tiba-tiba di hadapan rasulullah, ada seorang yang mendeklamasikan suatu syair. Rasulullah lalu menyabdakan pernyataan sebagaimana yang dikutip hadist di atas.
Menurut al Nawawi (w. 1277), syair yang dibacakan oleh orang tersebut isinya tidak sopan dan melanggar asusila, atau mungkin karena penyairnya adalah orang kafir.[9]
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa hadist tersebut tidak harus diartikan secara tekstual, namun lebih pada pemaknaan yang tekstual, karena pada zaman sekarang para ulama’ sering menggunakan syair dan nadham dalam memberikan ajaran pokok-pokok islam. Dengan kalimat lain bahwa, Syair hanya boleh digunakan bila ia tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal Islam.
2.      Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis terhadap suatu hadist merupakan usaha untuk memahami hadist dari aspek tingkah laku sosial masyarakat pada saat itu.[10] Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa pendekatan sosiologis terhadap hadist adalah mencari uraian dan alasan tentang posisi masyarakat sosial yang berhubungan dengan ketentuan-ketentuan dalam hadist. Penguasaan konsep-konsep sosiologi dapat memberikan kemampuan untuk mengadakan analisis terhadap efektifitas hadist dalam masyarakat, sebagai sarana untuk merubah masyarakat agar mencapai keadaan-keadaan sosial tertentu yang lebih baik.[11] Misalnya hadist berikut:
إنهكوا الشوارب وأعفوا اللحي  (رواه البخاري و مسلم)
“Guntinglah kumis dan panjangkanlah jenggot”[12]
Hadist di atas oleh masyarakat Islam dipahami secara tekstual. Mereka berpendapat bahwa Nabi telah menyuruh seluruh kaum lelaki untuk memelihara kumis dengan memangkas ujungnya dan memelihara jenggot dengan memanjangkannya. Mereka memandang bahwa ketentuan itu merupakan salah satu kesempurnaan dalam mengamalkan ajaran Islam.
Bila dipahami sekasam, perintah tersebut memang relevan untuk orang-orang Arab, Pakistan, dan lain-lain yang secara alamiah mereka diberi rambut yang subur, termasuk dibagian kumis dan jenggot. Tingkat kesuburan itu, ternyata tidak dimiliki oleh masyarakat Indonesia, banyak orang Indonesia yang kumis dan jenggotnya jarang-jarang. Bahkan sampai ada yang memaksakan jenggotnya dipanjangkan, meskipun hanya beberapa helai saja. Hal itu malah yang menjadi tidak enak bila dipandang mata.
Dengan realitas yang seperti itu, maka hadist di atas harus dipahami secara kontekstual. Kandungan hadist tersebut bersifat lokal dan terpengaruh oleh sosiologis orang timur tengah.
3.      Pendekatan Antropologi
Pendekatan antropologi adalah analisis yang dilakukan dengan memperhatikan terbentuknya pola-pola perilaku dalam sebuah tatanan nilai yang dipegang dalam kehidupan manusia.[13]   Misalnya hadist berikut ini:
حدثنا الحميدى حدثنا سفيان حدثنا الأعمش عن مسلم قال كنا مع مسروق في دار يسار بن نمير فرأى في صفته تماثيل فقال سمعت عبد الله قال سمعت النبي يقول إن أشد الناس عذابا يوم القيامة المصورون[14]
“Al Humaidi telah bercerita kepada kami (al Bukhari), Sufyan telah bercerita kepada kami, al ‘Amasy telah bercerita kepada kami, dari Muslim dia berkata: Kami dulu bersama Masruq di rumah Yasar bin Numair, maka Masruq melihat di halaman depan rumah Yasar, ada patung-patung. Maka dia berkata: Saya mendengar Abdullah berkata” Saya mendengar Nabi Bersabda: “sesungguhnya orang yang paling keras siksanya di sisi Allah adalah para pelukis. (HR. Muttafaqun ‘Alaihi)

Secara tekstual hadist tersebut memberikan pengertian mengenai larangan melukis makhluk bernyawa. Kesimpulan semacam ini bisa dipahami karena banyaknya periwayat yang meriwayatkannya. Persoalannya tidak hanya sekedar halal dan haram melukis, namun dimungkinkan perlu untuk memperhatikan faktor sosio-historis dan antropologis pada saat hadist tersebut diturunkan.
Bila ditelusuri, ternyata pada saat itu belum lama sembuh dari penyakit syirik, yakni menyekutukan Allah dengan menyembah patung-patung dan berhala. Dalam kapasitas dan posisi Nabi sebagai rasul, tentunya Nabi berusaha keras agar masyarakat umat Islam waktu itu benar-benar sembuh dari penyakit syirik. Salah satu caranya adalah dengan mengeluarkan larangan melukis.[15]
Kebiasaan menyembah patung seperti itulah yang ditakutkan oleh Nabi, sehingga masyarakat akan kembali jahiliyah lagi. Dalam bahasa ushul fiqh terdapat istilah sadd al-dzara’iyah (langkah antisipasi) hal itulah yang dilakukan oleh Nabi.
Namun, pada kondisi saat ini, lukisan dan patung-patung sudah tidak dijadikan sebagai sesembahan, melainkan sebagai bentuk pengungkapa jiwa dan apresiasi jiwa. Jadi hadist di atas hanya bersifat temporal saja. Namun, nilai subtansinya masih terjaga, yaitu menjaga agar hati-hati tidak terjerumus pada menyembah sebuah patung atau lukisan.
D.    Penutup.
Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hermeneutika hadist lebih memfokuskan kajiannya terhadap matan hadist, namun sanad tidak lalu begitu saja dinafikan, karena sanad dan matan adalah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Dalam metode Memahami hadist sangatlah penting menilik dari sisi, historis, sosiologis, dan antropologis, karena sangat berpengaruh pada hasil pemaknaan. Dengan pemahaman yang demikian akan diketahui mana hadist yang harus dimaknai secara tekstual, dan kontekstual.   
***
Daftar Pustaka
Abdul Mustaqim, (2009), Ilmu Ma’anil Hadist Paradigma Interkoneksi. (Yogyakarta: Idea Press). Cet. I.
Kurdi, Dkk (2010), Hermeneutika Al Qur’an dan Hadist. (Yogyakarta: Elsaq). Cet I.
M, Syuhudi Ismail, (1994), Hadist Nabi yang Tekstual dan Kontekstual Telaah Ma’anil Hadist tentang ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan lokal. (Jakarta: Bulan Bintang).
M. Al Fatih Suryadilaga, (2009), Aplikasi Penelitian Hadist, (Yogyakarta: Teras). Cet I.


[1] Makalah “Hermeneutika Hadist Syuhudi Ismail” oleh Syarifah Hasanah.
[2] Dalam teori klasik dijelaskan bahwa harus ada usaha untuk mengkontekstualisasikan pemahaman terhadap hadist yang sampai saat ini masih terjadi polemik. Apakah mendahulukan ungkapan lafadz yang umum, bukan pada sebab yang khusus (Al ‘Ibroh bi ‘umumi al lafdzi la bi khususi as sababi) atau ungkapan dengan sebab yang khusus dengan lafadz yang umum (al ‘ibroh bi khususi as sabab la bi ‘umumi al lafdzi)
[3] Ulama’ dari Lumajang Jawa Timur, ia memakai beberapa langkah memaknai hadist secara tekstual dan kontekstual.
[4] Ulama’ dari daerah Barat Laut Pakistan, ia mengemukakan teori konsep sunnah dalam memandang dan memaknai suatu hadist.
[5] Ulama moderat dari Mesir, dalam memaknai hadist ia melibatkan unsur utama (Teks-Pensyarah-Audiens).


[6] Sebagai pendeta, ia memandang hadist dari segi tradisi dengan mengajukan suatu teori yang ia sebut dengan prisma modernitas, yaitu sebuah tradisi yang dipantulkan dengan modernitas sebagai sinar lurus yang menimpa sebuah prisma, lalu sinar itu kembali memantul dengan warna yang berbeda.
[7] Lihat Lubab an Nuqul dalam Hasyiah Tafsir al Jalalain (Semarang: Maktabah Usaha dalam Keluarga, t.th.), hal. 5.
[8] Shahih Al Bukhari, Juz IV, hal. 74; Shahih Muslim, Juz IV, hal. 1769; Sunan Ibnu Majah, Juz II, hal. 1236.
[9] Syuhudi Ismail, Hadist Nabi yang Tekstual dan Kontekstual (Telaah Ma’anil Hadist tentang ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan lokal. (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), hal.60-61.
[10] Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadist (Paradigma Interkoneksi). (Yogyakarta: Idea Press, 2009), hal. 62.
[11] .......Ibid. hal. 63.  
[12] Ibid. (Shahih Bukhari, Juz IV, hal. 39. Shahih Muslim: Juz I, hal. 222.)
[13] Kurdi dkk, “Hermeneutika Al Qur’an dan Hadist”. (Yogyakarta: Elsaq Press, 2010), hal. 375.
[14] Shahih Muslim. Jilid I, hal. 323-324.
[15] Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’anil Hadist (Paradigma Interkoneksi). (Yogyakarta: Idea Press, 2009), hal. 70.

KATA 'AL-HIKMAH' (KEBIJAKSANAAN) DI DALAM QUR'AN 2:231-- TIDAKLAH BERARTI HADIS DAN SUNNAH

Karena pada faktanya bahwa Qur'an tidaklah berisi penyebutan apapun tentang kata-kata 'Sunnah Muhammad', para pengikut sunnah merasa perlu memanipulasi makna beberapa kata Qur'an agar tercipta referensi Qur'ani terhadap 'hadis' dan 'sunnah. Kata yang terhadapnya mereka jadikan dasar kleim mereka adalah (Al-Hikmah) sebagaimana ditemukan di dalam sejumlah ayat, seperti misalnya:
''Ingatlah nikmat Allah atasmu, dan apa yang DIA diturunkan padamu 'Al-Kitab' dan 'Al-Hikmah' untuk menerangi 'bihi' (dengannya)...'' 2:231
Secara harfiah, arti 'Al-Kitab' adalah 'buku itu' (Qur'an) dan 'Al-Hikmah' adalah 'kebijaksanaan'. Siapapun dapat melihatnya di dalam setiap dari beberapa kamus bahasa Arab dan akan selalu muncul dengan pengertian yang sama. Meskipun demikian, di dalam sebuah upaya untuk menciptakan sebuah referensi untuk Sunnah Muhammad di dalam Qur'an, ketika tidak ada satu pun, para penerjemah ini telah mengkleim bahwa kata Al-Hikmah mengacu kepada Sunnah Muhammad.

ABDUL QADIR HASSAN

ABDUL QADIR HASSAN, ULAMA AHLI HADITS DARI BANGIL
Tulisan berikut ini adalah kutipan dari media arrahmah.com, yang diunggah pada Ramadhan 1434 yang lalu. Penulisnya adalah Artawijaya, alumni Pesantren Persis Bangil yang kini menjadi Dosen di STID Moh. Natsir, Jakarta dan editor di Pustaka Al-Kautsar.

PERLUKAH AL-QUR'AN PENJELASAN

Mungkin pula banyak orang mengharapkan berbagai penjelasan hukum Islam dari Hadis Nabi atau dari sejarah kehidupan Muhammad selaku Uswah Hasanah, Teladan yang baik. Tetapi Nabi itu sendiri adalah pelaksana hukum yang terkandung dalam Alquran. Beliau tidak pernah menantang ketentuan ALLAH bahwa orang hanya diwajibkan mendasarkan hukum atas Firman yang DIA wahyukan dan terlarang mengambil hukum lain, bahkan beliau tidak pernah membikin hukum baru karena beliau hanyalah Rasul yang menyampaikan Hukum ALLAH, juga pengikut ajaran Nabi Ibrahim yaitu Islam yang telah sempurna:

وَمَن يَرۡغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبۡرَٲهِـۧمَ إِلَّا مَن سَفِهَ
نَفۡسَهُ ۥ‌ۚ وَلَقَدِ ٱصۡطَفَيۡنَـٰهُ فِى ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَإِنَّهُ ۥ فِى ٱلۡأَخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ
2/130. Siapa yang membenci doktrin Ibrahim hanyalah memperbodoh dirinya. Sungguh KAMI pilih dia di dunia, dan di Akhirat dia terrmasuk orang-orang shaleh.

قُلۡ إِنَّنِى هَدَٮٰنِى رَبِّىٓ إِلَىٰ
صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬ دِينً۬ا قِيَمً۬ا مِّلَّةَ إِبۡرَٲهِيمَ حَنِيفً۬ا‌ۚ وَمَا كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
6/161. Katakanlah: "Bahwa aku, TUHAN-ku menunjuki aku kepada
tuntunan kukuh, agama teguh, ajaran Ibrahim sesempurnanya. Tidaklah dia termasuk orang-orang musyrik."

وَجَـٰهِدُواْ فِى ٱللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِۦ‌ۚ
هُوَ ٱجۡتَبَٮٰكُمۡ وَمَا جَعَلَ عَلَيۡكُمۡ فِى ٱلدِّينِ مِنۡ حَرَجٍ۬‌ۚ
مِّلَّةَ أَبِيكُمۡ إِبۡرَٲهِيمَ‌ۚ هُوَ سَمَّٮٰكُمُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ مِن قَبۡلُ وَفِى
هَـٰذَا لِيَكُونَ ٱلرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيۡكُمۡ وَتَكُونُواْ شُہَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ‌ۚ فَأَقِيمُواْ
ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعۡتَصِمُواْ بِٱللَّهِ هُوَ مَوۡلَٮٰكُمۡ‌ۖ فَنِعۡمَ ٱلۡمَوۡلَىٰ وَنِعۡمَ ٱلنَّصِيرُ
22/78. Berjuanglah pada ALLAH dengan perjuangan logis, DIA telah memilihmu. Tiada DIA jadikan halangan atasmu dalam agama itu, doktrin bapakmu Ibrahim. Dialah yang menamakan kamu Muslimin dulunya dan dalam (Alquran) ini agar Rasul itu jadi pemberi bukti atasmu dan kamu jadi pemberi bukti atas manusia. Dirikanlah Shalat dan berikanlah zakat, dan berpeganglah pada ALLAH. DIAlah pimpinanmu, sangat nikmat selaku pimpinan dan sangat nikmat selaku penolong.

PENGERTIAN SUNNAH dan HADIST

Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.” (QS Al-Fath/48:23)

APA ITU SUNAHNYA ALLAH YG TIDAK PERNAH BERUBAH ? ....

Mengenai "sunnah/as-sunnah " di masyarakat masih terjadi pemahaman yang menimbulkan perdebatan, sehingga sangat rancu di antara kita sesama muslim. Sementara orang memahami sunnah kebanyakan pengertian sunnah itu dianggap sama dengan hadits Nabi melalui periwayatan. Sedangkan Allah menegaskanbahwa:

Surat Az-Zumar Ayat 23

الله Allahنزل Dia menurunkanأحسن paling baikالحديث pengkabaran(al hadist)كتبا Kitab (yg tertulis)متشبها serupaمثاني berulang-ulangتقشعر gemetarمنه dari padanyaجلود kulit-kulitالذين orang-orang yangيخشون (mereka) takutربهم Tuan merekaثم laluتلين menjadi lembut/tenangجلودهم kulit-kulit merekaوقلوبهم dan hati merekaإلى kepadaذكر peringatanالله Allahذلك demikianlahهدى petunjukالله Allahيهدي Dia memberi petunjukبه dengannyaمن siapaيشاء yg menghendakiومن dan barang siapaيضلل menyesatkanالله untuk Allahفما maka tidakله baginyaمن dariهاد seorang penuntun.

Dari dua ayat di dapat :
1. Hadist adalah Pengkabaran Allah yg tertulis (Al-Kitab = Al-Qur'an)
2. Sunnah adalah sesuatu yg telah berlaku dari dulu dan tidak ada perubahan.

Jelas Al-Quran telah membedakan pengertian "Hadist dengan Sunnah, maka pengertian yg dipahami umum sekarang " Sunnah = Hadits periwayatan" adalah tidak sesuai dengan berita yg diturunkan Allah kepada Nabi-Nya.

Maka bagi yg menyelisihi bacalah sunatullah di ayat ini

“Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al-Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang Al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh.” (QS Al-Baqarah, 2:176).

mari kita luruskan pemahaman sesuai petunjuk alquran agar kita tidak menyimpang jauh dari dienul Islam.

salam.

INGKAR SUNNAH

Sunnah menurut kebanyakan orang (para ulama, guru-guru, penulis kitab-kitab) adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua setelah Al-Qur’an. Menempati posisi kedua setelah al-Qur’an, as-sunnah memiliki fungsi sebagai bayan atau penafsir yang dapat mengungkapkan tujuan dari al-Qur’an. 

Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya bahwa Sunnah juga merupakan sumber hukum Islam. Dalam hubungan dengan al-Qur’an ,maka as-Sunnah berfungsi sebagai penafsir, pensyarah, penjelas atas ayat-ayat tertentu. Dan menurut anggapan kebanyakan mereka, orang yang menolak keberadaan sunnah dikatakan murtad dan mendapat julukan INGKARUSSUNNAH.

Benarkah anggapan kebanyakan orang itu? 
Lalu apakah penjelasan Al Qur’an tentangnya?

PENJELASAN AL QUR’AN TENTANG SUNNAH

Sunnah (سُنَّة) berasal dari kata sanna (سَنَّ) yang artinya menajamkan, menerangkan, atau meletakkan. Sunnatun (سُنَّةٌ) atau jamaknya sunanun (سُنَنٌ) artinya adalah sebaga berikut:
Jalan, bentuk, sistem, metode (طريقة)
Perilaku (طبيعة) Undang-undang/peraturan (شريعة) Perikehidupan/perilaku (السَّيْرَةُ)
Kata sunnah di dalam Al Qur’an disebut sebanyak 18 kali dengan pola سُنَّة, سُنَّتِنَا, سُنَنٌ, dan مَسْنُوْن

SUNNAH ITU KEPUNYAAN ALLAH

Sunnah adalah kepunyaan Allah atau bahasanya sunatullah. Sunnah rasul adalah sunnah Allah yang terjadi atas rasul. Sunnah orang-orang dahulu adalah sunnah Allah yang terjadi atas orang-orang dahulu. Allah menciptakan manusia lalu menjadikan sunnah atasnya.

Dan sesungguhnya benar-benar Kami telah menciptakan manusia itu dari tanah liat berasal dari lumpur yang diberi bentuk (sunnah). QS. 15 ayat 26

Dan ketika Rabb engkau berkata kepada malaikat: “Sesungguhnya aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat berasal dari lumpur yang diberi bentuk (sunnah). QS. 15 ayat 28

Dia (iblis) berkata: “Aku sekali-kali tidak akan ada untuk bersujud kepada manusia yang Engkau ciptakan dari tanah liat berasal dari lumpur yang diberi bentuk (sunnah)”. QS. 15 ayat 33

Masnuun (مَسْنُوْنٌ) atau lengkapnya pada ayat itu hamaa’im masnuun (حَمَاءٍ مَسْنُوْنٌ) secara harpiah artinya lumpur yang diberikan sunnah. Masnuun adalan isim maf’ul yang artinya : “Di-sunahi atau diberikan sunnah”. Kalau sunnah itu mempunyai arti seperti di atas, maka pengertiannya menjadi : Manusia adalah mahluk yang diciptakan dari bahan yang keluar dari lumpur yang mempunyai bentuk, sistem, cara dan jalan (طريقة) Manusia adalah mahluk yang diciptakan dari bahan yang keluar dari lumpur yang mempunyai tabiat/watak (طبيعة)

Manusia adalah mahluk yang diciptakan dari bahan yang keluar dari lumpur yang mempunyai Undang-undang/peraturan/hukum (شريعة) Manusia adalah mahluk yang diciptakan dari bahan yang keluar dari lumpur yang mempunyai Perikehidupan/perilaku (السَّيْرَةُ)

Makna dari ayat di atas bahwa manusia itu awalnya Allah ciptakan dari tanah liat berasal dari lumpur. Kemudian dibentuk dengan bentuk sempurna dibandingkan mahluk lainnya dengan struktur anatomi yang sempurna atau paling bagus. Manusia mempunyai sunnah sehingga membedakan dia dengan mahluk lainnya. Seandainya manusia itu tidak mau lagi mengikuti sunnahnya, maka sifat dan tingkah lakunya sama dengan binatang. Binatang yang tidak bisa menggunakan mata, telinga, dan hatinya untuk selalu memperbaiki diri dan senantiasa berbuat kerusakan. Binatang yang selalu mengikuti hawa nafsunya untuk bersenang-senang dalam kehidupan dunia.

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dengan anatomi yang paling bagus,
kemudian Kami mengembalikannya menjadi yang rendah paling rendah, QS. 95 ayat 4-5

Dan sesungguhnya benar-benar Kami telah isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Bagi mereka ada hati tidak memahami (ayat-ayat) dengannya, bagi mereka ada mata tidak melihat (ayat-ayat) dengannya, dan bagi mereka ada telinga tidak mendengar (ayat-ayat) dengannya. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai. QS. 7 ayat 179

Apakah pendapat engkau tentang orang-orang yang mengambil hawa nafsunya sebagai tuhan, apakah engkau menjadi wakil atasnya?
Ataukah engkau mengira, sesungguhnya kebanyakan mereka mendengar atau memahami? Tidaklah mereka melainkan seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalan. QS. 25 ayat 43-44

Sesungguhnya Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke jannah yang mengalir dari bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir bersenang-senang dan makan sebagaimana binatang ternak makan dan neraka tempat tinggal untuk mereka. QS. 47 ayat 12

SUNNAH SEBAGAI JALAN/ATURAN/KETETAPAN ALLAH

Sungguh telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah, maka berjalanlah kamu di bumi maka perhatikanlah bagaimana keadaan akibat orang-orang yang mendustakan. QS. 3 ayat 137

Allah berkehendak untuk menerangkan kepadamu dan menunjukkan kamu sunah-sunah orang-orang yang sebelum kamu dan menerima taubat atasmu. Dan Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Menghukum. Dan Allah berkehendak untuk menerima taubat atasmu sedang orang-orang yang mengikuti syahwat berkehendak untuk menyimpangkan kamu dengan penyimpangan yang besar. QS. 4 ayat 26-27

Ada bermacam-macam sunnah disebut di dalam Al Qur’an:
1) Sunnah Allah
2) Sunnah orang-orang dahulu
3) Sunnah rasul

Mari kita lihat :

1) SUNNAH ALLAH (سنة الله)
SUNNAH ALLAH adalah : Tidak pantas bagi seorang Nabi suatu kesempitan pada apa yang telah Allah wajibkan kepada-Nya sebagai SUNNAH ALLAH pada orang-orang yang telah berlalu sebelumnya. Dan perintah Allah adalah suatu ketetapan yang telah diperhitungkan.QS. 33 ayat 38

Sungguh jika tidak berhenti orang-orang munafik dan orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, orang-orang yang suka bergunjing di dalam kota Medinah, sungguh Kami akan memerintahkan kamu atas mereka, kemudian mereka tidaklah menjadi tetanggamu di dalamnya melainkan sedikit (sebentar), mereka dilaknat. Di mana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan mereka diperangi dengan sekeras-kerasnya. Sebagai SUNNAH ALLAH pada orang-orang yang berlalu sebelumnya. Dan sekali-sekali engkau tidak akan mendapati perubahan bagi SUNNAH ALLAH . QS. 33 ayat 60-62

Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) SUNNAH (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi SUNNAH ALLAH , dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi SUNNAH ALLAH itu. QS. 35 ayat 42-43

Dan sekiranya orang-orang yang kafir memerangimu, sungguh mereka akan berbalik ke belakang kemudian mereka tidak akan mendapati wali dan tidak pula penolong. SUNNAH ALLAH yang sungguh telah berlalu sebelumnya. Tidak akan ada perubahan bagi SUNNAH ALLAH. QS. 48 ayat 22- 23

Maka tatkala mereka melihat siksa Kami mereka berkata: "Kami beriman dengan Allah satu-satunya dan kami kafir dengan apa yang telah kami persekutukan dengan-Nya.Maka tiadalah bermanfaat iman mereka kepada mereka tatkala mereka melihat siksaan Kami. SUNNAH ALLAH yang sungguh telah berlalu pada hamba-hamba-Nya. Dan di sana merugilah orang-orang yang kafir. QS. 40 ayat 84-85

2) SUNNAH ORANG-ORANG DAHULU (سنَّة الاولين)
SUNNAH ORANG-ORANG DAHULU itu adalah : Dan tidaklah yang menghalangi manusia untuk beriman ketika datang kepada mereka petunjuk itu dan meminta ampun kepada Rabb mereka, melainkan bahwa datang kepada merekaSUNNAH ORANG-ORANG DAHULU atau datang kepada mereka azab itu berhadapan (dengan mereka). QS. 18 ayat 55

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: “Jika mereka berhenti, Dia akan mengampuni mereka apa yang sungguh telah berlalu. Dan jika mereka kembali, maka sesungguhnya telah berlaku SUNNAH ORANG-ORANG DAHULU.. QS. 8 ayat 38

Dan sesungguhnya benar-benar Kami telah mengutus sebelum engkau pada golongan terdahulu. Dan tidaklah datang kepada mereka seorang rasul, melainkan adalah mereka memperolok-olok dengannya. Seperti itulah Kami memasukkannya ke dalam hati orang-orang berdosa, mereka tidak akan beriman dengannya dan sesungguhnya telah berlalu SUNNAH ORANG-ORANG DAHULU. QS. 15 ayat 10-13


3) SUNNAH RASUL
Sunnah Rasul itu adalah : Dan sesungguhnya mereka hampir-hampir memalingkan engkau dari Al Qur'an yang telah Kami wahyukan kepada engkau, agar engkau membuat-buat atas nama Kami selainnya; dan kalau engkau berbuat demikian, mereka akan mengambil engkau sebagai sahabat yang dekat. Dan sekiranya Kami tidak meneguhkan engkau, sesungguhnya benar-benar engkau hampir sedikit cenderung kepada mereka (pada) suatu hal, kalau terjadi demikian, sungguh Kami akan merasakan kepada engkau siksa berlipat ganda di dunia dan berlipat ganda sesudah mati. Dan engkau tidak akan mendapati atas siksaan Kami seorang penolongpun. Dan sesungguhnya hampir-hampir mereka menggertak engkau dari negeri itu untuk mengeluarkan engkau daripadanya. Dan jika demikian, mereka tidaklah akan tinggal sepeninggal engkau melainkan sedikit (sebentar).

Sebagai satu SUNNAH RASUL-RASUL kamii yang sungguh Kami telah utus sebelum engkau. Dan engkau tidak akan mendapati perubahan bagi SUNNAH KAMI. QS. 17 ayat 73-77


KESIMPULAN SUNNAH MENURUT AL QUR'AN

Sunnah adalah ketetapan Allah yang terjadi pada orang-orang dahulu dan bisa terjadi pada masa sekarang. Di antara sunnah-sunnahnya itu adalah :

Nabi tidak pernah keberatan terhadap keputusan Allah betapapun sulit dan beratnya yang harus mereka lakukan. Bagi yang mempercayai tawar menawar antara Allah dan Nabi Muhammad tentang rakaat shalat ketika beliau mi'raj ke langit berarti mengingkari sunnah karena telah berani mengatakan nabi keberatan atas keputusan Allah. (QS. 33 ayat 38) 

Orang-orang munafik akan sempit kehidupannya. Di antara sifat-sifat munafik itu adalah berdusta atas nama Allah. Kalau ada yang berdusta atas nama Allah/membuat-buat suatu kedustaan dan mengatakan itu dari Allah atau dari Rasulullah, berarti dia ingkarsunnah. (QS. 33 ayat 60-62)

Sunnah yang terjadi pada masa lalu dan pasti akan berulang hingga kini adalah: mengatakan Al Qur'an tidak sempurna, menolak ketika dijelaskannya, dan berencana jahat terhadap orang yang menyampaikannya. (QS. 35 ayat 42-43)

Kalau ada yang memerangi Al Qur'an, Al Qur'an tidak pernah terkalahkan. Jadi kenapa mesti takut ketika diajak berhujjah tentangnya? (QS. 48 ayat22- 23)

Orang baru mempercayai Al Qur'an sebagai kebenaran satu-satunya saat kematian atau bencana mendatanginya. Jadi jangan berharap akan banyak yang menerimanya (QS. 40 ayat 84-85)

Pengingkaran terhadap kebenaran Al Qur'an terjadi sejak zaman Rasulullah masih hidup. Jadi jangan risau kalau banyak yang menentang setelah sepeninggalnya. (QS. 18 ayat 55)

Siapa yang beriman maka kebaikan buat dirinya, dan siapa yang mengingkari, Allah akan menghukum. (QS. 8 ayat 38)

Al Qur'an diperolok-olok dan yang membacakannya akan dimusuhi. (QS. 15 ayat 10-13)

Lalau apakah itu SUNNAH RASUL?

SUNNAH RASUL itu adalah adalah ketetapan Allah yang terjadi pada para rasul/utusan pembawa risalah dan bisa terjadi pada masa sekarang atas orang-orang yang menyampaikan Risalah/Al Qur'an.

SUNNAH RASUL yaitu:

Umat Rasulullah Muhammad menolak Al Qur’an sebagai satu-satunya ajaran Allah. Mereka berkeinginan beliau membuat selain Al Qur’an atas nama Allah. Kalau beliau memenuhi keinginan mereka : Mereka akan menerima beliau sebagai orang yang paling dekat dengan mereka. Tetapi Allah akan menyiksanya berlipatganda di dunia dan berlipatganda setelah beliau wafat tanpa ada satupun yang menolongnya sekalipun umatnya sendiri.

Rasulullah menolak karena bertentangan dengan Al Qur’an sebagai satu-satunya yang wajib diikuti dan wajib disampaikan oleh beliau.
Karena beliau menolak, maka beliau diancam akan diusir dari kampung halamannya. Tetapi Allah berjanji kepada beliau, apabila beliau sampai diusir, maka sepeninggal beliau, Allah akan membinasakan mereka. Itulah sunnah Allah pada diri para rasul. Dan sunnah itu tidak akan ada perubahan. (Hikmah dari QS. 17 ayat 77) 

Berdasarkan beberapa ayat-ayat di atas jelaslah buat kita bahwa ternyata sunnah itu bukanlah seperti yang kita kira selama ini yaitu perbuatan/perkataan yang disandarkan kepada seseorang yang wajib diikuti.

Sunnah adalah suatu ketetapan Allah yang dibuat untuk manusia untuk dijadikan sebagai suatu pelajaran (ibrah) dalam mengikuti dan menegakkan peraturan-peraturan Al Qur'an bukan suatu ketentuan yang mengatur perilaku yang harus dijalankan. Sunnah sebagai suatu aturan Allah, maka keberadaannya telah dijelaskan di dalam Al Qur'an (SUNNAH KAMI). Apabila tidak di dapati di dalam Al Qur'an namanya bukan sunnah tetapi bid'ah
Orang yang disebut ingkarsunnah bukan orang yang hanya menerima Al Qur'an dan menolak sunnah-sunnah selainnya, karena Al Qur'an sendiri adalah sunnah dan hadits terbaik (QS. 12 ayat 108, 12 ayat 111, 39 ayat 23). Tetapi orang yang ingkarsunnah adalah yang mengingkari sunnah atau ketetapan Allah yang terjadi pada orang-orang dahulu dan ketetapan Allah yang terjadi pada setiap rasul dalam menegakkan ajaran Allah di dalam Al Qur'an itu sendiri.

Kalau kita memilih dan mendahulukan sunnah yang wajib (Kitab Allah/Al Qur'an) dan meninggalkan sesuatu yang tidak mengapa ditinggalkan, lalu mengapa dikatakan INGKARSUNNAH dan SESAT?
Kalau Al Qur'an itu sendiri adalah sunnah, lalu siapakah yang disebut INGKAR SUNNAH?

                                        TADABBUR
                                       ------------------
1. Hadits menurut al quran berarti AL QUR’AN itu sendiri.

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاء وَمَن يُضْلِلْ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ39:23. Allah Telah menurunkan hadits yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.

2. Hadits menurut Al quran berarti BERITA.

أَوَلَمْ يَنظُرُواْ فِي مَلَكُوتِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللّهُ مِن شَيْءٍ وَأَنْ عَسَى أَن يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ7:185. Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan Telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada hadits (berita) manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?

3. Hadits menurut al quran berarti PERKATAAN.

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ31:6. Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan HADITS (perkataan) yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا وَلَّى مُسْتَكْبِرًا كَأَن لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِي أُذُنَيْهِ وَقْرًا فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ31:7. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan- akan ada sumbat di kedua telinganya; Maka beri kabar gembiralah dia dengan azab yang pedih.

تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللَّهِ وَآيَاتِهِ يُؤْمِنُونَ45:6. Itulah ayat-ayat Allah yang kami membacakannya kepadamu dengan Sebenarnya; Maka dengan hadits (perkataan) manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan ayat-ayat-Nya.

HADITS MANAKAH YANG PALING BAIK?

Menurut Al quran hadits yang paling baik adalah Al quran itu sendiri. Tidak ada satupun hadits yang lebih baik dari Al quran.

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُّتَشَابِهًا مَّثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاء وَمَن يُضْلِلْ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ39:23. Allah Telah menurunkan hadits yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.

اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لاَ رَيْبَ فِيهِ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ حَدِيثًا4:87. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. dan siapakah orang yang lebih benar HADITS (nya) dari pada Allah ?

وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا وَعْدَ اللّهِ حَقًّا وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللّهِ قِيلاً4:122. Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah Telah membuat suatu janji yang benar. dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah ?

KALAU TIDAK PERCAYA HADITS TERBAIK COBA DATANGKAN HADITS LAIN YANG SERUPA

فَلْيَأْتُوا بِحَدِيثٍ مِّثْلِهِ إِن كَانُوا صَادِقِينَ52:34. Maka hendaklah mereka mendatangkan HADITS yang semisal (Al Qur'an) itu jika mereka orang-orang yang benar.

JANGAN MENENTANG / MENDUSTAKAN HADITS YANG PALING BAIK (AL QUR’AN)

وَالَّذِينَ كَفَرواْ وَكَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا أُولَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ2:39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

وَالَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ5:10. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat kami, mereka itu adalah penghuni neraka.

وَالَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا صُمٌّ وَبُكْمٌ فِي الظُّلُمَاتِ مَن يَشَإِ اللّهُ يُضْلِلْهُ وَمَن يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ6:39. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus.

وَالَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُواْ يَفْسُقُونَ6:49. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.

وَالَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُواْ عَنْهَا أُوْلَـَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ7:36. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُواْ عَنْهَا لاَ تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاء وَلاَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ7:40. Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.

وَالَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ7:182. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, nanti kami akan menarik mereka dengan berangaur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.

RASULULLAH TAKUT MENGGANTI HADITS TERBAIK (AL QUR’AN) DENGAN HADITS DARI DIRINYA SENDIRI.

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَـذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِن تِلْقَاء نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ10:15. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini[675] atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya Aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)".

RASULULLAH USWATUN HASANAH KITA MEMBERI PERINGATAN UMATNYA DENGAN HADITS TERBAIK (AL QURAN)

قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادةً قُلِ اللّهِ شَهِيدٌ بِيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأُنذِرَكُم بِهِ وَمَن بَلَغَ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللّهِ آلِهَةً أُخْرَى قُل لاَّ أَشْهَدُ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَـهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ6:19. Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Qur'an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya (Al qur'an) aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al Qur'an (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)".

كِتَابٌ أُنزِلَ إِلَيْكَ فَلاَ يَكُن فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِّنْهُ لِتُنذِرَ بِهِ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ7:2. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (Al qur'an), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.

JANGAN SEPERTI ORANG INI, BILA DIBACAKAN HADITS TERBAIK (AL QUR’AN), MEREKA MINTA DIDATANGKAN SELAIN AL QUR’AN ITU.

وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لاَ يَرْجُونَ لِقَاءنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَـذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِن تِلْقَاء نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ10:15. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya Aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)".

SEMESTINYA KITA BILA DIBACAKAN HADITS TERBAIK (AL QUR’AN) KITA REBAH SUJUD DAN MENANGIS, JANGAN MALAH MEMBANTAH.

أُوْلَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَن خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا19:58. Mereka itu adalah orang-orang yang Telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang Telah kami beri petunjuk dan Telah kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.

قُلْ آمِنُواْ بِهِ أَوْ لاَ تُؤْمِنُواْ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُواْ الْعِلْمَ مِن قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأَذْقَانِ سُجَّدًا17:107. Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ32:15. Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.

HADITS TERBAIK (AL QUR’AN) ITU SEBAGAI FURQOON.

Furqoon artinya sebagai pembeda antara yang Haq (benar) dengan yang bathil (salah). Karena hadits terbaik (Al qur’an) itu berfungsi sebagai furqoon (pembeda) maka sudah semestinya kita memfungsikan Al quran sebagai furqon. Hadits (berita, perkataan,) siapa saja yang bertentangan dengan Hadits terbaik maka yang benar adalah hadits terbaik itu. Dan kita wajib menolak setiap perkataan dan berita apa saja yang bertentangan dengan Al quran.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ2:185. (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan furqoon (pembeda antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

ANCAMAN BAGI ORANG YANG MENYEBARKAN HADITS YANG TIDAK BERGUNA (YANG BERTENTANGAN DENGAN AL QUR’AN)

Orang yang mengajarkan kepada orang lain ajaran yang bertentangan dengan Al quran berarti orang tersebut sudah mengajarkan kesesatan. Ia sama saja menyesatkan orang lain. Ancamannya adalah seperti yang terlis dalam Al quran, mereka akan menanggung dosa mereka sendiri dan menanggung sebagian dosa orang yang mereka sesatkan. Sebagai contoh jika ada orang mengarang sebuah tulisan atau buku yang ternyata tulisan atau buku itu bertentangan dengan Al quran, maka si pengarang akan menanggung dosanya sendiri dan sebagian dosa setiap orang yang tersesat akibat membaca tulisan atau bukunya. Seandainya bukunya tersebut terus bereda di masyarakat maka sipenulis akan terus menanggung dosa orang yang tersesat akibat membaca bukunnya.

وَإِذَا قِيلَ لَهُم مَّاذَا أَنزَلَ رَبُّكُمْ قَالُواْ أَسَاطِيرُ الأَوَّلِينَ16:24. Dan apabila dikatakan kepada mereka "Apakah yang Telah diturunkan Tuhanmu?" mereka menjawab: "Dongeng-dongengan orang-orang dahulu",لِيَحْمِلُواْ أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُم بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلاَ سَاء مَا يَزِرُونَ16:25. (ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.

Pertanyaan bagi kita semua,

1. APAKAH KITA SUDAH BERIMAN DENGAN HADITS YANG TERBAIK (AL QUR’AN) ITU?

2. APAKAH KITA TERMASUK PENENTANG / MENDUSTAKAN HADITS TERBAIK (AL QUR’AN)?

3. APAKAH BILA DIBACAKAN HADITS TERBAIK (AL QUR’AN) KITA MALAH MINTA HADITS YANG LAIN?

4. APAKAH KITA SUDAH MEMFUNGSIKAN HADITS TERBAIK (AL QURAN) ITU SEBAGAI FURQOON?

5. APAKAH KITA TERMASUK ORANG YANG MENYEBARKAN HADITS YANG TIDAK BERGUNA (YANG BERTENTANGAN DENGAN AL QUR’AN)?
______________________________

SEMOGA MENJADI BAHAN RENUNGAN BAGI KITA SEMUA,,,,

Over View

PERTUMBUHAN ILMU-ILMU ISLAM DI MADRASAH

(Nana Masrur) Kompetensi Dasar : Mampu Menguraikan Pertumbuhan Ilmu-Ilmu Islam di Madrasah Indikator : Madrasah dan Perkemb...