Sesuai dengan fitrah yang ditetapkan Allah bahwa kehidupan manusia di dunia kini harus melalui pernikahan, penghamilan, kelahiran dan selanjutnya, maka untuk kepentingan itu sengaja diciptakanNYA jenis berpasangan lelaki dan perempuan QS. 4:1, antara kedua jenis ini diadakan sifat saling mengharapkan dan mendekati, dinamakan dengna pengharapan dan kasih sayang QS. 30:21.
Sifat saling mendekati itu saja belum cukup untuk kehidupan dan perkembangan manusia, karenanya pada keduanya jenis itu diberikan sesuatu dinamakan syahwat yang dengannya timbul gerak pembuahan dan penghamilan serta kelahiran QS. 4:14
Dalam hal memenuhi kehendak saling mendekati dengan syahwat inilah manusia diuji dalam kehidupannya, bersamaan dengan berbagai ujian lain tentang yang buruk dan yang baik untuk kemakmuran masyarakat QS. 7:11, 11:7 dan 76:3. Dalam ujian yang sedemikian yang telah tersebut maksud dari beberapa redaksi ayatNYA, ada manusia yang kalahdan yang menang.
Pada umumnya mereka yang kalahmengalami nasib sangat menyedihkan penuh dengan penyesalan, sedikit sekali yang sempat merobah posisi untuk perbaikan, mungkin disebabkan kezaliman, kebodohan atau kelemahan yang ada pada dirinya QS. 4:27 dan 33:73. Mereka terbawa oleh pengaruh setandalam pergaulan memenuhi kehendak syahwatdiri QS. 4:27 dan 6:12.
Tentang ini Al-Qur’an memperihatkan bahwa setan nyata menjadi musuh manusia dalam mencapai kemakmuran, dan salah satu peran penting yang dijalankannya ialah mendorong manusia memenuhi kehendak syahwat tanpa pernikahan QS. 4:117, 7:22 dan 24:21
Akibat yang timbur dari pacaran
Banyak yang dapat dikemukakan akibat yang mungkin timbul dari adanya tindakan berpacaran, umumnya jahat dan buruk, sedikit sekali akibatnya yang baik, antara lain sebagai berikut :
Orang yang berpacaran terbiasa menyimpan rahasia yang sedikit banyaknya dipandang tidak baik dalam kehidupan. Hal ini membawanya kepada pertumbuhan yang tak diharapkan sebagai pribadi sempurna. Akhirnya dia terbiasa berbohong, menipu dan tak dipercaya dalam pergaulan.
2. Orang yang berpacaran akan terbiasa mengelamun, berkhayal, pada yang sukar terlaksana terutama dalam hubungan kehendak syahwat. Hal ini mendidiknya tidak objektif, penuh kepalsuan, dan bertumbuh tanpa ketabahan dengan tindak tanduk tak menentu.
3. Orang yang berpacaran akan terbiasa membuang waktu secara percuma karena memikirkan masa depan yang penuh keraguan, bahkan kadang-kadang memakai harta benda dengan pemborosan. Hal ini merugikan dirinya dalam urusan lain yang lebih penting seperti dalam rumah tangga keluarga, perekonomian, pelajaran dan sebagainya.
4. Perbuatan berpacaran adalah peragaan dari dorongan syahwat yang harus dipenuhi, seringkali terbentur mencapai kehendaknya, maka ini akan membawa orang kepada monosex, mimpi sexuil, dan tindak tanduk lain yang merugikan diri dalam pertumbuhan. Kerugian itu akan berpengaruh pada masyarakat lingkungan bahkan juga pada generasi mendatang.
5. Sering kali orang yang berpacaran tidak direstui ibu bapak yang harus menentukan jodohnya atau yang berhak atas akad nikahnya menurut hukum. Hal ini mungkin menyebabkan dia :
a. Lebih banyak rnenyimpan rahasia pribadi yang sebenarnya tidak disenangi keluarga.
b. Lebih banyak memikir dan berkhayal tentang cara bagairnana mencapai kehendak hatinya begitupun mencapai kehendak syahwatnya hingga dia lebih terbiasa pada monosex atau mungkin juga berpindah kepada homosex ataupun lesbian 4/15 dan 4/16.
c. Dia jadi pendiam, murung, tak suka bergaul, sebagaimana biasanya, hingga akhirnya mengambil putusan nekad seperti misalnya melarikan diri dari rumah keluarga, pergi ke daerah lain bersama pacarnya tanpa izin orang tua, menghabisi hidupnya dengan kematian direncanakan, ataupun berobah jadi edan, gila dan sebagainya.
6. Seringkali pula orang yang berpacaran itu gagal menurut rencana bermula, digagalkan oleh berbagai sebab, misalnya:
a. Salah seorang diantaranya berbau amis atau memiliki cacat diri tersembunyi. Hal ini baru diketahui setelah tindakan berpacaran itu semakin akrab.
b. Salah seorang diantaranya memiliki cacat keturunan atau cacat keluarga yang kemudian baru diketahui.
c. Salah seorang diantaranya berpindah daerah tempat tinggal dibawa orang tuanya sendiri, atau mengalami kematian oleh sesuatu sebab.
d. Salah seorang diantaranya. berpindah cinta kepada orang lain yang lebih menarik hati.
7. Kegagalan seseorang dalam berpacaran seperti yang dimaksud pada alinea 6 tadi, akan mengakibatkan:
a. Bahwa dia akan mencari pacar baru yang cocok menurut kehendak hati dan syahwatnya.
b. Bahwa dia akan menahan diri beberapa tahun atau untuk selamanya tinggal membujang. Dan kalau dia perempuan maka hal ini sangat berbahaya, mungkin dia tidak akan mempercayai lelaki lain apalagi untuk mencintai, dan mungkin pula tetap lajang sampai matinya.
8. Orang yang berpacaran jarang sekali menemui hasil yang diidamkan bermula. Berbagai sebab mungkin saja jadi alasan. Sementara itu, tidak semua orang suka berpacaran, bahkan banyak orang yang mengutuk sikap berpacaran. Orang-orang ini akan sangat berhati-hati dalam memilih calon istri atau suami, dan semakin susah fihak orang tua untuk mencarikan jodoh anak-anaknya.
9. Umumnya orang-orang yang berpacaran lebih cenderung kepada bagaul bebas Kadang-kadang terpedaya kepada perzinaan, monosex lesbian atau homosex. Karena itulah hukum Islam menamakan tindakan berpacaran itu dengan "mendekati zina”, dan hal ini dilarang Allah termuat pada ayat 17/32. Maka perzinaan dengan pacar sendiri membuka kesempatan kepada berzina dengan orang lain, bahkan memudahkan orang memasuki lapangan pelacuran.