Karena pada faktanya bahwa Qur'an tidaklah berisi penyebutan apapun
tentang kata-kata 'Sunnah Muhammad', para pengikut sunnah merasa perlu
memanipulasi makna beberapa kata Qur'an agar tercipta referensi Qur'ani
terhadap 'hadis' dan 'sunnah. Kata yang terhadapnya mereka jadikan dasar
kleim mereka adalah (Al-Hikmah) sebagaimana ditemukan di dalam sejumlah
ayat, seperti misalnya:
Pada dasarnya, mereka mengatakan bahwa Allah menggunakan kata 'kebijaksanaan' (hikmah) tetapi pada fakta yang sebenarnya yang DIA maksudkan bukanlah 'kebijaksanaan' (hikmah), melainkan yang DIA maksudkan ''Sunnah''. Setiap pembaca yang tidak memihak mesti bertanya, apakah Allah sedang mencoba untuk bercanggah (tidak jelas) dan jika Allah maksudkan untuk menunjukkan Sunnah, mengapa DIA tidak mengatakan saja Sunnah Muhammad?
Terlebih-lebih lagi, benarkah Allah berbohong kepada kita? Apakah DIA merujuk kepada ''Sunnah Muhammad'' di dalam 2:231, tetapi pada waktu yang sama mengatakan kepada kita bahwa SATU-SATUNYA sunnah adalah Sunnah Allah (33:62, 35:43 dan 48:23)?
Dengan sebuah inspeksi yang dekat terhadap ayat-ayat Al-Qur'an dapatlah ditunjukkan bahwa penafsiran ini adalah salah secara total:
________________________
(dari ''The word Al-Hikmah (Wisdom) in the Qur'an 2:231''
oleh True Islam-www.quran.islam.org)
''Ingatlah nikmat Allah atasmu, dan apa yang DIA diturunkan padamu 'Al-Kitab' dan 'Al-Hikmah' untuk menerangi 'bihi' (dengannya)...'' 2:231Secara harfiah, arti 'Al-Kitab' adalah 'buku itu' (Qur'an) dan 'Al-Hikmah' adalah 'kebijaksanaan'. Siapapun dapat melihatnya di dalam setiap dari beberapa kamus bahasa Arab dan akan selalu muncul dengan pengertian yang sama. Meskipun demikian, di dalam sebuah upaya untuk menciptakan sebuah referensi untuk Sunnah Muhammad di dalam Qur'an, ketika tidak ada satu pun, para penerjemah ini telah mengkleim bahwa kata Al-Hikmah mengacu kepada Sunnah Muhammad.
Pada dasarnya, mereka mengatakan bahwa Allah menggunakan kata 'kebijaksanaan' (hikmah) tetapi pada fakta yang sebenarnya yang DIA maksudkan bukanlah 'kebijaksanaan' (hikmah), melainkan yang DIA maksudkan ''Sunnah''. Setiap pembaca yang tidak memihak mesti bertanya, apakah Allah sedang mencoba untuk bercanggah (tidak jelas) dan jika Allah maksudkan untuk menunjukkan Sunnah, mengapa DIA tidak mengatakan saja Sunnah Muhammad?
Terlebih-lebih lagi, benarkah Allah berbohong kepada kita? Apakah DIA merujuk kepada ''Sunnah Muhammad'' di dalam 2:231, tetapi pada waktu yang sama mengatakan kepada kita bahwa SATU-SATUNYA sunnah adalah Sunnah Allah (33:62, 35:43 dan 48:23)?
Dengan sebuah inspeksi yang dekat terhadap ayat-ayat Al-Qur'an dapatlah ditunjukkan bahwa penafsiran ini adalah salah secara total:
1- Kata 'bihi' (dengannya) yang muncul pada akhir 2:231 adalah di dalam model tunggal. DIA melukiskan sesuatu dan tidak dua. Untuk alasan itu kata-kata 'Al-Hikmah' dan 'Al-Kitab' mesti menunjukkan satu hal dan bukan dua, kecuali kalau tentu saja Allah melakukan kesalahan tatabahasa!
Jika kata-kata 'Al-Hikmah' dan 'Al-Kitab' benar-benar mengacu kepada Qur'an dan Sunnah, maka ayat itu seyogyanya secata tatabahasa berakhir dengan kata 'bihima' (dengan mereka), yang mana model jamak dari 'bihi'.
2- Pada keseluruhan Qur'an kita diberitahu bahwa satu-satunya wahyu yang DITURUNKAN kepada Muhammad adalah Qur'an (lihat 6:19 di bawah ini). Perkataan-perkataan pribadi (hadis) bukanlah wahyu, mereka adalah kata-kata manusiawi miliknya (nabi). Sebagai konsekuensinya, perkataan ''apa yang DIA turunkan kepadamu 'Al-Kitab' dan 'Al-Hikmah' di dalam 2:231'' tidaklah menunjukkan Qur'an dan Sunnah, ini dikarenakan Sunnah di sini bukanlah sebuah wahyu.
Perkataan ''DIA turunkan kepadamu'' membuat sangat jelas bahwa kata 'Al-Hikmah' tidaklah berbicara tentang hadis Muhammad.
3- Kata 'Al-Hikmah' tersebar di dalam Qur'an sebagai sebuah kata sifat dari 'Al-Kitab' (Qur'an). Ini terlihat jelas di dalam ayat-ayat berikut:
''Yasiiin, dan Al-Qur'an Al-Hakim'' (36:1-2).''Alif Lam Raa, inilah ayat-ayat Al-Kitab Al-Hakim'' (10:1) juga (31:2).
4- Kata yang sama yaitu 'Al-Hikmah' dipakai di dalam Qur'an dalam hubungannya dengan nabi-nabi dan rasul-rasul yang hidup sebelum masa Muhammad. Nyata-nyata sebelum kehidupan Muhammad ''sunnahnya'' tidaklah pernah eksis. Jadi mengatakan bahwa 'Al-Hikmah' berarti Sunnah Muhammad adalah tidak benar. Pertimbangkanlah ayat-ayat berikut:
a- Berikut adalah perkataan Allah kepada Isa:
''Dan saya ajarkan kamu 'Al-Kitab' (Kitab) dan 'Al-Hikmah' (Kebijaksanaan)'' 5:110
Dengan jelas kata 'Al-Hikmah' di sini tidaklah berarti Sunnah Muhammad.
b- Berikut adalah perkataan Ibrahim ketika ia berdoa kepada Tuhannya:
''Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul di antara mereka untuk membacakan kepada mereka 'ayat-ayat'- Mu dan mengajarkan kepada mereka 'Al-Kitab' (Kitab) dan 'Al-Hikmah' (kebijaksanaan)'' 2:129
Lagi, kata 'Al-Hikmah' di sini tidaklah dapat berarti apa-apa kecuali kebijaksanaan. Ibrahim tidak sedikit pun tahu tentang 'Sunnah Muhammad'
5- Bukti berikutnya bahwa kata 'Al-Hikmah' sebagaimana dipakai di dalam Qur'an yang berarti kebijaksanaan dan bukan Sunnah ditemukan di dalam ayat berikut:
''DIA menganugerahkan 'Al-Hikmah' terhadap siapapun yang dikehendaki-Nya, dan siapapun yang mencapai 'Al-Hikmah' telah tentu saja mencapai sebuah rahmat yang besar.'' 2:269
Perkataan ''siapapun yang dikehendaki-Nya'' di dalam ayat ini menunjukkan bahwa Allah menganugerahkan 'Al-Hikmah' atas setiap orang-orang beriman dan tidak hanya atas rasul-rasul-Nya. Jika kita menganggap 'Al-Hikmah' berarti ''Sunnah'' kita pasti harus percaya bahwa setiap orang-orang beriman yang biasa-biasa saja mungkin juga mempunyai ''Sunnah'' miliknya yang harus diikuti oleh orang-orang beriman lainnya! Tentu saja ini bukanlah kasus itu. Ayat itu akan bermakna benar atau sempurna jika kita menerima makna yang benar dari 'Al-Hikmah' yaitu kebijaksanaan.
6- Di dalam surah 17, kita diberikan sebuah contoh yang jelas tentang kata 'Al-Hikmah' yaitu sebagai keadaan tentang kemampuan membedakan antara benar dan salah dan kebijaksanaan untuk memilih apa yang benar.
Jika kita membaca ayat-ayat dari 22 sampai 39, kita temukan bahwa Allah memerintahkan kita untuk tidak menyembah kecuali DIA, untuk menghormati orang tua kita, memberikan uang yang menjadi hak (yang harus diberikan) kepada kerabat kita, kepada yang membutuhkan, yang miskin, dan musafir (orang yang tidak dikenal yang sedang mengadakan perjalanan), tetapi tidaklah berlebih-lebihan atau kikir, tidak membunuh anak-anak kita karena takut akan kemiskinan, tidak berzina, atau menyalahgunakan uang milik anak yatim (=anak lelaki atau anak perempuan yang tidak memiliki kedua orang tua), berdagang dengan setara dan adil, memverifikasi (=menguji) segala sesuatu sebelum mengikutinya dengan buta dan tidak berbuat sia-sia. Sesudah nasihat berharga itu, Allah memberitahu kita bahwa nilai-nilai ini adalah tentu saja tentang apakah kebijaksanaan itu?
Di dalam makna itu 'Al-Hikmah' bukanlah sebuah buku hadis (perkataan-perkataan) seseorang, tetapi sebuah rahmat yang Allah berikan kepada hamba-hamba yang terpilih.
7- Barangkali alasan yang paling sederhana dan yang paling meyakinkan untuk membuang makna yang sudah terkorupsi terhadap 'Al-Hikmah' yang diartikan 'Sunnah' itu, adalah sebuah fakta bahwa Allah tidaklah tidak jelas atau tidaklah lebih suka menyediakan kepada kita teka-teki. Allah mendeklarasikan bahwa Qur'an adalah lurus, tidak berisi kebengkokan:
''Qur'an berbahasa Arab, tanpa kebengkokan (di dalamnya), bahwa supaya mereka bertakwa.'' 39:28
Tentu saja, seandainya Allah berkehendak bahwa kita kita harus mengikuti ajaran-ajaran Qur'an ditambah Sunnah, DIA sudah menyebut 'Sunnah Muhammad' secara eksplisit di dalam Qur'an. Sebagaimana terlihat dengan sendirinya, satu-satunya sunnah yang disebut di dalam Qur'an adalah Sunnah Allah.
''Ini adalah sunnah Allah untuk orang-orang terdahulu, dan kamu tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.'' 33:62
Sunnah Allah adalah ditemukan di dalam Qur'an dan Kitab-kitab sebelumnya.
Terlebih lagi, jika Allah telah mewahyukan kepada Muhammad sebuah sunnah tambahan selain Al-Qur'an sebagaimana yang dikleim oleh Sunni, maka kita memperkirakan Allah sudah mengatakan, 'Kami telah mewahyukan kepadamu Kitab itu dan Sunnah' atau perkataan yang berefek demikian. Sebaliknya malah satu-satunya Wahyu yang diendors (disetujui) di dalam Qur'an adalah Qur'an itu sendiri:
''Dan Kami telah mewahyukan kepadamu itu (Qur'an) dengan sebenarnya.'' 5:48
Tentu saja Allah mengambil sebuah janji dari nabi-Nya tentang apa yang diwahyukan kepadanya. Janji itu berisi tidak lain melainkan Qur'an:
''Katakanlah, 'Apakah kesaksian yang terbesar?' Katakanlah, 'Allah adalah saksi antara saya dan kamu bahwa Qur'an ini telah diinspirasikan kepada saya, untuk didakwahkan kepadamu dan kepada siapapun (Qur'an itu) sampai kepadanya. Apakah sesungguhnya kamu bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah.' Katakanlah, 'Saya tidak bersaksi demikian.' Katakanlah, 'Sesungguhnya, DIA adalah Tuhan Yang Satu, dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).' '' 6:19
Akhirnya Allah memerintahkan Nabi untuk mengatur dan berarbitrasi (=berembuk supaya adil) di antara manusia dengan Qur'an dan tidak yang lain lagi kecuali Qur'an:
Untuk menyimpulkan, kata 'Al-Hikmah' di dalam kamus bahasa Arab mana pun berarti KEBIJAKSANAAN. Menolak makna harfiah dan makna langsungnya dan menerima sebuah makna yang sudah termanipulasi adalah menolak kebenaran Al-Qur'an.''Kami turunkan kepadamu Kitab ini, dengan sebenarnya, agar berarbitrasi di antara manusia.'' 4:105
________________________
(dari ''The word Al-Hikmah (Wisdom) in the Qur'an 2:231''
oleh True Islam-www.quran.islam.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar