Kebanyakan orang menganggap Al Qur` á n (All Recital, Maha Kajian)
sebagai dogma, tekstual, harga mati, ini sungguh suatu
pandangann sangat picik dan keliru.
Sebagaimana Alláh telah nyatakan
dalam kalimatNya dalam Al Qur`án tersebut sendiri, Al Qur`án adalah
hudán atau panduan (guidance), yang tiap ayatnya dideklarasikan sebagai
tatanan kalimat mathiyq (logical sentence system) yang dikaitan satu
terhadap yang lain oleh pengandar mathiyq (logical operator), dan
masing-masing mengandung informasi secara tersurat (explicite) dan
tersirat (implicite), sehingga mengandung sekaligus tafsir (divergence
inside-out explicite interpretation) dan ta`wil (convergence outside-in
implicite interpretation).
Perbedaan dasar antara tafsír dan ta`wíl, secara ilmiah, berdasarkan pemahaman kami, adalah:
- tafsír (tafsiyr, explicite interpretation, exclusive transcription, ma’na tersurat) berarti menggali, membuka, mengungkap, menguak, menyingkap; mengeluarkan yang banyak dari dalam satu ayat (inside out); memecah dari satu titik (divergen, fission, analytic distribution), dengan pemetaan dari satu ke banyak (one to many onto mapping).
- ta`wíl (ta`wiyl, implicite interpretation, inclusive transcription, ma’na tersirat) berarti kembali ke awal (return to origin), atau mengembalikan arti suatu kata ke asalnya, menutup; memasukkan yang banyak ke dalam satu ayat (outside in); memadu ke satu titik (convergen, fusion, synthetic integration), dengan pemetaan dari banyak ke satu (many to one onto mapping).
Sekitar 70 persen ayat Al Qur`án adalah ayat mutasyabihah atau yang disamarkan dan sisanya adalah ayat muhkamah atau yang mengandung hikmah, hikam, dan hukum, sebagai panduan hakim mengambil kebijakan, yang mana merupakan dasar penetapan hukum Islam. Ayat mutasyabihah sangat kaya akan tafsir dan ta`wil, tapi tak tiap orang mampu menafsirkan dan mentawilkan dengan baik dan benar, karena dibutuhkan ilmu sangat tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar