INTERNALISASI PANCASILA
MELALUI BUDAYA SEKOLAH DALAM PENANAMAN AKHLAK MULIA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
DI SMPN 1 MAGETAN
Nana Masruri1,a
1SMP Negeri 1 Magetan; Jawa Timur-INDONESIA
a )Korespondensi: sanggenerasimuda@gmai.com
Jalinan keakraban antar siswa saat ini
mencerminkan bahwa Pancasila dirasakan belum sepenuhnya diimplementasikan secara langsung. Bahkan belakangan ini,
Pancasila hanya menjadi ungkapan simbolis kenegaraan yang tidak jelas implementasinya ditambah
lagi lunturnya budaya kesopanan diantara peserta didik dalam berperilaku sosial
dalam lingkungan sekolah. Hal ini
disebabkan karena rendahnya
pemahaman peser didik
akan
urgensinya nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu sangat
penting adanya
internalisasi nilai-nilai
Pancasila oleh
semua guru mata pelajaran, termasuk guru Pendidikan Agama Islam untuk
diterapkankan minimal di
lingkungan sekolah.
Perlu kita fahami bahwa Internalisasi merupakan proses
penanaman
nilai, sikap, dan perilaku
kepada individu melalui sebuah proses pembelajaran, pembinaan, pembiasaan
maupun bimbingan. Nilai-nilai Pancasila
pada hakikatnya telah diinternalisasikan melalui
pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dapat kita telisik adanya
banyak materi
yang sejalan dengan nilai-nilai
tersebut, juga didukung dengan adanya budaya positif yang sudah terbiasa dilakukan di sekolah yang
mencerminkan Nilai-nilai Pancasila.
Dalam praktiknya pendekatan penanaman nilai yang bisa digunakan dalam proses
pembelajaran, antara lain: pendekatan pelatihan, pendekatan
pembiasaan, pendekatan keteladanan dan pendekatan fungsional. Kiprah guru Pendidikan Agama terhadap
siswa pada proses pendekatan pelatihan ini melalui kegiatan BAKSOS, guru
memberikan penanaman nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik melalui
pemberian pengalaman langsung. Kegiatan bakti sosial kepada warga, maupun pembagian zakat fitrah kepada
orang-orang yang berhak menerimanya di lingkungan sekitar sekolah, yang kegiatan ini didalangi oleh guru pendidikan
agama Islam dengan menggerakkan peserta didik. Dengan pendekatan ini peserta
didik diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman spiritual baik secara
individual maupun kelompok.
Adapun dalam pendekatan pembiasaan dan
keteladanan, guru selalu mengajarkan tentang pentingnya tegur sapa kepada
bapak dan ibu guru serta kepada teman sejawatnya, maupun
membiasakan diri untuk
menerapkan 5S (senyum,
sapa, salam, sopan dan santun), agar
terbentuknya suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan berlaku begitu
saja tanpa dipikirkan
lagi, sehingga peserta
didik akan terbiasa melakukannya dalam
kehidupan sehari-hari meski berada di luar lingkungan sekolah. Dengan
pembiasaan dan keteladanan memberikan kesempatan
kepada peserta didik terbiasa
mengamalkan konsep ajaran
nilai-nilai universal, baik secara individual maupun secara
berkelompok dalam kehidupan sehari-hari.
Begitu juga dengan menggunakan pendekatan fungsional,
guru pendidikan agama Islam berusaha
untuk mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila ini dengan memfokuskan
pada segi kemanfaatan
yang akan dirasakan
oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal
ini dapat kita realisasikan pada kewajiban pembayaran
zakat fitrah di setiap tahunnya, meski tidak ada kaitannya langsung dengan nilai-
nilai Pancasila, namun peserta didik diarahkan pada segi kemanfaatan zakat fitrah
tersebut apabila diberikan kepada orang-orang
yang berhak menerimanya.
Dampak dari internalisasi nilai-nilai Pancasila melalui budaya
pendidikan agama Islam dalam upaya penanaman ahlaq mulia ini dapat membantu terhadap terbentuknya
karakter peserta didik melalui perubahan tingkah laku
dan tutur kata mereka pada kehidupan di sekolah.
Hal tersebut telah dirasakan oleh guru
dapat melihat bahwa terjadi perubahan pada perilaku peserta didik sehari- hari
di sekolah.
Dari penjelasan diatas ini dapat kita ringka
dalam sebuah bagan seperti nampak pada gambar dibawah ini:
Saran; yang sedapatnya diterapkan dalam menginternalisasikan nilai-nilai positif pada sebuah lembaga pendidikan. Pertama, pendidikan nilai tersebut ditempatkan sebagai sebuah mata pelajaran. Dan yang kedua, pendidikan nilai-nilai positif tersebut ditempatkan sebagai misi pada setiap mata pelajaran atau diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan pada masing-masing lembaga.
Lokasi/alamat pelaksanaan praktik yang baik.
:
SMP Negeri 1 Magetan; Jawa
Timur-INDONESIA
Tingkat pendidikan.
:
SMP
Lingkup pendidikan.
:
Sekolah
Masalah/Latarbelakang - Mengapa praktik yang baik ini
dianggap penting?
Praktik ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah apa?
Pancasila hanya
menjadi ungkapan simbolis
kenegaraan yang tidak jelas
implementasinya, Ditambah lagi lunturnya budaya kesopanan diantara peserta
didik dalam berperilaku sosial dalam lingkungan sekolah.
Mengetahui nilai-nilai
Pancasila yang diinternalisasikan melalui
pendidikan agama Islam di SMPN 1 MAGETAN, Mengetahui Bagaimana proses
internalisasi Nilai- nilai Pancasila melalui pendidikan agama Islam di SMPN 1
MAGETAN.
Tujuan praktik yang baik
:
Menjadikan siswa SMPN 1 Magetan
menjadi profil pelajar Pancasila, yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
Berkebinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis dan Kreatif.
Penjelasan:
strategi, proses/langkah kegiatan/sumber atau materi
yang dibutuhkan.
Internalisasi nilai dalam proses pembelajaran terhadap siswa, antara
lain dengan pendekatan pelatihan, pendekatan
pembiasaan, pendekatan keteladanan
dan pendekatan fungsional.
Hasil, dampak atau perubahan dari praktik yang baik.
Terbentuknya karakter peserta didik melalui perubahan perilaku dan tutur kata mereka pada kehidupan di sekolah.
Informasi pelaku dan / kontributor – nama dan alamat
SMP Negeri 1 Magetan; Jawa Timur-INDONESIA
08224333343900
Korespondensi:
sanggenerasimuda@gmai.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar