Informasi

167. Cara bagaimana pemutusan hukuman oleh Allah waktu itu hingga disebut atas dasar keadilan ?

Seperti dikatakan tadi bahwa putusan Allah berlaku tanpa pemeriksaan atas juta milyar persoalan dari penduduk yang mendiami juta milyar planet di sentesta raya ini. Putusan itu ditentukan dan dilaksanakan serentak sekali gus, maka keadaannya bukan seperti seorang yang hanya dapat mengingat, bertindak atas satu soal saja. Walaupun demikian putusan Allah itu berlaku atas dasar keadilan dan dipenuhi oleh kasih sayang, ini terlaksana dengan alasan yang terjalin dari empat unsur :

A. Ilmu pengetahuan manusia diberikan sepenuhnya sekali gus sewaktu bangun di Akhirat, melebihi keilmuan manusia sewaktu hidup di dunia kini. Kalau manusia kini mendapat kesadaran secara berangsur tentang sesuatu dan pengetahuan diperolehnya sedikit demi sedikit sebanding dengan peningkatan peradaban, maka di Akhirat kesadaran dan pengetahuan itu diperolehnya serentak dalam satu waktu: Di sana tidak ada manusia jahil, dungu, bodoh atau yang setengah bodoh, tetapi semuanya memiliki kesadaran dan pengetahuan yang sebanding. Dalam keadaan demikian setiap diri tidak  berhasrat untuk rnembohong malah tak berkesempatan melakukannya, dari sebab itu terlaksanalah keadilan yang merata tanpa tantangan dalam pelaksanaan hukum sebagai sanksi dan resiko yang dipertanggung jawabkan. Semua itu kita ketahui berdasarkan maksud ayat :

6/130. Wahai masyarakat jin dan manusia, tidakkah datang kepadamu Rasul-rasul dari bangsamu yang menceritakan atasmu Ayat-ayatKU dan memperingatkan padamu pertemuan pada Hari ini? Mereka berkata : "Kami membuktikan atas diri kami selama ini". Dan kehidupan di dunia memperdaya mereka dan mereka membuktikan atas keadaan diri mereka selama ini, bahwa mereka itu adalah orang-orang kafir.

16/27. Kemudian pada Hari kiamat DIA menghinakan mereka dan berkata: "Di mana serikatKU yang kamu memihak kepadanya ?" Berkatalah orang-orang yang diberi ilmu itu bahwa kehinaan dan kejahatan pada Hari ini adalah atas orang-oragg kafir.

27/66. Akan tetapi akan berkumpul ilmu mereka di Akhirat nanti, malah mereka (di dunia kini) dalam keraguan tentang Akhirat itu malah mereka buta tentang itu.

39/48. Dan nyatalah bagi mereka kejahatan-kejahatan yang mereka perbuat selama ini dan jadi logislah pada mereka apa-apa yang mereka perolok-olokkan.

B. Pemandangan dan pendengaran manusia di Akhirat sangat tajam. Kalau manusia di dunia kini hidup dalam alam tiga dimensi di mana penglihatan dan pendengaran terbatas pada ukuran tertentu dalam lingkungannya, dan mereka hanya sanggup melihat serta mendengar sesuatu pada gelombang pertama yang dipancarkan, maka di Akhirat nanti manusia itu akan hidup dalam alam empat dimensi di mana penglihatan dan pendengaran tak terhalang dan tak dibatasi oleh ukuran tertentu dalam lingkungannya malah mereka akan melihat serta mendengar sesuatu pada gelombang yang sudah lama menggelombang ke angkasa luas yang kemudian kembali memantul pada pancaindera mereka. Keadaan begini akan memperkuat keinsyafan manusia sebagai disebutkan pada alinea A di atas tadi dan dengannya terlaksanalah sanksi hukum secara adil berupa resiko yang dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat diketahui dari maksud ayat :

50/22. Sesungguhnya engkau dalam lengah tentang Akhirat ini, maka Kami angkatkan daripadamu tutupan (pancaindera)mu, maka pemandanganmu Hari ini keras dan tajam.

75/14. Malah manusia akan melihat riwayat dirinya (selama hidup di dunia fana).  

75/15. Dan walaupun dia menyampaikan pembelaannya.

C. Kitab catatan riwayat hidup manusia selama tinggal di dunia kini akan didatangkan oleh Allah kepada setiap diri. Dengan Kitab itu manusia semakin tidak berkesempatan untuk mengelakkan resiko yang wajib diterimanya, dan dengan itu juga terlaksanalah pelaksanaan sanksi hukum secara adil tanpa ada yang dirugikan di Akhirat nanti.

Kitab Catatan adalah Mar'a atau Neuterino yang mengapung dari setiap diri manusia yang dengan pengapungan itu diri tadi berobah dari kuat jadi lemah, dari muda yang gagah jadi tua yang buruk. Mar'a itu senantiasa merekam segala gerak gerik yang berlaku dalam hidup diri kemudian dia mengapung keangkasa sebagai anti pertikel waktu mana fungsi rekamnya berhenti karena tiada lagi yang direkamnya. Allah telah menentukan Mar'a tersebut demikian rupa, melayang cepat lari dari partikel, bergabung sesamanya yang non-partikel berupa ionosfir dan Comet hingga dengan sifat Mar'a demikian murnilah catatan yang dilakukannya atas diri tertentu tanpa campuran catatan diri lain. Semua ini kita dasarkan atas maksud ayat :

50/16. Dan sungguh Kamilah yang menciptakan manusia itu dan Kami mengetahui apa yang bergema dalam dirinya dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.

50/17. Ketika menyambut dua yang menyambut berkedudukan dari kanan kiri (yaitu Mar'a dengan unsur positif dan negatifl)

50/18. Tidaklah manusia itu mengucapkan suatu perkataan kecuali padanya ada penjaga tersedia (raqib 'atid).

13/11. Bagi manusia itu ada pencatat dari muka dan belakangnya yang menjaganya dengan perintah Allah.

43/80.  Apakah manusia itu menyangka bahwa Kami tidak mendengar rahasia mereka dan bisikan mereka ? Awaslah, dan Rasul-rasul (Mar'a) Kami ada pada mereka senantiasa menuliskan.

83/7. Awaslah, bahwa kitab (Mar'a) pembangkang itu ada dalam sijjin.

83/8. Dan tahukah engkau apa sijjin itu ?

83/9. Yaitu kitab rekaman.

83/18. Awaslah, bahwa kitab (Mar'a) orang-orang baik itu ada dalam 'illiyyin.

83/19. Dan tahukah engkau apa 'illiyyin itu ?

83/20. Yaitu kitab rekaman.

79/30. Dan Bumi sesudah itu Dia putarkan.

79/31. DIA keluarkan daripadanya Alma' nya dan Mar'anya.

87/4.  Dan DIAlah yang mengeluarkan Mar'a itu.

87/5. Lalu menjadikannya dalam keadaan mengapung dan berisikan catatan, (gusaan ahwa).

17/13. Dan setiap manusia itu Kami beri fakta tentang tanggung jawabnya dikuduknya dan pada Hari kiamat Kami keluarkan untuknya kitab (Mar'a) yang sampai kepadanya dalam keadaan terbuka.

18/49. Dan ditempatkanlah kitab (Mar'a) itu, akan engkau lihatlah orang-orang berdosa itu merasa berat tentang apa yang tercatat dalamnya, dan mereka berkata:”Wahai celakalah kami, kenapa kitab ini tidak mengubah yang kecil begitupun yang besar kecuali dia catatkan semuanya ?” Dan mereka dapatilah apa yang mereka perbuat selama ini ada semuanya, dan tidaklah Tuhanmu menzalimi seorang juga.

17/17. Pada Hari itu Kami panggil setiap orang dengan Imamnya maka siapa yang didatangkan kitabnya (Mar'a) pada kanannya (menurut tatahukum Allah) maka orang-orang itu akan membaca (meneliti) kitab mereka dan tidaklah mereka dizalimi sedikit juga.

23/62. Dan tidaklah Kami beratkan suatu diri manusia itu kecuali menurut usahanya dan pada Kami ada Kitab (Mar'a) yang mengatakan secara logis dan mereka tidaklah dizalimi.

45/28. Dan engkau lihatlah setiap ummat itu dalam keadaan berlutut menyerah. Setiap ummat dipanggil kepada ketentuan kitab (Mar'a)-nya. Hari ini kamu dibalasi tentang apa yang kamu perbuat selama ini.

45/29. Inilah kitab Kami yang mengatakan atas perbuatanmu secara logis. Dan Kami hanya menuntut apa-apa. yang kamu perbuat.

50/4. Sungguh Kami mengetahui siapa dari mereka yang telah ditelan Bumi dan pada Kami ada kitab (Mar’a) yang menjaga.

50/5. Tetapi mereka mendustakan yang logis itu tatkala-datang pada mereka (Alquran) lalu mereka dalam urusannya bersikap berhubung-hubungan (tradisionil).

 

Apa yang dimaksud Alquran mengenai fungsi Mar'a pada Ayat Suci diatas rasanya tidak begitu sulit difahami oleh manusia yang hidup di akhir abad 20 Masehi karena mereka pada masa ini telah sanggup mewujudkan alat berupa TV (television) atau alat lainnya yang menyampaikan keadaan jauh di balik Bumi dan dari angkasa luar berupa gambar hidup dengan suara, rupa, warna, dan geraknya. Kalau TV telah dimiliki oleh manusia sebagai hasil karyanya sendiri kenapa orang ragu pada karya Allah yang menciptakan bintang dan Comet yang mencakup seluruh persoalan.

D. Ketetapan Allah yang telah mendahului seluruh gerak tindak yang berlaku di semesta raya ini juga menjadi unsur paling utama atas pelaksanaan sanksi hukum secara adil atas resiko di Akhirat nanti. Dengan ketetapan terdahulu dari Allah itu berlakulah kehidupan melalui garis kausalita yang disediakanNYA. Dalam hal inilah Allah itu berbuat sekehendakNYA hingga disebut Esa Kuasa Maha Tahu, Melihat dan Mendengar. Akhirnya terwujudlah masyarakat manusia yang hanya menyembah kepadaNYA di Akhirat nanti sebagaimana kehendakNYA bermula sebelum diciptakan semesta raya ini. Bagaimana pula Allah yang menciptakan sesuatu untuk maksud tertentu jika DIA tidak dapat menetapkan, melihat dan mengetahui sesuatu yang diciptakanNYA itu. Mengenai hal ini perhatikanlah maksud Ayat Suci di bawah ini, mungkin di antaranya telah dicantumkan di halaman muka tetapi sengaja dimuatkan lagi untuk pengertian sepuasnya :

57/21 . Berlombalah kepada keampunan Tuhanmu dan sorga seluas tatasurya dan Bumi ini, dijanjikan untuk orang-orang beriman pada Allah dan Rasul-rasulNYA. Itulah kurnia Allah yang diberikanNYA pada orang yang DIA kehendaki, dan Allah itu mempunyai Kurnia sangat besar.

57/22. Tidak ada musibah yang berlaku di Bumi ini begitupun pada dirimu kecuali telah ada ketetapannya dalam Kitab (ketetapan) sebelum Kami laksanakan dia, bahwa yang demikian itu mudah. saja atas Allah.

57/23. Agar kamu tidak kecewa atas apa-apa yang menyusahkan kamu dan agar kamu tidak gembira dengan apa yang DIA berikan padamu dan Allah itu tidak menyukai individualis yang sombong.

76/30. Dan tidaklah kamu menghendaki kecuali yang Allah kehendaki lebih dulu, bahwa Allah itu mengetahui lagi Bijaksana.

18/83. Dan mereka menanyakan padamu tentang zulkarnain (manusia yang selalu bertentangan antara iman dan kafir). Katakanlah : akan aku analisakan soalnya atas kamu selaku pemikiran (menurut ayat Alquran).

18/84. Bahwa Kami menempatkan untuk manusia itu di Bumi (juga di planet lain) dan Kami datangkan padanya tiap sesuatu dengan hukum kausalita.

18/85. Maka dia ikutlah kausalita itu.

6/59. Dan padaNYAlah kunci kegaiban. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali DIA. Dan DIA mengetahui apa yang ada di daratan dan di dalam lautan, dan tiada sehelai daun yang jatuh kecuali DIA ketahui semuanya, dan tiada biji dalam kegelapan Bumi begitupun yang basah dan yang kering kecuali telah ada dalam Kitab (ketetapan) yang nyata.

7/7. Maka akan Kami ceritakan atas mereka dengan ilmu (di Akhirat nanti) dan tidaklah Kami pernah absent.

7/8. Dan timbangan pada Hari itu logis, maka siapa yang berat timbangan kebaikannya maka itulah orang-orang yang menang.

Sebagai penutup bagi perbincangan kita dalam soal ini alangkah baiknya sama-sama kita perhatikan maksud wahyu Allah sebagai patokan tertentu bagi alam pikiran untuk memberi penilaian atas perkabaran Alquran :

 

38/87. Bahwa dia (Alquran itu) hanyalah pemikiran untuk seluruh manusia.

38/88. Dan akan kamu ketahui perkabarannya sesudah waktunya.

69/51. Dan bahwa dia (Alquran itu) adalah logis nyata.

69/52. Maka tasbihlah dengan nama Tuhanmu yang Besar.

77/49. Kecelakaanlah ketika itu (di Akhirat) bagi orang-orang yang mendustakan.

77/50. Maka pada Hadis mana lagi sesudahnya (Alquran itu) mereka akan beriman ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar