Informasi

Doktrin Islam dan Pendididikan

"Pendidikan" pada prinsipnya untuk membentuk watak si anak yang dididik untuk ketabahan dan kematangan dalam kehidupan bermasyarakat penuh ujian mental, sedangkan "Pelajaran" diupayakan untuk keahlian dan kecerdikan yang diajar dalam bertindak melakukan perbuatan tertentu dan dalam menanggapi sesuatu yang dia hadapi.

Dalam masyarakat Islam, tanggung jawab langsung tentang pelajaran formal semuanya dibebankan kepada pemerintah, dalam hal ini adalah segala macam sekolah dengan guru-gurunya, Masjid dan tempat pelajaran lainnya harus dibelanjai pemerintah. Begitu pula semua murid harus mendapat bantuan ongkos belajar dari pemerintah, demikian juga segala macam penerbitan, tontonan, radio, TV, dan pertunjukan lainnya harus berada di bawah pengawasan dan dengan izin dari pemerintah. 

Upaya dan pengawasan dari pemerintah sedemikian ini akan terdapatlah kelancaran, keharmonisan dalam usaha peningkatan kesadaran umum tanpa campur tangan ajaran lain yang mungkin merusak akhlak masyarakat Islam.

Penyampaian ilmu pengetahuan
Ke dalam
Ilmu pengetahuan harus disampaikan dalam Masjid-masjid, sekolah-sekolah dan tempat-tempat pelajaran lain dengan kurikulum tertentu. Begitupun dalam sidang-sidang umum dan pada pertemuan-pertemuan yang sering berlaku dalam masyarakat di mana pokok-pokok ilmu yang terkandung dalam Alquran dapat disebarkan untuk sama difahami dan dilaksanakan buat kepentingan hidup bersama. Penyampaian ilmu ke dalam ini bersifat:
  1. Memberikan pengertian tentang sesuatu yang selama ini belum diketahui ataupun belum difahami sepenuhnya.
  2. Menambah pengeitian tentang sesatu yang telah diketahui dengan penganalisaan lebih mendalam.
  3. Memperkuat mental masyarakat agar bersikap kukuh pada ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Alquran.
  4. Mencegah timbulnya maksud dan tindakan yang mungkin bertantangan dengan hukum Islam.
  5. Menimbulkan hasrat dap kegiatan lebih besar untuk ikut berlomba mencapai ketinggian hidup di bidang sosial, teknik, dan politik berjiwa Tauhid.
Semua itu hendaklah dilaksanakan secara lisan, tulisan, dan berbentuk perbuatan, didasarkan antala lain atas maksud Ayat:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ ۚ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿١٠٤
3/104. Hendaklah ada dari kamu umat yang menyeru kepada kebaikan serta menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Itulah orang-orang menang.
وَأَنذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ ۙ لَيْسَ لَهُم مِّن دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ﴿٥١
6/51.  Dan peringatkanlah dengannya (Alquran itu) orang-orang yang cemas dikumpulkan kepada TUHAN mereka. Tiada bagi mereka pimpinan dan tiada penolong selain DIA, semoga mereka menginsafi.
إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَـٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ ﴿١١
36/11. Bahwa yang engkau peringatkan ialah yang mengikuti pemikiran dan takut pada ARRAHMAN yang Ghaib. Maka gembirakanlah dia dengan ampunan dan upah mulia.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٥﴾
51/55. Dan peringatkanlah, bahwa pemikiran berguna pada orang-orang beriman.

Ke luar
Ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Alquran juga harus disebarkan kepada masyarakat luar secara tertulis berbentuk surat, brosur, majalah, atau buku. Bila perlu dapat pula dilakukan melalui televisi, radio, dan berbentuk gambar, tetapi tidaklah praktis jika dilaksanakan dengan lisan secara berhadapan. Hal ini didasarkan atas maksud Ayat 2/159 yang sudah dikutipkan, juga maksud Ayat Suci yang antaranya sebagai berikut:
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ ۗ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ ﴿٤٤﴾
16/44. Dengan keterangan dan kekuatan, dan KAMI turunkan kepadamu pemikiran agar engkau terangkan pada manusia apa yang diturunkan kepada mereka, dan semoga mereka memikirkan.
وَمَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ ۙ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿٦٤﴾
16/64. Tidaklah KAMI turunkan Kitab itu atasmu kecuali agar engkau terangkan pada mereka yang padanya mereka berselisihan, serta petunjuk dan rahmat bagi kaum beriman.
لِّكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ ۖ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِي الْأَمْرِ ۚ وَادْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ إِنَّكَ لَعَلَىٰ هُدًى مُّسْتَقِيمٍ ﴿٦٧﴾
22/67. Bagi setiap umat (di planet-planet) KAMI jadikan tempat pengabdian yang mereka mengabdi pada-NYA, mereka tidak akan menyisihkan engkau dalam urusan itu, dan serulah kepada TUHAN-mu, bahwa engkau ada atas petunjuk kukuh.
فَلِذَ‌ٰلِكَ فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنتُ بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِن كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ ﴿١٥﴾
42/15. Untuk itu serulah, dan kukahkan pendirian sebagaimana engkau diperintah, dan jangan ikut keserakahan mereka. Katakanlah: "Aku beriman pada apa yang ALLAH turunkan dari Kitab, dan aku diperintah untuk adil di antara kamu. ALLAH TUHAN kami dan TUHAN kamu. Bagi kami amal kami dan bagimu amalmu. Tiada hujjah antara kami dan kamu. ALLAH akan mengumpulkan di antara kita, dan kepada-NYA tempat berkumpul."

Sebenarnya penyampaian ilmu pengetahuan dengan tulisan lebih praktis jika dibanding dengan lisan kecuali pada keadaan-keadaan tertentu seperti di waktu berhadapan dalam kelas sekolah, dalam Masjid, atau sewaktu diadakan soal jawab, bertukar pendapat, dan berhujjah, karena penyebaran ilmu dengan tulisan mengandung maksud:
  1. Agar setiap keterangan yang disampaikan dapat dipikirkan lebih matang, terperinci, diteliti dan dikoreksi oleh penulis dan kemudian baru disebarluaskan.
  2. Agar setiap keterangan yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan dan diatur menurut ajaran Islam sesungguhnya sesuai dengan garis politik dan taktik yang telah ditetapkan sebelumnya.
  3. Agar terdapat kesatuan informasi yang terarah menurut tingkat yang ditentukan sesuai dengan pedoman dan rencana pemerintah yang berwenang. Hingga dengan demikian tidak berlaku perlantungan antara sesuatu keterangan dengan apa yang disampaikan di tempat lain.
  4. Agar pihak yang diberi keterangan dapat memperhatikan semua penjelasan yang disampaikan lalu mempertimbangkan dengan saksama serta megulangi membaca bagian-bagian mana yang belum difahami. Juga dapat dilakukannya di sembarang tempat di semua waktu dan kesempatan, kemudian dia jadikan bahan koleksi berharga untuk mencapai tingkat ilmu yang lebih tinggi.
  5. Agar tidak berlaku pertantangan sengit antara yang pro dan yang kontra mngenai keterangan yang disampaikan. Padahal kalau diberikan secara lisan mungkin menimbulkan keadaan yang tadinya tidak diharapkan. 
Semua ini berdasarkan ketentuan ALLAH yang maksudnya sebagai berikut: 
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾
96/1. Bacalah dengan Nama TUHAN-mu yang menciptakan.
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾ 
96/2. DIA ciptakan manusia dari 'alaq.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ﴿٣﴾ 
96/3. Bacalah, dan TUHAN-mu Mahamulia.
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾ 
96/4. Yang mengajar dengan pena.
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾ 
96/5. Mengajar manusia apa yang tidak dia ketahui.

Itu adalah Firman yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad dan mengandung pengertian sangat luas yang antara lain bahwa:
  1. Semua yang ada di dunia adalah wujud ciptaan ALLAH. Orang disuruh memperhatikan semua itu dalam kehidupan sehari-hari, baik yang terasa, yang terdengar, maupun yang terlihat, begitupun yang ada dan yang berproses dalam tubuh sendiri.
  2. Manusia diciptakan dari 'alaq yang berproses dalam rahim perempuan, terwujud dari hubungan suami istri. Begitu pentingnya persoalan 'alaq harus diketahui karena dalam hal ini terdapat perbedaan khas antara manusia dan hewan lain, bahwa manusia hendaklah membiak melalui pernikahan yang diredhai ALLAH, sementara hewan lain membiak melalui pergaulan bebas di luar nikah.
  3. Orang disuruh memperhatikan lagi dengan istilah membaca, karena membaca bukanlah hanya mengeluarkan suara, tetapi memperhatikan, memikirkan, mempertimbangkan, menyimpulkan dan bersikap untuk suatu tindakan. Namun janganlah lebih dulu bertindak sebelum memikirkan persoalannya.
  4. Memang ALLAH Mahamulia, menciptakan segala sesuatu untuk keperluan hidup manusia zahir bathin, dan manusia itu sendiri diciptakan untuk mengabdi pada-NYA. DIA mengatur semua yang ada ini secara kausalita, sebab dan akibat, menurut hukum yang selengkapnya terkandung dalam Alquran. Bahagialah orang yang mematuhi hukum itu dan kecewalah mereka yang sengaja melalaikan.
  5. DIA mengajar manusia dengan pena yaitu tulis baca. Membaca adalah mendapatkan ilmu dari alam keliling, sementara menulis adalah menyatakan pendapat tentang ilmu yang disimpulkan berbentuk tulisan bagi kepentingan alam keliling di mana orang hidup membiak, kemudian bertindak menurut pendapat tersebut. Dengan pena demikian tahulah manusia tentang apa yang tidak dia sadari dan yang selama ini tidak dia fahami. Beruntunglah masyarakat manusia yang sempat memahami ketentuan dalam Alquran tersebut karena mereka bertindak tentang sesuatu hanya dengan pengertian dan pertimbangan sempurna, serta berwasiat tentang hal logis dan ketabahan. Dalam pada itu sia-sialah mereka yang sering berkata palsu, omong kosong tanpa pikir karena selalu dalam kebatilan, pertantangan, dan keruntuhan moral.
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan para Da'i dan guru agama ialah Ayat Suci yang maksudnya sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِن تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ ﴿١٠١﴾
5/101. Wahai orang-orang beriman, jangan tanyakan tentang sesuatu yang jika dinyatakan padamu akan menyakiti kamu. Jika kamu menanyakannya waktu Alquran diturunkan, tentulah dinyatakan padamu. ALLAH memaafkan tentang itu, dan ALLAH pengampun penyayang.
قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِّن قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا بِهَا كَافِرِينَ ﴿١٠٢﴾
5/102. Sungguh telah menanyakannya kaum sebelum kamu, kemudian mereka jadi kafir padanya.
مَا جَعَلَ اللَّهُ مِن بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَـٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ ﴿١٠٣﴾
5/103. ALLAH tidak menjadikan orang luas ilmu (segala tahu) dan tidak wakil, tidak pula penghubung, juga tidak yang tinggi derajat, tetapi orang-orang kafir mengadakan kedustaan atas ALLAH dan kebanyakan mereka tidak memikirkan.

Dari maksud Ayat Suci di atas ini dapat diketahui bahwa sains tentang segala sesuatu telah terkandung dalam Alquran yang memang berfungsi buat seluruh zaman, hanya pengetahuan manusia juga datang bertahap sesuai dengan pembukaan yang diizinkan ALLAH. Beberapa Ayat Mutasyabihat pernah ditanyakan orang selama ini tetapi tidak diterangkan secara ilmiah. Para Da'i atau guru agama enggan menyatakan dirinya tidak tahu lalu menjawab pertanyaan menurut tradisi yang sesungguhnya telah ketinggalan zaman dan kolot tidak mungkin diterima akal sehat. Akibatnya apa yang mereka terangkan itu bukannya menjadikan pendengar sadar dan insaf tetapi sebaliknya menimbulkan keengkaran. 

ALLAH tidak menjadikan orang segala tahu, luas ilmu mengenai semua masalah, karenanya para Da'i atau guru agama hendaklah menyampaikan pengetahuan secara jujur tentang apa yang diketahui saja, dan tidak malu menyatakan ilmunya terbatas. Mereka tidak boleh berlagak tahu dan menjawab semua yang ditanyakan ke padanya tanpa keterangan ilmiah. Sikap demikian akan menimbulkan tantangan dari pendengar, berakhir pada kebuntuan dan kekafiran. ALLAH tidak menjadikan wakil-NYA dalam masyarakat manusia, karena DIA selalu ada pada setiap orang bahkan lebih dekat padanya daripada urat leher orang itu sendiri. Bagi tuntunan hidup di dunia telah ada ketentuan-NYA terkandung dalam Alquran yang menjelaskan segala soal jika orang sudi memperhatikan. Begitu pula ALLAH tidak menjadikan penghubung antara manusia dan DIA. Setiap diri dapat berhubungan langsung dengan DIA untuk menanyakan dan meminta segala sesuatu, sementara jawaban dan pemberian-NYA sudah tercantum dalam Alquran. Karena itu janganlah berlagak wakil Tuhan dalam menyampaikan ajaran agama, begitupun jadi penghubung, dan memang kependetaan tidak berlaku dalam Islam.
ALLAH juga tidak menjadikan perbedaan kasta di antara manusia ramai, tiada yang tinggi derajat antara sesamanya. Manusia dilahirkan sama dalam derajat, walaupun dia anak Nabi, anak raja, ataupun anak seorang kuli miskin, karena yang mulia menurur penilaian ALLAH ialah mereka yang lebih insaf mengenai kehidupan dunia kini, 49/13. Hal ini hendaklah lebih diperhatikan oleh para Da'i dan guru agama agar tidak timbul perbedaan kasta di antara orang-orang beriman. Semua Mukminin itu bersaudara tanpa kasta dengan sikap mana penyiaran pengetahuan agama lebih serasi dan efektif.
Atas dasar-dasar tersebut hendaklah disampaikan hanya apa yang diketahui saja bersumberkan Alquran hingga setiap pertanyaan bisa dijawab dengan benar tanpa kekeliruan dalam penyelewengan. Sementara itu para murid dan orang-orang Islam umumnya hendaklah tidak menanyakan sesuatu persoalan di luar acara yang disampaikan Da’i atau guru. Inilah yang dimaksud ALLAH pada Ayat 5/101, مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَـٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ ﴿١١﴾
36/11. Bahwa yang engkau peringatkan ialah yang mengikuti pemikiran dan takut pada ARRAHMAN yang Ghaib. Maka gembirakanlah dia dengan ampunan dan upah mulia.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٥٥﴾
51/55. Dan peringatkanlah, bahwa pemikiran berguna pada orang-orang beriman.

Ke luar:
Ilmu pengetahuan yang terkandung dalam Alquran juga harus disebarkan kepada masyarakat luar secara tertulis berbentuk surat, brosur, majalah, atau buku. Bila perlu dapat pula dilakukan melalui televisi, radio, dan berbentuk gambar, tetapi tidaklah praktis jika dilaksanakan dengan lisan secara berhadapan. Hal ini didasarkan atas maksud Ayat 2/159 yang sudah dikutipkan, juga maksud Ayat Suci yang antaranya sebagai berikut:
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ ۗ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ ﴿٤٤﴾
16/44. Dengan keterangan dan kekuatan, dan KAMI turunkan kepadamu pemikiran agar engkau terangkan pada manusia apa yang diturunkan kepada mereka, dan semoga mereka memikirkan.
وَمَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ ۙ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿٦٤﴾
16/64. Tidaklah KAMI turunkan Kitab itu atasmu kecuali agar engkau terangkan pada mereka yang padanya mereka berselisihan, serta petunjuk dan rahmat bagi kaum beriman.
لِّكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا هُمْ نَاسِكُوهُ ۖ فَلَا يُنَازِعُنَّكَ فِي الْأَمْرِ ۚ وَادْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ إِنَّكَ لَعَلَىٰ هُدًى مُّسْتَقِيمٍ ﴿٦٧﴾
22/67. Bagi setiap umat (di planet-planet) KAMI jadikan tempat pengabdian yang mereka mengabdi pada-NYA, mereka tidak akan menyisihkan engkau dalam urusan itu, dan serulah kepada TUHAN-mu, bahwa engkau ada atas petunjuk kukuh.
فَلِذَ‌ٰلِكَ فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنتُ بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِن كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ ﴿١٥﴾
42/15. Untuk itu serulah, dan kukahkan pendirian sebagaimana engkau diperintah, dan jangan ikut keserakahan mereka. Katakanlah: "Aku beriman pada apa yang ALLAH turunkan dari Kitab, dan aku diperintah untuk adil di antara kamu. ALLAH TUHAN kami dan TUHAN kamu. Bagi kami amal kami dan bagimu amalmu. Tiada hujjah antara kami dan kamu. ALLAH akan mengumpulkan di antara kita, dan kepada-NYA tempat berkumpul."

Sebenarnya penyampaian ilmu pengetahuan dengan tulisan lebih praktis jika dibanding dengan lisan kecuali pada keadaan-keadaan tertentu seperti di waktu berhadapan dalam kelas sekolah, dalam Masjid, atau sewaktu diadakan soal jawab, bertukar pendapat, dan berhujjah, karena penyebaran ilmu dengan tulisan mengandung maksud:

  1. Agar setiap keterangan yang disampaikan dapat dipikirkan lebih matang, terperinci, diteliti dan dikoreksi oleh penulis dan kemudian baru disebarluaskan.
  2. Agar setiap keterangan yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan dan diatur menurut ajaran Islam sesungguhnya sesuai dengan garis politik dan taktik yang telah ditetapkan sebelumnya.
  3. Agar terdapat kesatuan informasi yang terarah menurut tingkat yang ditentukan sesuai dengan pedoman dan rencana pemerintah yang berwenang. Hingga dengan demikian tidak berlaku perlantungan antara sesuatu keterangan dengan apa yang disampaikan di tempat lain.
  4. Agar pihak yang diberi keterangan dapat memperhatikan semua penjelasan yang disampaikan lalu mempertimbangkan dengan saksama serta megulangi membaca bagian-bagian mana yang belum difahami. Juga dapat dilakukannya di sembarang tempat di semua waktu dan kesempatan, kemudian dia jadikan bahan koleksi berharga untuk mencapai tingkat ilmu yang lebih tinggi.
  5. Agar tidak berlaku pertantangan sengit antara yang pro dan yang kontra mngenai keterangan yang disampaikan. Padahal kalau diberikan secara lisan mungkin menimbulkan keadaan yang tadinya tidak diharapkan. Semua ini berdasarkan ketentuan ALLAH yang maksudnya sebagai berikut: 

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾
96/1. Bacalah dengan Nama TUHAN-mu yang menciptakan.
خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾ 
96/2. DIA ciptakan manusia dari 'alaq.
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ﴿٣﴾ 
96/3. Bacalah, dan TUHAN-mu Mahamulia.
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾ 
96/4. Yang mengajar dengan pena.
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾ 
96/5. Mengajar manusia apa yang tidak dia ketahui.

Itu adalah Firman yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad dan mengandung pengertian sangat luas yang antara lain bahwa:
  1. Semua yang ada di dunia adalah wujud ciptaan ALLAH. Orang disuruh memperhatikan semua itu dalam kehidupan sehari-hari, baik yang terasa, yang terdengar, maupun yang terlihat, begitupun yang ada dan yang berproses dalam tubuh sendiri.
  2. Manusia diciptakan dari 'alaq yang berproses dalam rahim perempuan, terwujud dari hubungan suami istri. Begitu pentingnya persoalan 'alaq harus diketahui karena dalam hal ini terdapat perbedaan khas antara manusia dan hewan lain, bahwa manusia hendaklah membiak melalui pernikahan yang diredhai ALLAH, sementara hewan lain membiak melalui pergaulan bebas di luar nikah.
  3. Orang disuruh memperhatikan lagi dengan istilah membaca, karena membaca bukanlah hanya mengeluarkan suara, tetapi memperhatikan, memikirkan, mempertimbangkan, menyimpulkan dan bersikap untuk suatu tindakan. Namun janganlah lebih dulu bertindak sebelum memikirkan persoalannya.
  4. Memang ALLAH Mahamulia, menciptakan segala sesuatu untuk keperluan hidup manusia zahir bathin, dan manusia itu sendiri diciptakan untuk mengabdi pada-NYA. DIA mengatur semua yang ada ini secara kausalita, sebab dan akibat, menurut hukum yang selengkapnya terkandung dalam Alquran. Bahagialah orang yang mematuhi hukum itu dan kecewalah mereka yang sengaja melalaikan.
  5. DIA mengajar manusia dengan pena yaitu tulis baca. Membaca adalah mendapatkan ilmu dari alam keliling, sementara menulis adalah menyatakan pendapat tentang ilmu yang disimpulkan berbentuk tulisan bagi kepentingan alam keliling di mana orang hidup membiak, kemudian bertindak menurut pendapat tersebut. Dengan pena demikian tahulah manusia tentang apa yang tidak dia sadari dan yang selama ini tidak dia fahami. Beruntunglah masyarakat manusia yang sempat memahami ketentuan dalam Alquran tersebut karena mereka bertindak tentang sesuatu hanya dengan pengertian dan pertimbangan sempurna, serta berwasiat tentang hal logis dan ketabahan. Dalam pada itu sia-sialah mereka yang sering berkata palsu, omong kosong tanpa pikir karena selalu dalam kebatilan, pertantangan, dan keruntuhan moral.

Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan para Da'i dan guru agama ialah Ayat Suci yang maksudnya sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِن تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ ﴿١٠١﴾
5/101. Wahai orang-orang beriman, jangan tanyakan tentang sesuatu yang jika dinyatakan padamu akan menyakiti kamu. Jika kamu menanyakannya waktu Alquran diturunkan, tentulah dinyatakan padamu. ALLAH memaafkan tentang itu, dan ALLAH pengampun penyayang.
قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِّن قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا بِهَا كَافِرِينَ ﴿١٠٢﴾
5/102. Sungguh telah menanyakannya kaum sebelum kamu, kemudian mereka jadi kafir padanya.
مَا جَعَلَ اللَّهُ مِن بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَـٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ ﴿١٠٣﴾
5/103. ALLAH tidak menjadikan orang luas ilmu (segala tahu) dan tidak wakil, tidak pula penghubung, juga tidak yang tinggi derajat, tetapi orang-orang kafir mengadakan kedustaan atas ALLAH dan kebanyakan mereka tidak memikirkan.

Dari maksud Ayat Suci di atas ini dapat diketahui bahwa sains tentang segala sesuatu telah terkandung dalam Alquran yang memang berfungsi buat seluruh zaman, hanya pengetahuan manusia juga datang bertahap sesuai dengan pembukaan yang diizinkan ALLAH. Beberapa Ayat Mutasyabihat pernah ditanyakan orang selama ini tetapi tidak diterangkan secara ilmiah. Para Da'i atau guru agama enggan menyatakan dirinya tidak tahu lalu menjawab pertanyaan menurut tradisi yang sesungguhnya telah ketinggalan zaman dan kolot tidak mungkin diterima akal sehat. Akibatnya apa yang mereka terangkan itu bukannya menjadikan pendengar sadar dan insaf tetapi sebaliknya menimbulkan keengkaran. 

ALLAH tidak menjadikan orang segala tahu, luas ilmu mengenai semua masalah, karenanya para Da'i atau guru agama hendaklah menyampaikan pengetahuan secara jujur tentang apa yang diketahui saja, dan tidak malu menyatakan ilmunya terbatas. Mereka tidak boleh berlagak tahu dan menjawab semua yang ditanyakan ke padanya tanpa keterangan ilmiah. Sikap demikian akan menimbulkan tantangan dari pendengar, berakhir pada kebuntuan dan kekafiran. 

ALLAH tidak menjadikan wakil-NYA dalam masyarakat manusia, karena DIA selalu ada pada setiap orang bahkan lebih dekat padanya daripada urat leher orang itu sendiri. Bagi tuntunan hidup di dunia telah ada ketentuan-NYA terkandung dalam Alquran yang menjelaskan segala soal jika orang sudi memperhatikan. Begitu pula ALLAH tidak menjadikan penghubung antara manusia dan DIA. Setiap diri dapat berhubungan langsung dengan DIA untuk menanyakan dan meminta segala sesuatu, sementara jawaban dan pemberian-NYA sudah tercantum dalam Alquran. Karena itu janganlah berlagak wakil Tuhan dalam menyampaikan ajaran agama, begitupun jadi penghubung, dan memang kependetaan tidak berlaku dalam Islam.

ALLAH juga tidak menjadikan perbedaan kasta di antara manusia ramai, tiada yang tinggi derajat antara sesamanya. Manusia dilahirkan sama dalam derajat, walaupun dia anak Nabi, anak raja, ataupun anak seorang kuli miskin, karena yang mulia menurur penilaian ALLAH ialah mereka yang lebih insaf mengenai kehidupan dunia kini, 49/13. Hal ini hendaklah lebih diperhatikan oleh para Da'i dan guru agama agar tidak timbul perbedaan kasta di antara orang-orang beriman. Semua Mukminin itu bersaudara tanpa kasta dengan sikap mana penyiaran pengetahuan agama lebih serasi dan efektif.

Atas dasar-dasar tersebut hendaklah disampaikan hanya apa yang diketahui saja bersumberkan Alquran hingga setiap pertanyaan bisa dijawab dengan benar tanpa kekeliruan dalam penyelewengan. Sementara itu para murid dan orang-orang Islam umumnya hendaklah tidak menanyakan sesuatu persoalan di luar acara yang disampaikan Da’i atau guru. Inilah yang dimaksud ALLAH pada Ayat 5/101.

Bersambung...