Manusia
dapat menyaksikan Allâh dengan menggunakan ru`yatun = penampakan,
penglihatan mata psikik, penglihatan nûrâni, penglihat 'aql dan qalb;
yakni ru`yah 'aqliyah dan ru`yah qalbiyah, penampakan akal dan
penampakan kalbu.Muhammad, nabiyullâhi wa rasûlullâhi,
shalla allâhu 'alay hi wa sallama, pernah menyaksikan Allâh, ketika
mi'raj, dan pada ketika yang lain, sebagaimana dinyatakan oleh ibnu
Abbas, radhiya allâhu 'an huu:● ra`aytu allaahu.● aku-telah-menampak Allâh.● ra'aa, Muhammadun, rabba–hu.● dia-telah menampak, Muhammad, rabb–nya.Dalam athar diatas, ibnu Abbas menggunakan lafzah "ra`aa," bukan "bashara" atau "nazhara."Dalam
satu athar lain, 'Ali ibnu 'Abu Thalib radhiyâ allâhu 'an huu, telah
meyatakan bahwa melihat Allâh sebagaimana Muhammad, nabiyullâhi wa
rasûlullâhi, shalla allâhu 'alay hi wa sallama, melihat Allâh.● raa`aytu rabi-y bi 'ayni qalbi-y, fa qultu: "laa syakka. anta anta."● aku telah-menampak rabb-ku dengan mata qalbu-ku, maka aku-telah-berkata" "tiada kesangsian, Engkau adalah Engkau."Muhammad, nabiyullâhi wa rasûlullâhi, shalla allâhu 'alay hi wa sallama, pernah mengatakan:● alsh shalaatu mi'raju al muw`miniyna.● sang shalât [pensejahteraan-diri] adalah mi'raj [kenaikan] sang para-peiman.(C) 2013-2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar