LAPORAN PRAKTIK PENGAWASAN
MAHASISWA S2 CALON PENGAWAS PAI
IAIN SURAKARTA
SMP-SMA MUH. BOARDING SCHOOL PRAMBANAN
KAB. SLEMAN DAERAH ISTIMEWA JOGJAKARTA
TAHUN PELAJARAN
2015/2016

Disusun
Oleh:
NANA MASRURI, S.Pd.I
NIM:
144031051
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA IAIN SURAKARTA
2015
PENGESAHAN
Laporan Praktik Pengawasan Mahasiswa S2 Calon
Pengawas PAI IAIN Surakarta di SMP-SMA Muhammadiyah Boarding School Prambanan
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Jogjakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 ini disusun sebagai hasil pelaksanaan Praktik Pengawasan.
Disahkan pada tanggal, Nopember 2015
=
Mengetahui,
Kepala Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Sleman
Drs. H Muhammad Lutfi Hamid MA.
NIP. 19680116 199503 1 002
|
Pengawas PAI Praktikan
Nana Masruri, S.Pd.I
NIP. 19800508 200901 1 003
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi seorang pengawas,
khususnya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, tidak bisa dilakukan
serta merta. Dalam rekrutmen oleh instansi yang berwenang, seorang guru atau
kepala sekolah harus mengikuti diklat kepengawasan dalam jumlah hari atau
jumlah jam tertentu. Diklat ini dilakukan untuk mempersiapkan mereka dalam
melaksanakan tugas-tugasnya di lapangan. Sebab guru atau kepala sekolah yang
lolos rekrutmen pengawas atau akan ditugaskan sebagai pengawas akan menghadapi
tugas yang berbeda, meskipun mereka akan
tetap berkomunikasi dengan guru dan kepala sekolah dalam tugasnya sehari-hari.
Demikian pula sebagai mahasiswa
calon pengawas, tentu tidak cukup jika hanya berbekal ilmu atau teori-teori
kepengawasan. Sebab aplikasi teori dan ilmu di lapangan, belum tentu selancar
yang dibayangkan. Banyak kendala yang bisa menjadi masalah dalam pelaksanaan
tugas. Beragam latar belakang
stakeholder yang dihadapi. Sehingga sebelum terjun ke tempat tugas yang
semestinya, seorang mahasiswa tetap membutuhkan praktek langsung dilapangan.
Dari tempat praktek inilah
banyak dijumpai permasalahan yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
yang membutuhkan dampingan dari seorang pengawas. Disatu sisi ada pengalaman
yang bisa dijadikan pelajaran bagi praktikan pengawas. Kedua hal ini kemudian
dievaluasi untuk memperoleh kesimpulan sementara. Selanjutnya menguji hasil
praktek ini dengan diskusi dan mencari pendapat pembanding, baik secara literer
maupun diskusi dengan pengawas pendamping yang lebih berpengalaman dalam melaksanakan
pengawasan yang semestinya. Setelah selesai praktik, kemudian kami susun
laporannya untuk menjadi bahan renungan bagi berbagai fihak yang bekepentingan
dengan pelaksanaan PPL ini.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
Tujuan praktek pengawasan ini adalah agar setelah
mengikuti perkuliyahan dan praktek pengawasan dilapangan, mahasiswa memiliki
pemahaman yang komperhensif terhadap tugas pokok dan fungsi pengawas serta
memiliki pengalaman yang nyata dari tempat praktek kepengawasannya.
Alhamdulillah tujuan ini dapat tercapai mskipun belum maksimal
2. Sasaran
Sasaran praktek pengawasan ini adalah guru PAI di SMA
Muhammadiyah Boarding School Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa
Jogyakarta. Sedangkan sasaran untuk penguasaan standar kompetensinya adalah
mahasiswa S2 program pengawasan itu sendiri. Alhamdullillah praktik ini sudah
dapat dilaksanakan meskipun ada beberapa hambatan, seperti lokasi yang agak
jauh dari tempat tinggal, sedikitnya waktu yang dapat digunakan dan sebagainya.
C. Kegiatan Praktek Pengawasan
Praktik pengawasan dimulai dengan penyerahan praktikan
kepada fihak sekolah. Kemudian dengan bimbingan pengawas pndamping, praktikan
melakukan praktek pengawasan dengan membagi diri menjadi beberapa kelompok.
Masing-masing praktikan melakukan praktik kepengawasannya dengan seorang atau
dua orang ustadz di SMA MBS.
Dalam perjalanannya, proses praktik ini juga terbantu
dengan kemajuan tehnologi. Dimana komunikasi dan pengiriman berkas yang perlu
dipelajarai masing-masing bisa melalui facebook maupun email. Sehingga
persoalan jarak dan waktu bisa dikelola dengan lebih efektif dan efisien.
Akhirnya praktik ini dapat berlangsung, meskipun belum maksimal.
Kegiatan pengawasan ini merupakan praktek pengawasan
untuk mahasiswa S2 Program Pengawas di IAIN Surakarta. Dengan melakukan praktek
lapangan, akan diperoleh pengalaman yang baik dan berguna setelah benar-benar
menjadi pengawas. Ataupun jika kembali tetap menjadi guru dan mungkin akan
menjadi kepala sekolah. Pengalaman ini tetap akan berguna sebab sepanjang
menjadi guru dan kepala sekolah juga akan berhubungan dan terkait dengan
pengawas sekolah atau pengawas PAI. Kemajuan sebuah lembaga pendidikan tidak
lepas dari peran ketiganya.
Praktek pengawasan ini dibatasi dengan melakukan
supervisi akademik. Hal ini dilakukan karena luasnya cakupan tugas seorang
pengawas, tentu waktu yang tersedia untuk praktek tidak mencukupi, jika harus
melakukan praktek supervisi manajerial dan supervisi klinis. Namun dengan
melakukan praktek supervisi akademik ini, seorang calon pengawas akan
mengetahui sejauh mana supervisi akademik ini dilakukan dan bisa membandigkan
serta menganalisa antara teori dan ilmu kepengawasan dengan realita di
lapangan.
Pelaksanaan praktek supervisi akademik ini meliputi :
1. Menyusun Program Pengawasan yang meliputi :
a) Standar Isi, b)
Standar Proses, c) Standar Kelulusan, d) Standar Penilaian
2. Menyusun kisi-kisi instrumen pengawasan.
3. Melaksanakan Praktek Pengawasan, yang meliputi :
a). Mengadakan observasi, b). Menyiapkan perangkat guru
(Silabus, Prota, Promes, dan RPP), c). Mengunjungi GPAI atau visitasi kelas, d).
Mewawancarai guru PAI tentang kendala Tupoksinya
dan membahas solusinya, e). Melihat dan memeriksa dokumen guru, f).
Mengevaluasi poin-poin yang tersebut di atas, mulai a sampai e.
4. Pembinaan pada Guru PAI.
5. Mengkoordinasikan hal-hal yang berkenaan dengan
pengawasan kepada Kepala Sekolah.
6. Menggerakkan
peningkatan mutu atau kualitas PBM (guru), mutu kepemimpinan dalam manajemen
(Kepala Sekolah), dan pembinaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi
(Pengawas).
7. Menjadi Informal Leader.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK PENGAWASAN
A. Program Pembinaan Guru GPAI
Pembinaan
guru dilaksanakan dengan memantau penyusunan silabus, RPP dan kunjungan kelas.
Praktek pengawasan ini memang bertujuan untuk wahana untuk praktek pembinaan
guru. Pertemuan antara guru dengan praktikan yang bersangkutan dapat
mendiskusikan dan membandingkan bebrapa program dengan kelengkapan administrasi
pembelajaran yang dimiliki guru. Meskipun pada kenyataannya mereka melakukan
praktek pengawasan tetapi dengan bekal ilmu kepengawasannya, praktikan juga
melakukan pembinaan pada guru yang ditemui.
Program
pembinaan ini meliputi :
1. Kompetensi
spiritual
2. Kompetensi
sosial
3. Kompetensi
akademik
4. Kompetensi
ilmu pengetahuan
Selain
itu dalam beberapa pertemuan, dijumpai adanya kekuranglengkapan administrasi
guru. Persoalan yang ditemui adalah karena guru di SMP dan SMA MBS banyak yang
mengajar di kelas, sekaligus sebagai pembina santri selama 24 jam di lingkungan
pondok. Sehingga kesulitan untuk membagi waktu dan menyediakan waktu khusus
untuk melengkapi perangkat pembelajarannya. Mereka mensiasati dengan meminta
waktu khusus untuk KKG sekaligus penyusunan perangkat pembelajaran, biasannya
di awal tahun pelajaran.
B. Program Pemantauan
Praktik Supervisi akademik yang dilakukan oleh praktikan
dari program PPL Pengawasan dari IAIN Surakarta, pada hakekatnya adalah upaya
pemantauan terhadap kinerja dan produktivitas seorang guru. Dengan adanya
pemantauan secara rutin, meskipun hanya dalam rentang waktu dua bulan, guru
akan mendapatkan pemantauan, evaluasi dan bimbingan serta solusi dari masalah
yang dihadapi sehingga guru dapat meningkatkan kinerjanya dengan bantuan dan
bimbingan dari praktikan pengawas.
Pemantauan
kinerja dan produktifitas guru meliputi :
1. Penyusunan
perangkat pembelajaran
2. Pelaksanaan
KBM di kelas
3. Program
penilaian
4. Program
remidi dan pengayaan
Meskipun tidak semua dapat terpantau secara
keseluruhan, namun ada upaya guru untuk melaksanakan proses penyusunan
perangkat dan peaksanaan KBM di kelas. Dalam praktik kunjungan kelas guru
(Ustadz Ali As’ad) juga menggunakan metode pembelajaran dengan peibatan siswa
dalam upaya memahami materi pembelajarannya.
C. Program Penilaian Kinerja Guru
Pelaksanaan praktek pengawasan ini menjadi proses
praktik penilaian terhadap kinerja akademik yang dilakukan seorang guru.
Bagaimana mereka melakukan proses penyusunan silabus, menyusun program
semester, program tahunan dan menyusun RPP. Dalam kesempatan ini kami melakukan
penilaian pada Ustad Saifuddin, S. Pd
Dari penilaian ini dapat diketahui sejauhmana
produktfitas dan kinerja seorang guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
secara profesional. Memang kami rasakan disinilah fungsi penting pengawas sebagai
thinktank atau dalam istilah lain sebagai gurunya guru, atau sebagai mitra guru
dalam menjalankan amanatnya. Sehingga dalam upayanya menjalankan tugas dengan
baik, guru tidak merasa berjuang sendirian.
Program ini meliputi :
1. Kelengkapan perangkat pembelajaran.
2. Kelengkapan media dan alat bantu ajar.
3. Kelengkapan dokumen penilaian
4. Kelengkapan dokumen tindak lanjut.
Memang secara keseluruhan belum lengkap. Namun dari
laporan ini dapat dilihat sejauhmana prose pembelajaran dilaksanakan di SMP dan
SMA MBS Sleman Jogyakarta. Pelaksanaan pembelajaran di kelas cukup menyenangkan
dengan intekasi santri dengan ustadnya yang cukup baik. Sehingga siswa merasa
nyaman dalam proses pembelajarannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyusunan program pengawasan ini, praktek kepengawasan dapat
dilakukan dengan alur yang jelas. Sehingga proses praktek pengawasan harapannya
dapat dilakukan dengan baik dan lancar. Namun bimbingan dari pengawas
pendamping sangat menentukan dalam keberhasilannya, disamping upaya yang
maksimal oleh praktikan.
B. Saran
Program praktik
pengawasan yang dilakukan ini, semoga kedepan mekanisme persiapan prakteknya
dapat lebih maksimal. Sehingga seorang praktikan dapat melaksanakan proses
praktek pengawasannya dengan lebih baik.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
No. 2
NAMA SEKOLAH : SMP Muhammaddiyah Boarding Scool Yogyakart
Mata Pelajaran : Hadits
Kelas/Semester : XI (sebelas)
/ 1
Pertemuan
Ke : 2
Alokasi Waktu : 1 x 40 menit
Standar Kompetensi :
2. Memahami Ajaran Al Hadits
tentang adab
dalam majelis
(Al-Hadits)
Kompetensi Dasar : 2.2. Menyebutkan arti hadits
tentang adab
dalam majelis
2.3. Menjelaskan makna adab dalam majelis seperti dalam
Hadits
![]() |
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Para peserta didik dapat menyebutkan arti al hadits tentang adab dalam majelis dan menjelaskan maknanya.
B. MATERI PEMBELAJARAN
1.
Arti hadits adab
dalam majelis setiap kata
·
وَمَا
اجْتَمَعَ قَوْمٌ
·
فِي بَيْتٍ مِنْ
بُيُوتِ اللَّهِ
·
يَتْلُونَ
كِتَابَ اللَّهِ
·
وَيَتَدَارَسُونَهُ
بَيْنَهُمْ
·
إِلاَّ
نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ
·
السَّكِينَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ
·
وَحَفَّتْهُمُ
الْمَلاَئِكَةُ
·
وَذَكَرَهُمُ
اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
·
وَمَنْ
بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ
·
لَمْ يُسْرِعْ
بِهِ نَسَبُهُ
|
·
Tidaklah suatu kaum berkumpul
·
di satu rumah Allah,
·
mereka membacakan kitabullah
·
dan mempelajarinya,
·
kecuali turun kepada mereka
·
ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka,
·
para malaikat mengelilingi mereka
·
dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk yang ada didekatnya.
·
Barangsiapa yang kurang amalannya,
·
maka nasabnya tidak mengangkatnya
|
2.
Arti
hadits secara keseluruhan
“Tidaklah suatu kaum berkumpul
di satu rumah Allah, mereka membacakan kitabullah
dan mempelajarinya, kecuali turun kepada mereka
ketenangan, dan rahmat menyelimuti mereka, para
malaikat mengelilingi mereka dan Allah memuji mereka di hadapan makhluk
yang ada didekatnya. Barangsiapa yang kurang
amalannya, maka nasabnya tidak mengangkatnya”.
3.
Makna
yang terkandung dalam hadits tentang adab dalam majelis
Pertama :
Arti Penting Majelis Ilmu
Majelis ilmu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari para
ulama rabbani. Bahkan mengadakan majelis ilmu merupakan perkara penting yang
harus dilakukan oleh seorang ‘alim. Karena hal itu merupakan martabat tertinggi
para ulama rabbani, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
مَاكَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللهِ وَلَكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah". Akan tetapi (dia berkata):"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. [Ali Imran : 79].
Hal inipun dilakukan Rasulullah. Beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam menganjurkan kita untuk menghadiri majelis ilmu. Dengan sabdanya,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
Jika kalian melewati taman syurga maka berhentilah. Mereka bertanya,”Apakah taman syurga itu?” Beliau menjawab,”Halaqoh dzikir (majlis Ilmu). [Riwayat At Tirmidzi dan dishahihkan Syeikh Salim bin Ied Al Hilali dalam Shahih Kitabul Adzkar 4/4].
Demikian juga para salafus shalih sangat bersemangat mengadakan dan
menghadirinya. Oleh karena itu kita dapatkan riwayat tentang majelis ilmu mereka.
Di antaranya majelis Abdillah bin Mas’ud di Kufah, Abu Hurairah di Madinah,
Imam Malik di masjid Nabawi, Syu’bah bin Al Hajjaj, Yazid bin Harun, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad di Baghdad, Imam Bukhari dan yang lainnya.
Kedua :
Faidah dan Keutamaan Majelis Ilmu.
Di antara faidah majelis ilmu ialah :
Di antara faidah majelis ilmu ialah :
•
Mengamalkan
perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dan mencontoh jalan hidup para salaf shalih.
•
Mendapatkan
ketenangan.
•
Mendapatkan
rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala
•
Dipuji
Allah di hadapan para malaikat.
•
Mengambil
satu jalan mendapatkan warisan para Rasul.
•
Mendapatkan
ilmu dan adab dari seorang alim.
Ketiga :
Adab Majelis Ilmu.
Perkara yang harus diperhatikan dan dilakukan agar dapat mengambil
faidah dari majelis ilmu ialah :
•
Ikhlas.
Hendaklah kepergian dan duduknya seorang penuntut ilmu ke majelis
ilmu, hanya karena Allah semata. Tanpa disertai riya’ dan keinginan dipuji
orang lain. Seorang penuntut ilmu hendaklah bermujahadah dalam meluruskan
niatnya. Karena ia akan mendapatkan kesulitan dan kelelahan dalam meluruskan
niatnya tersebut. Oleh karena itu Imam Sufyan Ats Tsauri berkata,“Saya tidak
merasa susah dalam meluruskan sesuatu melebihi niat.”[2]
•
Bersemangat
Menghadiri Majelis Ilmu.
Kesungguhan dan semangat yang tinggi dalam menghadiri majelis ilmu
tanpa mengenal lelah dan kebosanan sangat diperlukan sekali. Janganlah merasa
cukup dengan menghitung banyaknya. Akan tetapi hitunglah berapa besar dan
banyaknya kebodohan kita. Karena kebodohan sangat banyak, sedangkan ilmu yang
kita miliki hanya sedikit sekali.
Lihatlah kesemangatan para ulama terdahulu dalam menghadiri majelis ilmu. Abul Abbas Tsa’lab, seorang ulama nahwu berkomentar tentang Ibrahim Al Harbi,“Saya tidak pernah kehilangan Ibrahim Al Harbi dalam majelis pelajaran nahwu atau bahasa selama lima puluh tahun”.
Lihatlah kesemangatan para ulama terdahulu dalam menghadiri majelis ilmu. Abul Abbas Tsa’lab, seorang ulama nahwu berkomentar tentang Ibrahim Al Harbi,“Saya tidak pernah kehilangan Ibrahim Al Harbi dalam majelis pelajaran nahwu atau bahasa selama lima puluh tahun”.
Lantas apa yang diperoleh Ibrahim Al Harbi? Akhirnya beliau menjadi
ulama besar dunia. Ingatlah, ilmu tidak didapatkan seperti harta waris. Akan
tetapi dengan kesungguhan dan kesabaran.
Alangkah indahnya ungkapan Imam Ahmad bin Hambal,“Ilmu adalah
karunia yang diberikan Allah kepada orang yang disukainya. Tidak ada seorangpun
yang mendapatkannya karena keturunan. Seandainya didapat dengan keturunan,
tentulah orang yang paling berhak ialah ahli bait Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam ”. Demikian juga Imam Malik, ketika melihat anaknya yang bernama Yahya
keluar dari rumahnya bermain,“Alhamdulillah, Dzat yang tidak menjadikan ilmu
ini seperti harta waris”.
Abul Hasan Al Karkhi berkata,“Saya hadir di majelis Abu Khazim pada
hari Jum’at walaupun tidak ada pelajaran, agar tidak terputus kebiasanku
menghadirinya”.
Lihatlah semangat mereka dalam mencari ilmu dan menghadiri majelis
ilmu. Sampai akhirnya mereka mendapatkan hasil yang menakjubkan.
•
Bersegera
Datang Ke Majelis Ilmu Dan Tidak Terlambat, Bahkan Harus Mendahuluinya Dari
Selainnya.
Seseorang bila terbiasa bersegera dalam menghadiri majelis ilmu,
maka akan mendapatkan faidah yang sangat banyak. Sehingga Asysya’bi ketika
ditanya,“Dari mana engkau mendapatkan ilmu ini semua?”, ia menjawab,“Tidak
bergantung kepada orang lain. Bepergian ke negeri-negeri dan sabar seperti
sabarnya keledai, serta bersegera seperti bersegeranya elang”.[3]
•
Mencari
Dan Berusaha Mendapatkan Pelajaran Yang Ada Di Majelis Ilmu Yang Tidak Dapat
Dihadirinya.
Terkadang seseorang tidak dapat menghadiri satu majelis ilmu karena
alasan tertentu. Seperti : sakit dan yang lainnya. Sehingga tidak dapat
memahami pelajaran yang ada dalam majelis tersebut. Dalam keadaan seperti ini
hendaklah ia mencari dan berusaha mendapatkan pelajaran yang terlewatkan itu.
Karena sifat pelajaran itu seperti rangkaian. Jika hilang darinya satu bagian,
maka dapat mengganggu yang lainnya.
•
Mencatat
Fidah-Faidah Yang Didapatkan Dari Kitab.
Mencatat faidah pelajaran dalam kitab tersebut atau dalam buku
tulis khusus. Faidah-faidah ini akan bermanfaat jika dibaca ulang dan dicatat
dalam mempersiapkan materi mengajar, ceramah dan menjawab permasalahan. Oleh
karena itu sebagian ahli ilmu menasihati kita. Jika membeli sebuah buku, agar
tidak memasukkannya ke perpustakaan. Kecuali setelah melihat kitab secara umum.
Caranya dengan mengenal penulis. Pokok bahasan yang terkandung dalam kitab
dengan melihat daftar isi dan membuku-buka sesuai dengan kecukupan waktu
sebagian pokok bahasan kitab.
•
Tenang
Dan Tidak Sibuk Sendiri Dalam Majelis Ilmu.
Ini termasuk adab yang penting dalam majelis ilmu. Imam Adz Dzahabi
menyampaikan kisah Ahmad bin Sinan, ketika beliau berkata,“Tidak ada seorangpun
yang bercakap-cakap di majelis Abdurrahman bin Mahdi. Pena tak bersuara. Tidak
ada yang bangkit. Seakan-akan di kepala mereka ada burung atau seakan-akan
mereka berada dalam shalat” [4]. Dan dalam riwayat yang lain,
“Jika beliau melihat seseorang dari mereka tersenyum atau
berbicara, maka dia mengenakan sandalnya dan keluar”.[5]
•
Tidak
Boleh Berputus Asa.
Terkadang sebagian kita telah hadir di suatu majelis ilmu dalam
waktu yang lama. Akan tetapi tidak dapat memahaminya kecuali sedikit sekali.
Lalu timbul dalam diri kita perasaan putus asa dan tidak mau lagi duduk disana.
Tentunya hal ini tidak boleh terjadi. Karena telah dimaklumi, bahwa akal dan
kecerdasan setiap orang berbeda. Kecerdasan tersebut akan bertambah dan
berkembang karena dibiasakan. Semakin sering seseorang membiasakan dirinya,
maka semakin kuat dan baik kemampuannya. Lihatlah kesabaran dan keteguhan para
ulama dalam menuntut ilmu dan mencari jawaban satu permasalahan! Lihatlah apa
yang dikatakan Syeikh Muhammad Al Amin Asy Syinqiti, “Ada satu masalah yang
belum saya pahami. Lalu saya kembali ke rumah dan saya meneliti dan terus
meneliti. Sedangkan pembantuku meletakkan lampu atau lilin di atas kepala saya.
Saya terus meneliti dan minum the hijau sampai lewat 3/4 hari, sampai terbit
fajar hari itu”. Kemudian beliau berkata,“Lalu terpecahlah problem tersebut”.
•
Jangan
Memotong Pembicaraan Guru Atau Penceramah.
Termasuk adab yang harus diperhatikan dalam majelis ilmu yaitu
tidak memotong pembicaraan guru atau penceramah. Karena hal itu termasuk adab
yang jelek. Rasulullah n mengajarkan kepada kita dengan sabdanya.
ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه
Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama. [Riwayat Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’].
ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه
Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak ulama. [Riwayat Ahmad dan dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits ini berpaling
dan tidak memperhatikan penanya untuk mendidiknya.
Demikianlah perihal kehadiran kita dalam majelis ilmu. Hendaklah
bukan semata-mata mengambil faidah ilmu saja, akan tetapi juga mengambil semua
faidah yang ada.
C.
METODE PEMBELAJARAN
- Pemodelan dan Praktik (salah seorang siswa dijadikan model untuk mempraktikan bacaan hadits
tentang adab
dalam majelis dengan benar)
- Tikror (untuk memudahkan siswa menghapal arti hadits adab dalam majelis secara
bergantian berdasarkan kelompoknya siswa mengulang-ngulang bacaan dan artinya)
- Model Pembelajaran : Cooperative Script (model pembelajran dimana siswa belajar secara berpasangan dan bergantian dalam pelaksanaan tugas)
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Pendahuluan
a.
Mengadakan pengabsenan, appersepsi dan pretest
b. Menjelaskan kompetensi yang harus di capai dalam kegiatan pembelajaran.
|
10 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
a. Seluruh
siswa membaca
arti hadits
tentang
menuntut
ilmu setiap kata melalui tayangan yang disajikan guru dan dengan
bimbingan dari guru.
b.
Seluruh
siswa mengulangi bacaan dan
arti hadits tentang
adab dalam majelis yang
dibacakan gurunya.
c.
Siswa
dikondisikan dalam
empat kelompok
sesuai
tempat
duduk. Kelompok 1 dan 3 membacakan bunyi hadits tentang adab
dalam majelis dan kelompok 2 dan 4 membacakan artinya. Selanjutnya posisi dibalikan kelompok 2 dan 4 membacakan haditsnya dan kelompok 1 dan 3 membacakan artinya.
d. Siswa yang telah hapal diberikan kesempatan untuk
menghapal hadits tentang adab dalam majelis dan artinya secara
berpasangan.
|
|
3
|
Penutup
a. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap
proses dan
hasil belajar
b.
Mengadakan pos tes
c. Siswa diberikan tugas untuk menghafal hadits
tentang
adab dalam majelis dengan artinya. Dan di informasikan kepada siswa bahwa penilaian dilakukan secara berpasangan.
|
10 menit
|
E. MEDIA/ BAHAN/ SUMBER BELAJAR
1. Buku pedoman guru dan siswa
2. Software Hadits
Kutubussittah.
F. PENILAIAN
No
|
Indikator
|
Tekhnik
|
Bentuk
|
Instrumen
|
2.2.1
|
Mengartikan hadits
tentang
adab dalam majelis setiap kata dengan benar
|
Tes Tulis
|
PG
|
1. 4 5
Arti yang tepat untuk kalimat yang digaris bawahi adalah ....
a. menempuh c. Melakukan
b.
menuntut d.
mempermudah
2. Lafal yang berarti mempermudah adalah ....
a. c. ( #
b. / ! d.
3. A B C> -
arti kalimat yang digaris bawahi adalah ....
a.
karena rela
c. keridloannya
b. sukarela
d. Diridloinya
|
No
|
Indikator
|
Tekhnik
|
Bentuk
|
Instrumen
|
4. &> 5 . >
@ 5 . >
5 . >
? 4 9*
arti kalimat yang digaris bawahi adalah .... a. pendengar c. pencinta
b. murid d. Pengajar
5. Orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada
orang lain disebut ....
a. > ? c. > @ 5
b.
> 5 d.
&> 5
|
||||
2.2.2
|
Mengartikan hadits
tentang
adab dalam majelis secara keseluruhan
|
Tes Tulis
|
Uraian
|
6. Artikan dengan tepat
bunyi hadits berikut ini
/ < #= 6 7 & 8" 9 A 8" : ; 4 5
|
2.3.1
|
Menjelaskan makna
yang
terkandung
dalam hadits tentang adab dalam
majelis
|
Tes Tulis
|
Uraian
|
7. Jelaskan
maksud dari arti hadits yang berbunyi : “janganlah menjadi orang
yang kelima”
|
2.3.2
|
Menjelaskan
hukum
adab dalam majelis seperti
yang
terkandung
dalam Al Hadits
|
Tes Tulis
|
Jawaban
singkat
|
8.
ا
Berdasarkan bunyi hadits hadits di atas mencari
ilmu hukumnya ….
|
Kunci Jawaban
1. A
2. C
3. A
4. D
5. A

kembali.
7. Orang yang kelima adalah orang yang tidak menjadi pengajar, tidak menjadi peserta
didik, tidak menjadi pendengar ilmu, dan tidak menjadi orang yang menyukai ilmu pengetahuan dan orang yang ke lima ini adalah tipe orang yang akan celaka.
8. Wajib
Pedoman Penilaian
1.
|
Soal no 1 s.d. 5 setiap jawaban benar diberi skor 1, Skor Max
|
= 5
|
2.
|
Soal no 6, skor max
|
= 2
|
3.
|
Soal No7, setiap kata yang digaris bawahi adalah kata kunci
Masing-masing diberi skor 1,
skor max no 7
|
= 4
|
4. Soal no 8, skor max = 1
Total Skor = 12
Alternative penilaian yang lain jika diperlukan, agar
penilaian berfareatif:
1)
Penilaian Tes bacaan hadits 2). Penilaian Diskusi Kelompok, 3). Penilaian Pengamatan Diskusi, 4) Penilaian Individu
NB: Format penilaian terlampir.
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) No. 1

NAMA SEKOLAH : SMP Muhammaddiyah Boarding Scool Yogyakarta
Mata Pelajaran : Hadits
Kelas/Semester : XI (sebelas) / 1
Pertemuan
Ke : 1
Alokasi Waktu : 1 x 40 menit
Standar
Kompetensi : 2. Memahami Ajaran Al Hadits Tentang Adab dalam Majelis
(Al-Hadits)
Kompetensi Dasar : 2.1. Membaca Al Hadits
Tentang Adab
dalam Majelis
![]() |
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Para peserta didik dapat membaca hadits-hadits
tentang adab
dalam majelis
B. MATERI PEMBELAJARAN
Hadits
1
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ
بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ
وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ
عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ
اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ
عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
|
C. METODE PEMBELAJARAN
- Penugasan
- Pemodelan
- Belajar Kelompok
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
No
|
Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Pendahuluan
a. Mengadakan pengabsenan, appersepsi dan pretest
b. Menjelaskan kompetensi yang harus di capai dalam kegiatan
pembelajaran.
|
10 menit
|
2
|
Kegiatan Inti
a. Peserta didik dibagi ke dalam empat kelompok sesuai barisan tempat duduk
b. Dalam setiap kelompok ditugaskan salah seorang peserta didik yang menjadi model untuk membimbing peserta didik lainnya
dalam membaca hadits
tentang adab
dalam majelis
c. Peserta didik dalam kelompok membaca setiap kata yang ada
dalam hadits adab dalam majelis di bawah bimbingan peserta didik yang menjadi model
d.
Salah
seorang
peserta didik yang paling bagus
bacaannya
menjadi
model untuk
memiminpin membaca
hadits tentang
adab dalam majelis dan peserta didik lainnya mengulangnya.
e. Peserta didik
diberikan kesempatan untuk menghapal hadits
adab dalam
majelis
f. Peserta didik yang
telah
menghapal hadits adab dalam majelis diberikan kesempatan untuk
menghapal hadits
tersebut
di
depan guru.
|
60 menit
|
3
|
Penutup
a.
Menyimpulkan isi kandungan hadits adab dalam majelis
b. Melakukan refleksi
terhadap
kegiatan
yangsudah
dilaksanakan
c.
Memberikan
umpan balik
terhadap
proses
dan hasil pembelajaran; merencanakan
kegiatan
tindak
lanjut sesuai denga hasil
yang telah dicapai siswa dalam KBM
d.
Menyampaikan
rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
|
10 menit
|
E. MEDIA/ BAHAN/ SUMBER BELAJAR
1. Buku
pedomon guru dan siswa
2. Software Hadits Kutubussittah.
F. PENILAIAN
No
|
Indikator
|
Tekhnik
|
Bentuk
|
Instrumen
|
2.1.1
|
Membaca setiap kata
yang
ada
dalam
hadits
adab dalam majelis
|
lisan
|
Daftar
Pertanyaan
|
1.
Bacalah setiap
kata yang
ada dalam
hadits tentang adab
dalam majelis dengan
benar
|
2.1.2
|
Membaca
seluruh
hadits tentang
adab dalam majelis
|
lisan
|
Daftar
pertanyaan
|
2.
Bacalah
Keseluruhan
hadits
tentang
adab dalam
majelis.
|
Kunci Jawaban
1.
Bacaan Hadits setiap kata
السَّكِينَةُ
|
وَمَا
اجْتَمَعَ
|
وَغَشِيَتْهُمُ
الرَّحْمَةُ
|
قَوْم
|
وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
|
فِي بَيْتٍ
|
وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ
|
مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ
|
فِيمَنْ عِنْدَهُ
|
يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ
|
وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ
عَمَلُهُ
|
وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ
|
لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
|
إِلاَّ
نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ
|
2.
Bacaan Hadits keseluruhan
وَمَا اجْتَمَعَ
قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ
وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ
فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
Pedoman Penilaian
Untuk memberikan penilaian atas indicator di atas dibauatkan rubric sebagai berikut :
No.
|
Nama Peserta didik
|
Aspek yang dinilai
|
Nilai
|
Ketuntasan
|
Tidak
Lanjut
|
||||
1
|
2
|
3
|
T
|
TT
|
P
|
R
|
|||
Catatan :
a.
|
Aspek Yang dinilai
1 = Makhraj
|
Skor maksimum 5
|
2 = Tajwid
3 = Kelancaran
|
Skor maksimum 5
Skor maksimum 5
|
|
Total skor
|
= 15
|
a. Cara Pemberian Nilai
Skor Perolehan X 100 = Nilai
Skor Maksimum
Mengetahui
Kepala Sekolah MBS Yogyakarta Guru Mapel Hadits
Agus Yuliyanto,
S.Pd Saifuddin, S.Pd
NBM. 990 193
Tidak ada komentar:
Posting Komentar